Kisah Musholizaky, Anak Pedagang Plastik di Boyolali Lulus ITB dengan IPK 3,99

7 Agustus 2024 17:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Musholyzaki, anak penjual plastik di Pasar Boyolali yang lulus ITB cumlaude IPK 3,99, saat ditemui di Labtek IV ITB, Jalan Ganesha, Bandung, Rabu (7/8/2024). Foto: Robby Bouceu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Musholyzaki, anak penjual plastik di Pasar Boyolali yang lulus ITB cumlaude IPK 3,99, saat ditemui di Labtek IV ITB, Jalan Ganesha, Bandung, Rabu (7/8/2024). Foto: Robby Bouceu/kumparan
ADVERTISEMENT
Musholizaky Aflahal Mu’min (20), yang akrab disapa Zaky, menyelesaikan studinya di jurusan Teknik Metalurgi Institut Teknik Bandung (ITB) dengan cemerlang. Mahasiswa angkatan 2020 itu lulus cumlaude, dengan IPK 3,99.
ADVERTISEMENT
Kepada kumparan, Zaky berbagi kisahnya.
Zaky merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Ayah dan ibunya merupakan penjual plastik di Pasar Lebak, Desa Nepen, Kota Boyolali, Jawa Tengah.
Dengan berbagai keterbatasan yang ada, Zaky bisa membuktikan bahwa usaha tak akan mengkhianati hasil. Dengan semangat dan giat belajar dia bisa meraih hasil terbaik.
Bagi Zaky, kuliah di ITB merupakan impiannya sejak kecil. Saat masih duduk di bangku SD, Zaky yang menyukai astronomi itu bertemu dengan seorang guru lulusan ITB. Guru tersebut lah yang memotivasi Zaki untuk kuliah di Kampus Ganesha itu.
Saat duduk di bangku SMA, Zaky berkonsultasi dengan kakak kelasnya. Akhirnya dia yang tadinya ingin kuliah di bidang astrologi memutuskan untuk memilih Fakultas Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) ITB.
ADVERTISEMENT
"Sudah diberikan wejangan-wejangan dari kakak tingkat, akhirnya memilih FTTM,” katanya saat ditemui di Labtek IV ITB, Jalan Ganesha, Kota Bandung, pada Rabu (7/ 8).
Musholyzaki, anak penjual plastik di Pasar Boyolali yang lulus ITB cumlaude IPK 3,99, saat ditemui di Labtek IV ITB, Jalan Ganesha, Bandung, Rabu (7/8/2024). Foto: Robby Bouceu/kumparan
Zaky mendaftar ITB melalui jalur Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNMPTN). Dia memang sudah menargetkan FTTM ITB.
“Saya masuk lewat jalur SNMPTN. Waktu itu untuk pilihan pertama, kebetulan memilih fakultas ini,” katanya.
Dipilihnya Teknik Metalurgi juga bukan tanpa alasan. Zaky mengaku senang dengan jurusan tersebut karena banyak melibatkan perhitungan-perhitungan seputar kimia.
Saat di SMA, katanya, dia sangat menyenangi mata pelajaran Kimia. Sementara Metalurgi sendiri berkaitan dengan pengolahan bahan tambang yang melibatkan reaksi-reaksi kimia .
“Dari pengenalan mata kuliah, ternyata Teknik Metalurgi itu banyak kimianya yang dipelajari,” ucapnya.
ADVERTISEMENT

Beasiswa KIP-K dan metode belajar

Selama studi di ITB, Zaky menerima program beasiswa Kartu Indonesia Pintar-Kuliah (KIP-K).
“Setelah saya keterima di ITB dan kemudian dari ITB menyuruh juga, meminta saya untuk mendaftar, mengisikan data diri, data-data orang tua, baru ternyata saya masih layak untuk mendapatkan bantuan,” ucapnya.
Dengan fasilitas tersebut, Zaky semakin sungguh-sungguh belajar. Dia mengatakan kunci capaian akademiknya yang lulus dengan cumlaude itu adalah niat dan tekad yang kuat.
“Jadi ketika kita punya tujuan yang kuat, apa pun yang terjadi Tuhan pasti akan mudahkan,” kata dia.
Zaky mengungkapkan metode belajar yang menjadi andalannya. Dia kerap me-review materi-materi kuliah yang diberikan dosen di kelas. Dia juga sebisa mungkin menghindari cara belajar dengan SKS, alias sistem kebut semalam.
ADVERTISEMENT
“Saya kadang juga sering me-review kembali mungkin beberapa minggu atau bulan sebelum ujian. Jadi bisa dibilang jangan sampai kita kebut dalam belajar ketika mau dekat-dekat ujian, karena kalau kita SKS (sistem kebut semalam kadang) kan jadi kurang maksimal,” ujarnya.
Suasana Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Rabu (7/8/2024). Foto: Robby Bouceu/kumparan

Doa dan restu orang tua

Selain ketekunan, Zaky menilai doa dan restu orang tua pun tak kalah penting. Menurutnya hal itu turut andil mempermudah proses belajarnya.
“Jangan lupa minta restu, doa orang tua. Karena kalo tidak direstui, mungkin susah juga ke depannya,” ucap dia.
Dia juga mengaku sering berkomunikasi dengan orang tuanya yang berada di kampung halamannya di Boyolali.
Zaky berpesan, meski berasal dari keluarga sederhana dengan sejumlah keterbatasan, tak perlu ada gengsi dan malu.
ADVERTISEMENT
“Buat pendidikan jangan ada gengsilah istilahnya. Kita jalani dulu saja. Terkait biaya dan sebagainya pasti di kampus-kampus sering menyediakan beasiswa. Kita bisa saja coba apply beasiswa kalau misal berasal dari keluarga yang kurang privilege,” ujarnya.