Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Kemenkes: Indonesia Kurang Protein Hewani, Berkolerasi pada Tingginya Stunting
20 Januari 2023 17:35 WIB
·
waktu baca 2 menit![Ilustrasi sumber protein Foto: Shutterstock](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1552887231/kraomgpzgwysdqfcrrbk.jpg)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Plt Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu Anak Kemenkes dr. Ni Made Diah dalam paparannya menyebut, kebutuhan protein hewani Indonesia masih belum terpenuhi.
“Konsumsi protein seharusnya adalah 62 gram per kapita per hari. Gambaran secara keseluruhan, dari total konsumsi protein ikan, daging, telur, dan susu cukup rendah dibandingkan total konsumsi. Padahal golongan daging, ikan, telur, susu itu merupakan golongan protein yang berkorelasi dengan pencegahan stunting,” papar Diah secara daring dalam acara Hari Gizi Nasional Kemenkes, Jumat (20/1).
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2019 yang dikeluarkan BPS, konsumsi protein masyarakat Indonesia lebih banyak berasal dari nasi dan makanan jadi dibandingkan dari protein hewani.
Berikut data konsumsi protein masyarakat Indonesia per kapita per hari:
Padi-padian
ADVERTISEMENT
Konsumsi protein hewani
Ikan
Daging
Telur dan susu
“Konsumsi ikan di Indonesia juga belum maksimal. Padahal kita berada di negara yang kaya akan hasil laut,” kata Diah.
Berkorelasi dengan Stunting
Penelitian lain menyebutkan bahwa rendahnya konsumsi protein hewani memiliki korelasi dengan angka stunting di Indonesia yang cukup tinggi.
Data terakhir dari Buku Saku Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021 disebutkan stunting Indonesia masih berada di angka 24 persen.
ADVERTISEMENT