Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf menilai rencana itu perlu dikaji. Sebab, menurut Dede, jangan sampai ada kesan wajib militer.
"Wajib militer memang tidak diterapkan di Indonesia, tapi pendidikan Bela Negara sebetulnya masih perlu. Tapi apakah bentuknya harus ke-militeran, atau oleh Militer, itu yang perlu dikaji," kata Dede saat dimintai tanggapan, Selasa (18/8)
"Rasanya perlu didudukkan agar kesannya tidak wajib militer," tambahnya.
Pasalnya, Politikus Demokrat itu berpendapat, saat ini di kampus juga sudah ada latihan seperti militer yang didapatkan dari ekstra kulikuler yaitu resimen mahasiswa (menwa).
"Karena kalau latihan seperti militer kan sudah ada ekskul menwa. Atau yang model Pramuka ada Racana di kampus. Apakah ini yang akan diwajibkan. Bisa saja jadi ekskul wajib bagi mahasiswa semester baru. Di Menwa dan di Pramuka Rancana ada pendidikan Bela Negara dengan pendekatan yang lebih ke anak muda. Seperti bertualang, disiplin keras, baris berbaris, fisik, dan skill khusus," papar Dede.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Dede menjelaskan, saat ini Kemendikbud sedang memberlakukan merdeka belajar. Jadi, mahasiswa diberikan kebebasan untuk menambah prodi agar siap masuk kerja.
Atas dasar itu, dia menilai, pendidikan militer akan menambah beban berat bagi mahasiswa .
"Sudah gitu harus magang kerja 3 semester lagi, kalau ditambah 1 semester wamil lagi, ini akan berat bagi mahasiswa. Kalau saya pribadi lebih cocok kalau salah satu ekskul/UKM wajib yang diambil adalah Menwa atau Pramuka tadi untuk semester satu. Jadi, yang melatih bisa saja dari TNI tapi mereka tidak di mess-kan," tandas Dede.