Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Partai Golkar telah mengadakan Rapimnas pada Kamis (14/11), sebagai forum untuk mempersiapkan Munas pada 4-6 Desember 2019. Kubu Bambang Soesatyo (Bamsoet ) menganggap Rapimnas itu prematur.
ADVERTISEMENT
Juru bicara Bamsoet, Viktus Murin, menyebut Rapimnas malah jadi ajang DPD tingkat I untuk deklarasi mendukung Airlangga sebagai calon ketua umum. Padahal, pandangan DPD seharusnya disampaikan di Munas.
"Forum rapim yang seharusnya bahas persiapan munas telah di-setting dalam tanda petik seolah-olah sebagai munas yang prematur. Yang pasti pandangan umum dukung mendukung tadi malam di Rapimnas yang seharusnya itu disampaikan di munas," kata Jubir Bamsoet di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Jumat (15/11).
Menurutnya, pelaksanaan rapimnas kemarin dapat membahayakan soliditas partai. Terlebih, suara 34 DPD tidak mewakili seluruh pemilik suara di Munas yang juga mencakup DPD II atau tingkat kabupaten/kota.
"Ini sesuatu yang membahayakan soliditas para anggota karena itu kami akan tetap terang benderang menjaga kohormatan dan marabat AD ART organisasi Partai Golkar," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan yang sama, Jubir Bamsoet lain, Andi Sinulingga, mengatakan suasana Rapimnas yang digelar tidak kondusif dan mengintimidasi psikologis setiap kader. Baginya, Rapimnas Golkar telah keluar dari subtansi yang harus dilakukan.
"Rapimnas kemarin pertama yang perlu diketahui kita tidak pernah rasakan Rapimnas semencekam itu. Suasana yang tidak kondusif, intimidasi psikologis yang luar biasa yang buat teman-teman tidak nyaman," kata dia.
"Forum rapimnas Golkar hanya menetapkan agenda terkait Munas. Tapi yang terlihat bahwa sama sekali Rapimnas tidak memuat subtansi apa yang mau dibawa ke munas," tambahnya.
Menurutnya, rapimnas yang telah dilakukan hanya dilaksanakan semata-mata untuk melegitimasi pencalonan Airlangga sebagai caketum.
"Rapimnas dijadikan untuk stepping stone (batu loncatan) alat untuk melegitimasi kekuasaan yang nanti diharapkan munas itu tidak sesuai dengan AD ART. Golkar pernah mengalami konflik tajam kita terbelah dua selama 2 tahun lebih konflik itu, juga karena pelanggaran AD ART soal pemilihan Ketum Golkar" ucap timses Bamsoet itu.
ADVERTISEMENT