Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Lion Air: Kami Sangat Fokus pada Safety Flight
5 November 2018 11:35 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Senin terakhir di bulan Oktober jadi hari paling sibuk bagi Danang Mandala Prihantoro. Hari itu (29/10), pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang terempas di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat. Pesawat berumur dua bulan jenis Boeing 737 MAX 8 itu hilang kontak hanya 13 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta.
ADVERTISEMENT
Sebagai Corporate Communication Lion Air, ponsel Danang terus berdering menerima pertanyaan dari awak media dan pihak-pihak lain. Ia harus menjelaskan perihal pesawat baru milik Lion Air yang terjatuh dan diperkirakan menewaskan 181 penumpang serta 8 awak di dalamnya.
Sebelum hilang kontak, pesawat yang dikomandoi Captain Bhavye Suneja itu sempat meminta Return To Base kepada menara pengawas Bandara Soekarno-Hatta. Saat ditanyakan alasannya, Captain Suneja mengatakan ada masalah teknis pada pesawatnya. Akan tetapi ia tidak merinci masalah apa yang sebenarnya terjadi.
Di tengah kabar simpang siur, Danang bercerita sempat ada pihak yang mengembuskan kabar pesawat Lion Air dengan nomor registrasi PK-LQP itu mendarat di Lanud Halim Perdana Kusuma. Berita itu seketika sirna setelah Basarnas memastikan pesawat itu jatuh di Tanjung Karawang.
Dugaan adanya kelalaian yang dilakukan pihak Lion Air lantas muncul. Sebab sehari sebelum kejadian, pesawat Lion Air PK-LQP itu dilaporkan sempat bermasalah ketika akan terbang dari Denpasar ke Jakarta.
ADVERTISEMENT
Namun masalah teknis tersebut, menurut Danang, sudah diselesaikan sehingga pesawat dinyatakan laik untuk terbang ke Pangkal Pinang.
“Sampai di Jakarta ada namanya post flight check, pre flight check. Itu bukan hanya melihat pesawat satu komponen tapi secara keseluruhan,” kata Danang.
Spekulasi kian liar, narasi yang sama berulang. Maskapai Low Cost Carrier (LCC) seperti Lion Air dianggap kerap mengesampingkan faktor keselamatan bagi penumpang demi menekan harga tiket. Belum lagi, sebelum itu pun Lion Air juga memiliki citra buruk sebagai maskapai yang sering terlambat.
Padahal, menurut data Kementerian Perhubungan di awal tahun, Lion Air menempati peringkat ke-7 dari 15 maskapai yang paling tepat waktu. Dari 196.932 penerbangan sepanjang 2017, sebanyak 71,32 persen Lion tercatat tepat waktu.
ADVERTISEMENT
Demi menepis berbagai spekulasi, Danang dan Presiden Direktur Batam Aero Technic I Nyoman Rai Pering menceritakan ihwal kecelakaan Lion Air PK-LQP dan proses pemeliharaan Lion Air. Berikut petikan wawancara mereka bersama kumparan, Jumat (2/11), di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Apa yang sudah dilakukan Lion Air untuk meningkatkan kualitas layanan?
Danang: Terkait dengan hal tersebut pada prinsipnya Lion Air itu patuh terhadap standar prosedur operasional, regulasi, dan ketentuan-ketentuan internasional. Terkait dengan standar penangan penumpang, pelayanan penumpang, kemudian standar selama sebelum penerbangan juga compliance, artinya sesuai dengan prosedur, SOP yang berlaku.
Penanganan pesawat secara keseluruhan Lion menjalankan maintenance terjadwal dan ada juga maintenance tidak terjadwal. Kemudian terkait dengan maintenance, sebelum pesawat terbang itu ada pre flight check. Setelah terbang itu ada namanya transit check dan ada namanya post flight check.
ADVERTISEMENT
Banyak pertanyaan, kenapa pesawat baru kok bisa jatuh, di mana letak kesalahannya?
Danang: Itu di luar dari kemampuan kita, kita sudah patuh. Terkait penyebabnya, kami juga belum bisa memberikan informasi lebih lanjut karena ada KNKT yang akan menjawab.
Jadi Lion Air untuk safety, fokus juga di training SDM, fasilitas training, pusat pendidikan dan pelatihan. Dan kita selalu menggunakan pesawat-pesawat baru. Dengan menggunakan pesawat baru ini Lion Air adaptif terhadap tren perjalanan khususnya di era kekinian.
Rai Pering: Perawatan pesawat itu sangat ketat. Baik perawatan yang sifatnya ringan, di line maintenance, kalau ada kerusakan dilakukan perawatan. Saya kira di Lion Group, perawatan kami lakukan sangat-sangat serius, sesuai dengan quality assurance yang ada, mengacu pada manual dan prosedur yang sudah di-approve oleh kelaikan udara Indonesia. Kami melakukan perawatan mengikuti prosedur yang ada dan menggunakan fasilitas terkini.
ADVERTISEMENT
Untuk perawatan ini semua sudah diatur oleh pabrikan. Perawatan yang di line maintenance itu setiap hari. Sebelum melakukan pemberangkatan, di line maintenance dilakukan perawatan untuk melakukan pengecekan. Kalau ada kerusakan-kerusakan dilakukan perbaikan.
Pesawat ini sudah bermasalah di Bali, bagaimana proses pemeriksaan pesawat saat di Jakarta dan dinyatakan laik terbang kembali?
Danang: Memang benar terdapat trouble atau technical di Denpasar, dan technical ini membutuhkan perawatan dan ada perawatan tidak berjadwal di Denpasar yang membutuhkan waktu signifikan sehingga menimbulkan ketidaknyamanan atau delay.
Terkait kejadian tersebut terjadi koordinasi antara pilot dan teknisi, sehingga perlu dilakukan perawatan tidak berjadwal. Setelah pesawat dinyatakan services capable atau laik terbang maka diterbangkan ke Jakarta. Sampai di Jakarta seperti yang tadi saya sampaikan ada namanya post fly check, pre flight check. Itu bukan hanya melihat pesawat satu komponen tapi secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Apa pertimbangan memakai Boeing 737 MAX 8?
Danang: Kami punya Boeing MAX 8 itu 11 unit. Pertimbangannya harus mengikuti perkembangan untuk memberikan unsur keamanan dan kenyamanan penerbangan. Untuk itu Lion Air ingin upgrade dari faktor tersebut.
Apalagi ada tren perjalanan milenial di era sekarang. Untuk itu perlu meng-upgrade alat produksinya kita menjadi lebih terkini, dan lebih modern.
Dari sisi kenyamanan penumpang itu ada Boeing Sky Interior, jarak tempat duduknya lebih lega. Kemudian kompartemennya lebih besar. Di dalam pesawat MAX itu ada ambiance yang bisa disesuaikan dengan mood penerbangan. Ada warna-warna tertentu. Pencahayaannya juga lebih futuristik.
Apakah teknisi di Lion Air selalu ikut dalam penerbangan?
ADVERTISEMENT
Danang: Itu salah satu standarnya di kita. Kenapa teknisi ikut dalam penerbangan karena teknisi di kita sangat fokus di safety. (Sebenarnya) nggak setiap penerbangan tapi di (penerbangan) tertentu, artinya kan ini sebagai salah satu prosedur di perusahaan.
Apakah ada pelatihan bagi pilot ketika dalam kondisi darurat?
Danang: Itu di simulator, secara general simulator itu salah satu tool atau channel pilot untuk mengasah (kemampuan) sebelum menerbangkan pesawat beneran. Jadi, ada uji coba pada saat cuaca baik, ada uji coba saat cuaca buruk, ada saat emergency. Semua sesuai dengan yang dialami di lapangan.
Banyak anggapan bahwa maskapai Low Cost Carrier (LCC) tidak memperhatikan kualitas keselamatan, bagaimana menurut Anda?
Danang: Murah itukan bahasa awam, bahasa market-lah. Kenapa menjual tiket dengan tarif terjangkau karena konsepnya Lion itu No frills, layanan minimum. Berbeda dengan konsep full sevices yang di dalam pesawat orang dapet fasilitas-fasilitas lainnya.
ADVERTISEMENT
Tapi di mana pun, namanya safety itu sudah diatur secara internasional. Jadi bukan kita yang mengatur sendiri sendiri. Terus karena murah, (disangka) biaya safety terlewatkan.
Kita punya namanya Batam Aero Technic, itu untuk penanganan pesawat. Kemudian kita punya Lion Training Center, itu fasilitas pendidikan. Terus ada simulator ini dalam konsep safety.
Rai Pering: Itu sangat keliru karena peralatan itu adalah standar semua, ada prosedurnya, dan diawasi ketat oleh authority, lembaga otoritas, di Indonesia oleh DKUPPU. Terus kami juga perusahaan di bawah Lion Group (perusahaan induk untuk Lion Air, Batik Air, dan Wings Air) termasuk Lion Air, sudah mendapatkan approved dari ICAO (Interational Civil Aviation Organization), lembaga internasional di bidang pengoperasian pesawat.
ADVERTISEMENT
Nah di situ termasuk perawatan pesawatnya juga diaudit. Jadi, tidak ada kata untuk LCC perawatan pesawatnya itu berbeda dengan penerbangan lain. Jadi standarnya sama. Justru kami melakukan pengetatan dan kami punya sistem monitoring yang kemungkinan lebih advance dari penerbangan yang lain, karena kami menggunakan teknologi yang lebih baru.
Apa perbedaan maskapai LCC dengan maskapai Full Service?
Danang: LCC itu kan low cost carrier atau maskapai no frills , artinya pelayanannya minimum. Yang dimaksud dengan layanan minimum merupakan faktor atau aspek-aspek penerbangan yang tidak disediakan tidak include atau termasuk di dalam harga tiket.
Jadi secara singkat, Lion Air tidak menyediakan misalnya makanan atau minuman di pesawat. Tapi untuk kebutuhan penumpang yang akan minum dan makan di pesawat itu konsepnya beli dan tidak diberikan cuma-cuma. Itulah yang membedakan konsep LCC.
ADVERTISEMENT
Namun seperti yang disampaikan, bahwa Lion Air tetep mengutamakan dari sisi security tanpa menghilangkan aspek keselamatan sama keamanan, karena itu sudah hal yang mandatori.
Lion Air terkenal sebagai maskapai yang sering delay, bagaimana tanggapan Anda?
Danang: Delay itu faktornya banyak, kita juga tidak menghendaki namanya delay. Dalam konteks ini kenapa Lion sering delay. Satu, fakta yang ada Lion ini punya frekuensi penerbangan lebih dari 650 perhari.
Dua, faktor cuaca. Faktor cuaca yang salah satunya berdampak pada rotasi dan operasional penerbangan. Contoh, ada bad weather nih, cuaca buruk yang menyebabkan tertundanya penerbangan.
Tiga, faktor technical, ada beberapa indikasi sehingga perlu dilakukan perawatan tidak terjadwal. Nah perawatan tidak terjadwal itu terkadang juga membutuhkan waktu pekerjaan yang cukup signifikan. Empat, faktor traffic.
ADVERTISEMENT
Tapi kita harus ketahui bersama, faktor delay itu udah kita minimalisir. Berbagai upaya sudah kita lakukan karena itu merupakan salah satu concern utama untuk memberikan aspek kenyamanan terhadap pelanggan maupun penumpang.
Tanggapan anda soal kabar adanya jam terbang berlebihan bagi pilot Lion Air?
Danang: Tidak ada, karena itu sudah diatur. Ada aturan batasan jam terbang, sehari ada berapa, kemudian ada info lainnya, ada ketentuannya kita tidak bisa main main. Kami menampik, tidak ada.
Kita sangat concern, karena komponen untuk safety itu kan ada SDM-nya, kemudian ada aircraft-nya sendiri, ada faktor-faktor lain yang saling berkaitan. Jadi enggak bisa disebut kalau krunya itu dipaksakan untuk terbang. Itu tidak benar.
Soal kabar saling pinjam sparepart pesawat apakah memang ada?
ADVERTISEMENT
Rai Pering: Saya kira untuk perawatan pesawat, Lion Air sangat komitmen. Kita investasi besar untuk membeli sparepart. Sparepart kita asetnya tuh luar biasa banyak. Jadi kami cukup dengan sparepart. Karena perawatan pesawat itu adalah utama.Tidak ada kaitannya dengan LCC.
Apapun jenis operasinya, standar perawatan itu adalah sama, tidak ada bedanya. Jadi kami melakukan perawatannya dengan mengganti sparepart dari sparepart yang sudah dilaksanakan, repair, atau kami beli di approved vendor yang sudah mempunyai sertifikasi kelaikan udara.
Jadi kalau ada sparepart yang masih laik, tetep dipakai?
Rai Pering: Jadi untuk perawatan di pesawat udara ini melakukan repair agar lebih efisien. Kalau komponen pesawat udara itu untuk melakukan repair itu lebih efisien sehingga part komponen yang kita beli, kita juga punya stok.
ADVERTISEMENT
Nanti kalau rusak, stoknya kita pasang. Yang turun, kita lakukan repair di MRO namanya, maintenance repair and overhaul facility yang approved by authority. Itu ada prosedurnya semua. Semua mengacu kepada prosedur yang sudah di-approved oleh lembaga otoritas.
Sumber kami menyebutkan bahwa dia pernah terbang dengan tidak membawa radar cuaca, apakah memang demikian?
Rai Pering: Tapi yang kami ketahui, semua prosedur perkiraan cuaca itu wajib, dan memang sebelum berangkat itu ada briefing untuk mengetahui kondisi cuaca dan lain sebagainya. Itu saya kira dilakukan di Lion Air.
Mungkin saya luruskan sedikit. Bukan alat, jadi weather port case namanya. Perkiraan cuaca itu sebelum berangkat itu dibawa. Cuaca sampai di tujuan penerbangan itu seperti apa? Itu dibawa. Bukan alat, tapi weather port case.
ADVERTISEMENT
Kalau instrumennya, setiap pesawat apalagi pesawat yang canggih yang kita punyai, sudah dilengkapi weather radar namanya, untuk mendeteksi, untuk me-mapping kondisi weather atau cuaca dengan kondisi yang lebih detil lagi. Jadi, pesawat ini bisa mendeteksi kondisi cuaca lebih akurat.
Bagaimana menejemen Lion Air kembali meyakinkan masyarakat untuk naik Lion setelah tragedy ini?
Danang: Transportasi udara ini kan sangat sarat dengan safety. Kita menunjukkan bahwa Lion Air memenuhi requirement tersebut. Seperti yang saya sampaikan ada Batam Aero Technic, Lion Training Centre Simulator, itu kan salah satu part bahwa bagaimana sih sebelum pesawat diterbangkan kita harus patuh dengan unsur safety.
Bagaimana penjualan tiket Lion setelah jatuhnya JT 610?
Danang: Kalau kami melihat ini berjalan normal. Dan memang saat ini musimnya itu low season. Jadi belum begitu ramai. Kemudian, mengenai ada yang membatalkan, reschedule, ya tetap kita layani dan itu merupakan suatu hal yang wajar. Kalau kami melihat trennya masih berjalan normal.
ADVERTISEMENT
Secara overalll rata-rata berjalan seperti pada hari-hari biasanya. Memang kalau orang itu pasti ada kebutuhan si penumpang kayak cancel. Ya itu kami layani dan menurut kami menjadi sesuatu yang wajar. Ada refund banyak.
Berapa besar tren pangsa pasar Lion sekarang?
Danang: Tren pangsa pasar Lion, menurut kami dan berbagai pihak, mendominasi terutama di dalam negeri. Karena Lion sehari itu punya lebih dari 650 penerbangan dan itu terbang ke berbagai kota.
Nah konsepnya Lion sendiri itu menghubungkan secara direct ataupun lewat transit di suatu kota. Konsep inilah yang kita perkuat atau pertegas untuk mengembangkan dan memperkuat pasar melalui kota-kota utama di Indonesia.
------------------------
Simak Liputan Khusus kumparan: Lion Terempas .
ADVERTISEMENT