Kisah Pangeran Harry Tak Percaya Putri Diana Telah Meninggal Dunia

11 Januari 2023 14:22 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Putri Diana bersama Pangeran Charles, Pangeran Harry, dan Pangeran William pada Agustus 1994. Foto: Terry Fincher / Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Putri Diana bersama Pangeran Charles, Pangeran Harry, dan Pangeran William pada Agustus 1994. Foto: Terry Fincher / Getty Images
ADVERTISEMENT
Selama bertahun-tahun, Pangeran William dan Pangeran Harry meyakini ibu mereka, Putri Diana, memalsukan kematiannya sehingga suatu hari akan pulang ke sisi keduanya.
ADVERTISEMENT
Hingga hari ini, berbagai pertanyaan masih mengelilingi kematian Diana. Dalam memoar berjudul 'Spare' yang terbit pada 10 Januari 2023, Harry lantas membeberkan bagaimana dia memproses kepergian sang ibu dalam kecelakaan mobil di terowongan Pont de l'Alma di Paris.
Menjelang insiden tragis pada 31 Agustus 1997, Diana yang telah lama menjadi topik utama surat kabar dari seluruh dunia tersebut sedang melarikan diri dari buruan paparazi di Prancis.
Kabar duka ini merupakan kejutan bagi seluruh dunia, tak terkecuali kedua putranya yang masing-masing masih berusia 15 dan 12 tahun.
Saat kecelakaan terjadi, William dan Harry sedang menghabiskan liburan musim panas di Istana Balmoral di Skotlandia.
Malam itu, Harry tengah memikirkan ibunya.
"Saya menarik seprai dan selimut ke dagu saya, karena saya tidak suka gelap. Ibu juga, dia bilang begitu. Saya mewarisi ini darinya, pikir saya, bersama dengan hidungnya, mata birunya, kecintaannya pada orang lain, kebenciannya terhadap keangkuhan dan kepalsuan, dan segala sesuatu yang mewah," ungkap Harry, dikutip dari memoar 'Spare' yang kumparan dapatkan, Rabu (11/1).
ADVERTISEMENT

Charles Ungkap Kecelakaan Diana

Putri Diana berbincang dengan anak-anak, 06 November 1989, saat berkunjung ke sekolah internasional Inggris di Jakarta. Foto: KRAIPIT PHANVUT / AFP
Seiring Harry tenggelam dalam pikirannya, satu sosok mendekati tempat tidurnya. Sosok ini adalah Raja Charles III—saat itu masih bergelar pangeran—yang kemudian duduk di samping Harry.
Charles memberitahukan tentang kecelakaan tragis tersebut hanya dalam beberapa kalimat pendek, bahwa dia (Putri Diana) mengalami kecelakaan, bahwa dia terluka parah, bahwa dia tidak selamat.
"Tak satu pun dari apa yang saya katakan kepadanya saat itu tetap ada dalam ingatan saya. Mungkin saja saya tidak mengatakan apa-apa. Yang saya ingat dengan sangat jelas adalah bahwa saya tidak menangis. Tidak satu tetes pun air mata," tulis Harry.
Harry kerap menggambarkan ayahnya sebagai sosok yang sulit mengekspresikan perasaan bahkan dalam keadaan normal.
Pun ketika menjelaskan kecelakaan Diana, dia tidak menenangkan maupun memeluk Harry. Terduduk di sampingnya, Charles hanya meletakkan satu tangan pada lutut Harry. Dia mengucapkan 'Ini akan baik-baik saja'. Namun, Harry tidak merasa demikian.
ADVERTISEMENT

Denial Bertahun-tahun

Pangeran William dan Pangeran Harry berbincang sebelum peresmian patung Putri Diana di Taman Sunken, Istana Kensington, London, Inggris. Foto: Dominic Lipinski/Pool/REUTERS
Setelah ayahnya keluar dari kamar tidurnya, Harry hanya terduduk tanpa berkutik. Harry kemudian terbangun dari renungannya ketika lantunan dari alat musik tiup bagpipe memecah keheningan.
Sejak saat itu, Harry konsisten menolak kenyataan.
Suatu pagi, bibinya memberikan dua kotak kecil kepada Harry dan William. Dalam kotak-kotak tersebut, Lady Sarah McCorquodale menaruh potongan rambut Diana yang dia dapatkan saat berada di Paris—sebuah gestur yang dimaksudkan untuk mengenang sang ibu.
Walau begitu, ketika melihat helai rambut berwarna pirang tersebut, Harry tetap bersikeras untuk mempertahankan delusinya.
"Ini bisa saja rambut siapa saja," tuturnya.
"Ibu, dengan rambut pirangnya yang utuh, ada di luar sana. Saya akan tahu kalau tidak. Tubuh saya akan tahu. Hati saya akan tahu," tegas dia.
ADVERTISEMENT

Tangis Pecah

Penghormatan kepada Putri Diana, pada peringatan 25 tahun kematiannya, terlihat di luar Istana Kensington, di London, Inggris. Foto: Peter Nicholls/REUTERS
Ketika menyaksikan kerumunan orang yang mengungkapkan duka dan menitikkan air mata di luar Istana Kensington, Harry hanya bertanya-tanya. Harry heran dengan orang-orang yang menangisi Diana, sementara dia belum mengeluarkan setetes pun air mata.
"Saya ingin menangis, dan saya berusaha melakukannya, karena kehidupan Ibu begitu tragis sehingga dia merasa perlu menghilang, untuk mengarang sandiwara besar ini. Tetapi saya tidak bisa memeras satu tetes pun," kata Harry.
"Mungkin saya mempelajarinya terlalu baik, terserap terlalu dalam, etos keluarga, bahwa menangis bukanlah pilihan—selamanya," sambungnya.
Setelah Diana dikubur di sebuah pulau di pusat Althorp Estate, air mata yang terbendung akhirnya mengalir deras. Namun, bahkan dalam momen ini, dia masih menyangkal kepergian Diana.
Buku "Spare" karya Pangeran Harry dari Inggris, Duke of Sussex dipajang di toko buku WHSmith, Stasiun Victoria, London, Senin (9/1/2023). Foto: Isabel Infantes/AFP
Penyangkalannya bertahan seiring orang-orang melanjutkan kehidupan mereka, termasuk Harry yang kembali bersekolah di Ludgrove School di wilayah pedesaan Berkshire.
ADVERTISEMENT
Harry kemudian berulang tahun yang ke-13 pada September 1997 tanpa kehadiran Diana. Semasa menimba ilmu di sekolah asrama ini, Harry diminta untuk menuliskan surat 'terakhir' untuk Diana.
Saat mendengar permintaan ini, Harry ingin memprotes. Dia ingin mengatakan bahwa ibunya masih hidup. Tetapi, dia mengurungkan niatnya karena takut mereka akan menganggapnya 'gila'.
"Lagipula, apa tujuannya? Ibu akan membaca surat ini ketika dia keluar dari persembunyiannya," cetus Harry.
Sepanjang autobiografinya, Harry berulang kali mengecam para jurnalis, terutama paparazi yang memburu semua orang terdekatnya hingga akhirnya mengarah pada kematian Diana.
Dia mengingat bagaimana puluhan fotografer yang berjejer dalam tiga atau empat tingkatan—the Wall atau Dinding—selalu menghantuinya saat berlibur ke Kota Klosters di Swiss.
ADVERTISEMENT
Kamera-kamera itu akan mengeluarkan bunyi desing dan klik, menghasilkan hingga ratusan foto hanya dalam sepuluh detik.
"Inilah kenapa dia bersembunyi," pikir Harry.

Palsukan Kematian

Putri Diana bersama Pangeran Charles, Pangeran Harry, dan Pangeran William pada April 1985. Foto: Terry Fincher / Getty Images
Setelah perjalanannya ke Klosters pada 1999, dia membahas dugaan tentang kepergian sang ibu dengan William. Dalam percakapan itu, William untuk pertama kalinya mengakui dia sempat memiliki teori serupa. Namun, pada akhirnya, William membuang anggapan ini.
"Dia tidak mungkin mati, Willy! Dia tidak mungkin melakukan ini kepada kita!" seru Harry kepada William.
Dari tahun ke tahun, Harry selalu menghabiskan setiap pagi memikirkan 'mungkin dia akan kembali hari ini'. Begitu pun setiap siang, dan setiap malam harinya, mengharapkan kehadiran Diana.
Bahkan setelah lulus dari sekolah, mulai terjatuh mengonsumsi ganja hingga kokain, bergabung dengan angkatan militer, dan nyaris bertugas di Irak—dia masih tidak percaya akan kepergian Diana.
ADVERTISEMENT
Harry kemudian menerima berkas rahasia polisi yang memuat investigasi kecelakaan Diana dari sekretaris pribadinya, Jamie Lowther-Pinkerton, pada 2005. Beberapa hari sebelumnya, dia meminta dokumen ini untuk mencari bukti atas kematian Diana.
"Dokumen itu tidak membuktikan apa-apa, kecuali bahwa Ibu mengalami kecelakaan mobil, setelahnya dia tampak tidak terluka secara umumnya," tulisnya, masih menolak kenyataan.

Reka Ulang Kecelakaan

Mobil Mercedes yang ditumpangi oleh Putri Diana dan Dodi Fayed hancur setelah mengalami kecelakaan di terowongan Pont de l'Alma, Paris, Prancis. Foto: PIERRE BOUSSEL / AFP
Hingga suatu hari, Harry menghadiri semifinal Rugby World Cup di Paris pada Oktober 2007. Dia belum pernah mengunjungi kota favorit ibunya itu sebelumnya. Pada malam pertama di City of Lights, Harry meminta sopirnya melintasi terowongan Pont de l'Alma, dengan kecepatan 104km/jam—dia berniat mereka ulang kecelakaan Diana.
Mobil mereka lantas meluncur antara lalu lintas, mencapai mulut terowongan sebelum melesat melewati tonjolan yang konon membuat Mercedes yang ditumpangi Diana keluar dari jalur.
ADVERTISEMENT
Namun, Harry bahkan tidak merasakan tonjolan tersebut.
"Saat mobil memasuki terowongan, saya mencondongkan tubuh ke depan, menyaksikan cahaya berubah menjadi semacam oranye kabur, menyaksikan pilar-pilar beton berkelap-kelip. Saya menghitungnya, menghitung detak jantung saya, dan dalam beberapa detik kami muncul dari sisi lain," terang Harry.
Ketika sampai pada ujung terowongan, dia bertanya-tanya: 'Itu saja?' Harry membayangkan terowongan itu sebagai lorong berbahaya. Nyatanya, dia hanya melewati terowongan pendek dan sederhana.
"Tidak ada alasan seseorang bisa mati di dalamnya," ujar Harry kepada sopirnya dan seorang pengawalnya, Billy the Rock.

Buka Kembali Investigasi

Putri Diana tiba di National Hospital for Neurology and Neurosurgery di London, pada 6 Maret 1996. Foto: Gerry Penny/AFP
Harry yang saat itu sudah berusia 23 tahun meminta sang sopir kembali melintasi terowongan Pont de l'Alma. Sekali lagi.
Dalam hati kecilnya, dia berharap akan merasakan apa yang dia rasakan ketika melihat berkas rahasia polisi: keraguan.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, segala keraguannya justru sirna pada malam itu.
"Dia meninggal. Tuhan, dia benar-benar pergi untuk selamanya," ucapnya dalam hati.
Harry lalu menelepon William untuk menceritakan pengalaman itu, yang mengaku bahwa dia juga pernah melintasi terowongan tersebut setelah kematian Diana. Untuk terakhir kalinya, mereka memutuskan untuk mengemudi melewati terowongan ini bersama-sama.
Keduanya memiliki pertanyaan-pertanyaan yang sama. Setelah bertahun-tahun, dengan dana sebanyak itu, laporan kematiannya hanya membawa kesimpulan yang terdengar bak lelucon.
Mereka sepakat akan satu hal: bahkan bila mabuk, sang sopir tidak mungkin kesulitan menavigasi terowongan pendek seperti ini, kecuali paparazi mengejar dan membutakan pandangannya.
"Mengapa orang-orang itu tidak disalahkan? Mengapa mereka tidak di penjara? Siapa yang mengirim mereka? Dan mengapa mereka juga tidak dipenjara?" tanya Harry.
ADVERTISEMENT
Harry dan William menduga ada yang menutup-nutupi kecelakaan sang ibu. Selanjutnya, mereka lantas membulatkan tekad untuk mengeluarkan pernyataan, mendesak penyelidikan kembali, dan mungkin mengadakan konferensi pers bersama.
Namun, mereka tidak bisa mewujudkan rencana itu sampai sekarang.
"Kami dicegah orang-orang yang memiliki kekuatan," pungkas Harry.