Khawatir Efek Samping, Korut Dilaporkan Tolak Vaksin AstraZeneca

9 Juli 2021 19:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-un resmi menutup kongres Partai Pekerja pada Rabu (13/1). Foto: KCNA via Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-un resmi menutup kongres Partai Pekerja pada Rabu (13/1). Foto: KCNA via Reuters
ADVERTISEMENT
Korea Utara pada Jumat (9/7) dikabarkan menolak pengiriman vaksin COVID-19 AstraZeneca lewat skema COVAX facility. Mereka khawatir akan efek samping usai vaksinasi dengan AstraZeneca.
ADVERTISEMENT
COVAX facility akan menyediakan hingga hampir 2 juta dosis vaksin AstraZeneca untuk Korut. Batch pertama sebelumnya direncanakan akan tiba di akhir bulan Mei, tetapi tertunda hingga kini akibat diskusi yang terlalu berlarut-larut.
Negara yang dikuasai Kim Jong-un ini belum melaporkan satu pun kasus COVID-19. Klaim nol kasus ini dipertanyakan baik oleh Korsel maupun AS.
Meskipun begitu, kebijakan pembatasan yang ketat, termasuk penutupan perbatasan negara dan pembatasan perjalanan domestik, diberlakukan sebagai upaya pencegahan penularan virus corona.
Menurut laporan dari Institut Strategi Keamanan Nasional (INSS) yang berafiliasi dengan badan intelijen Korea Selatan, Korut kini tengah mencari-cari opsi vaksin lainnya.
Ilustrasi vaksin corona AstraZeneca. Foto: Yves Herman/REUTERS
Mengenai penolakan ini, Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) masih belum memberikan komentar. GAVI adalah salah satu organisasi yang memimpin skema COVAX bersamaan dengan WHO.
ADVERTISEMENT
Laporan INSS juga mengatakan, Korut bahkan tidak menunjukkan ketertarikan akan vaksin produksi China, dengan alasan khawatir tidak akan terlalu efektif dalam melawan COVID-19.
Namun, Kim Jong-un dkk disebut tertarik dengan vaksin-vaksin yang dikembangkan oleh Rusia. Mereka berharap Rusia akan mendonasikan vaksin corona secara gratis.
“Korea Utara lebih condong terhadap vaksin Rusia, tetapi belum ada perjanjian yang dibentuk oleh keduanya,” ujar Direktur Penelitian Strategis atas Semenanjung Korea di INSS, Lee Sang-keun, seperti dikutip dari Reuters.
Lee menambahkan, para pimpinan Korut tampak khawatir dengan laporan adanya kasus pembekuan darah yang dialami sejumlah orang di berbagai negara usai vaksinasi dengan AstraZeneca.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, pada Rabu (7/7) mengungkapkan Rusia telah beberapa kali menawarkan vaksin kepada pemerintahan Korea Utara.
ADVERTISEMENT
Menurut INSS, Korut sudah mengizinkan diplomat dan delegasinya di luar negeri untuk menerima vaksin COVID-19 mulai akhir Maret. Tetapi, mereka belum berupaya mengamankan vaksin untuk penggunaan dalam negeri.