Kemenag Tanggapi Kemungkinan Awal Ramadhan Berbeda dengan Muhammadiyah

30 Maret 2022 15:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim Hilal BMKG mengamati matahari terbenam menggunakan teleskop saat melakukan pemantauan hilal di Dermaga Hati, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, Senin (12/4). Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Tim Hilal BMKG mengamati matahari terbenam menggunakan teleskop saat melakukan pemantauan hilal di Dermaga Hati, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, Senin (12/4). Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Adib, mengungkapkan, Kemenag memfasilitasi ormas-ormas dan MUI dalam penentuan awal Ramadhan 1443 Hijriah yang diperkirakan jatuh pada 2 April atau 3 April tahun ini. Ada kemungkinan perbedaan penentuan awal Ramadhan antara Muhammadiyah dan ormas lainnya seperti NU.
ADVERTISEMENT
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkirakan bahwa pada awal Ramadhan kemungkinan terjadi perbedaan. Oleh karena itu, pemerintah memfasilitasi umat Islam yang direpresentasikan ke MUI dan ormas untuk mengadakan sidang isbat penentuan awal Ramadhan 1443 Hijriah pada Jumat (1/4).
Ilustrasi sidang Isbat penentuan awal Ramadhan di Kemenag. Foto: Kemenag RI
“Kemenag merupakan pemerintah memfasilitasi umat Islam yang kita representasikan ke MUI dan ormas untuk sidang isbat. Di situlah kita akan menentukan awal Ramadhan 1443 H. Apakah jatuh pada 2 April atau 3 April, tentu itu bergantung pada hasil laporan petugas pengamatan hilal di 101 titik di seluruh Indonesia,” ungkap Adib, Rabu (30/3).
Adib menjelaskan bahwa potensi perbedaan awal puasa Ramadhan selalu ada. Hal ini disebabkan pendekatan yang berbeda dalam penetapan awal Ramadhan.
ADVERTISEMENT
“Tentu karena ada pendekatan berbeda dalam penetapan awal Ramadhan. Salah satunya menggunakan pendekatan hisab secara murni. Kedua, rukyatul hilal, diupayakan untuk pertemuan kriteria imkanur rukyat,” ujarnya.

Tanggapan MUI

Sekjen MUI Amirsyah Tambunan. Foto: Bayu Prasetyo/ANTARA
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amirsyah Tambunan menjelaskan bahwa perkiraan tanggal 2 April dan 3 April dipahami dengan dua argumentasi.
“1 Ramadhan itu jatuh pada 2 hal, diperkirakan 2 April atau bisa 3 April. Bagi saya untuk memahami ini, ada 2 argumentasi. Secara pasti hukumnya awal Ramadhan dimulai 1 Ramadhan,” ungkapnya, Rabu (30/3).
Ia menjelaskan bahwa hal ini tentunya memerlukan argumentasi dan dalil serta terdapat pendekatan hisab dan ruqyat.
Amirsyah menjelaskan perbedaan ini terjadi karena sudut pandang dalam melihat yang bukan hanya mata kepala langsung atau melalui teknologi kajian ilmiah.
ADVERTISEMENT
“Mengapa terjadi perbedaan? Terjadi sudut pandang, sudut pandang melihat. Bukan hanya mata kepala langsung atau melalui teknologi kajian ilmiah. Dengan ainul yaqin mata sendiri, ilmu yaqin dan haqqul yakin. Perbedaan itu sunnatullah, harus menimbulkan tenggang rasa, toleran, dan seterusnya. Sehingga tidak melecehkan, apalagi mengejek, naudzubillah sampai terjadi fitnah,” tutupnya.
Muhammadiyah sebagai ormas Islam kedua terbesar di Indonesia telah menetapkan 1 Ramadhan jatuh pada Sabtu, 2 April 2022. Sementara itu, beredar juga jadwal Imsakiyah dengan kop NU, ormas Islam terbesar di Indonesia, yang juga menyatakan 1 Ramadhan jatuh pada 2 April.
Namun, pemerintah baru akan menetapkan 1 Ramadhan setelah mengadakan sidang isbat pada Jumat, 1 April 2022.
Reporter: Rachel Koinonia
ADVERTISEMENT