Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Kemendagri menekankan pentingnya peran Ormas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, Kepala Pusat Penerangan Kemendagri, Bahtiar Baharuddin, menilai, ormas bisa menjadi bumerang bangsa jika memiliki ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
ADVERTISEMENT
"Ormas adalah instrumen atau energi positif untuk membangun bangsa. Tapi kalau Ormas sudah menjadi racun demokrasi, kalau istilah Pak Mendagri atau sudah menjadi api dalam negara kita, maka Ormas dapat merusak peradaban bangsa," ujar Bahtiar saat menghadiri bedah buku "Ancaman Radikalisme Dalam Negara Pancasila" di Megawati Institute, Menteng Jakarta Pusat, Jumat (30/8).
"Jangan sampai terjadi penyalahgunaan Ormas atau kita harus cegah Ormas dijadikan alat perusak kelompok tertentu yang mengancam keberlanjutan hidup bangsa dan negara kita Indonesia," imbaunya.
Menurutnya, kebebasan dalam menjalankan sebuah aktivitas, khususnya dalam agenda Ormas, tak pernah dilarang. Tapi, juga harus diselaraskan dengan peraturan yang memadai serta menjunjung tinggi nilai nilai luhur berbangsa.
"Dalam hal bernegara, kita diberikan kebebasan, tapi terbatas pada aturan, bukan bebas untuk sebebas-bebasnya. Ormas dibentuk memiliki tujuan kebaikan yang semestinya harus sesuai dengan nilai-nilai bangsa kita," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Per 31 Juli 2019, ada 420.381 Ormas yang tercatat di data Kemendagri. Ormas-ormas itu terdiri dari 25.912 Ormas yang mendapatkan Surat Keterangan Terdaftar (SKT), 393.497 Ormas berbadan hukum yang terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham), dan 72 Ormas Asing yang terdaftar di Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).
Bahtiar berpesan jangan sampai organisasi tersebut justru menjadi pemicu keretakan harmonisasi Indonesia yang sudah rukun. Bahtiar menegaskan, negara siap mendukung dan mendorong ormas yang dapat berkontribusi untuk negara.
"Negara ini memerlukan dan mendukung terus tumbuh berkembangnya ormas yang sehat bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara," pungkasnya.
Acara bedah buku ini dihadiri oleh Pengajar FISIP UI, Ade Armando, Direktur Eksekutif PARA Syndicare, Ari Nurcahyo dan Millenial Blogger, Margareta Astaman. Benny Sabdo didapuk menjadi moderator diskusi dan editor dalam buku tersebut.
ADVERTISEMENT