Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
KCI: Satpam yang Aniaya Anak Kiai di Stasiun Duri Sempat Mediasi Tapi Ditolak
9 November 2022 19:38 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
PT Kereta Commuter Indonesia (KCI ) buka suara soal peristiwa penganiayaan yang terjadi terhadap seorang anak pimpinan ponpes berinisial AZ (21). Dia dianiaya oleh dua orang satpam Stasiun Duri berinisial DI dan SB.
ADVERTISEMENT
Manager External Relations & Corporate Image Care KAI Commuter, Leza Arlan menjelaskan, satpam yang diduga menganiaya telah mencoba melakukan mediasi. Namun ditolak oleh keluarga korban.
"Petugas stasiun bersama dengan tim pengamanan Stasiun Duri melakukan mediasi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut secara kekeluargaan, namun pihak keluarga tetap melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian," kata Leza dalam keterangannya, Rabu (9/11).
Leza memastikan pihaknya bakal memperbaiki sistem pengamanan stasiun yang ada. Namun tak dijelaskan secara rinci mengenai langkah konkret yang diambil.
"Atas kejadian ini KAI Commuter akan terus melakukan perbaikan atas pelayanan petugas pengamanan yang ada," ujarnya.
Leza malah menyinggung soal aturan mengenai pembakaran sampah. Di mana, aturan itu tertuang dalam UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian.
ADVERTISEMENT
"KAI Commuter juga mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tidak melakukan hal-hal apa pun di sekitar jalur rel kereta untuk keselamatan bersama," ungkap dia.
Penganiayaan terjadi pada Jumat (4/11). Saat itu kedua pelaku melihat korban yang tengah membakar sampah di dekat Stasiun Duri. Dianggap bersalah, AZ ditangkap kemudian diborgol dengan dikaitkan ke kursi oleh kedua oknum satpam tersebut.
Tak hanya sampai di situ, saat diinterogasi korban pun dipukul menggunakan selang air dan sarung samurai di bagian punggung, lengan, dan paha kanan. Rambut AZ juga dicukur menggunakan alat cukur listrik hingga botak.
Kapolsek Tambora, Kompol Putra mengatakan, korban merupakan seorang difabel atau berkebutuhan khusus. Namun, pelaku mengaku tak tahu kondisi mental korban.
ADVERTISEMENT
"Sekuriti karena enggak tahu, karena dalam keterangan BAP mereka kesal sama anak itu enggak ngaku dan keterangannya berubah-ubah. Itulah kenapa dipukul, kemungkinan mereka enggak tahu kalau anak ini down syndrome," jelas Putra.
Kedua pelaku saat ini juga telah diamankan oleh polisi. Meski demikian, polisi masih membuka kesempatan untuk kedua pihak melakukan mediasi untuk menyelesaikan perkara ini melalui restorative justice.