Komisi IX DPR: Kebijakan Pendidikan Jangan Jawa Sentris

17 Juni 2017 11:25 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diskusi Polemik Sindo (Foto: Akbar Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi Polemik Sindo (Foto: Akbar Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Anggota DPR Komisi IX Ledia Hanifa Amaliah meminta Kemdikbud membahas ulang rencana penerapan full day school. Salah satunya adalah kesiapan guru untuk memberikan materi pelajaran yang menarik.
ADVERTISEMENT
"Harus dipastikan guru-guru membuat pelajaran yang mengasyikkan. Berapa banyak guru kita yang sudah terverifikasi yang bisa membuat belajar menyenangkan? Ini persoalan," ujar Ledia dalam diskusi Polemik Sindo Trijaya FM di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (17/6).
Ledia mengatakan, penerapan pendidikan karakter harus memaksimalkan peran guru. Guru harus menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari, tak hanya dalam pendidikan di kelas.
"Mereka harus menjadi teladan bagaimana jujur segala macam itu penting," kata politisi PKS ini.
Menurut Ledia, kebijakan full day school belum cocok diterapkan di semua daerah di Indonesia. Beberapa pertimbangannya, seperti kondisi di daerah pada sore hari yang tidak aman untuk anak-anak. Perjalanan dari sekolah ke rumah dikhawatirkan berisiko bagi keselamatan mereka.
ADVERTISEMENT
"Kemudian faktor sosial budaya, keluarga di Indonesia perlu bantuan anak-anak dalam meningkatkan ekonomi, misalnya jaga warung. Bukan mereka dipekerjakan tapi memang bagian dari usaha keluarga," kata Ledia.
"Jadi jangan Jawa sentris jangan kota sentris," imbuhnya.
Ledia meminta, seharusnya kebijakan full day school dibuat optional. Sekolah dapat menerapkan jika memang memungkinkan, namun tidak perlu dipaksakan jika memang tidak cocok.
"Memaknai kebijakan dengan membandingkan dengan negara lain, tapi kondisi sosial ekonomi belum sama," tuturnya.