Korban Pencabulan Pelatih Pramuka Akan Diberi Pendampingan Psikososial

21 Februari 2020 18:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penyidik Bareskrim tunjukkan tersangka beserta barang bukti kasus pelatih pramuka cabul di Tuban, Jumat (21/2). Foto: Ricky Febrian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Penyidik Bareskrim tunjukkan tersangka beserta barang bukti kasus pelatih pramuka cabul di Tuban, Jumat (21/2). Foto: Ricky Febrian/kumparan
ADVERTISEMENT
Polisi tak hanya menangkap PS (44), pelatih pramuka salah satu sekolah di Tuban yang mencabuli siswa di bawah umur. Para korban juga akan didampingi oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak untuk diberi terapi psikologi untuk memulihkan mental mereka.
ADVERTISEMENT
"Ini anak-anak, mereka yang mengalami trauma ini untuk kami pastikan semua unsur termasuk pemda yang akan dampingi sampai korban pulih," kata Ciput Eka Purwianti, Asisten Deputi Perlindungan Anak Dalam Situasi Darurat dan Pornografi Kementerian PPA, di Gedung Bareskrim, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (21/2).
Penyidik Bareskrim tunjukkan tersangka beserta barang bukti kasus pelatih pramuka cabul di Tuban, Jumat (21/2). Foto: Ricky Febrian/kumparan
Salah satu pendampingan yang mereka berikan adalah pendampingan psikososial. Pendampingan ini diberikan agar korban pelecehan seksual tak sampai permisif, atau mewajarkan penyimpangan seksual di masa depan.
"Ada banyak kasus, justru mereka membiarkan dan akhirnya menjadi adiksi (kecanduan). Mereka bisa mencari orang dewasa untuk melakukan penyimpangan itu lagi. Contohnya pelaku ini jadi trauma dan adiksi karena dulu dia korban. Reinhard Sinaga (WNI predator seksual di Inggris), dia dulu juga korban," kata Ciput mencontohkan.
ADVERTISEMENT
Ciput memastikan, tim mereka yang diisi oleh para psikolog bisa menuntaskan dan memberikan pendampingan sampai korban pulih. Meski ada kemungkinan korban bersikap tertutup dan menolak pendampingan. Namun ia optimistis psikolog dapat memulihkan mental korban pelecehan seksual.
Ilustrasi pelecehan seksual Foto: Shutterstock
"Itu psikolog kita lebih jago lah," kata Ciput.
Sementara KPAI yang turut hadir dalam konpers mendorong agar orang tua memberi pemahaman pada anak mereka tentang organ sensitif. Termasuk perlawanan pertama jika terjadi hal yang tak diinginkan.
"Kepada anak itu sendiri juga penting diberi penguatan, terkait dengan anak harus tahu bagian penting dari tubuhnya yang tidak boleh dipegang orang lain. Kalau sampai dilakukan, anak bisa diajari berteriak atau minta tolong," kata Margaret, perwakilan KPAI.
ADVERTISEMENT