Masyarakat Diminta Tak Terburu-buru Jual GeNose, Mengapa?

22 Agustus 2022 21:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Inventor GeNose, Prof Kuwat Triyana dan dr Dian Kesumapramudya Nurputra. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Inventor GeNose, Prof Kuwat Triyana dan dr Dian Kesumapramudya Nurputra. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Prof Kuwat Triyana Dekan FMIPA UGM yang juga inventor GeNose meminta masyarakat atau instansi yang memiliki GeNose tak buru-buru menjual alat pendeteksi corona itu.
ADVERTISEMENT
Meski saat ini corona telah melandai, tetapi pengembangan software untuk GeNose terus dilakukan. Ke depan, alat tersebut akan bisa mendeteksi berbagai penyakit lain. Saat ini, mesin GeNose pun dihentikan produksi masalnya.
"Jadi kalau pemikiran kami di peneliti adalah mengfungsionalkan GeNose-GeNose yang di masyarakat daripada dijual di marketplace jadi nanti tinggal update softwarenya itu bisa kita jadikan alat deteksi yang lain," kata Kuwat di Gedung Rektorat UGM, Senin (22/8).
"Mesinnya berhenti diproduksi massal. Kecuali nanti kalau kebutuhannya meningkat lagi. Itu mungkin juga," katanya.
Inventor GeNose, Prof Kuwat Triyana dan dr Dian Kesumapramudya Nurputra. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Dengan pengembangan software itu, maka GeNose akan tetap senantiasa berguna. Di sisi lain, karena saat ini produksi massal disetop maka ribuan mesin GeNose yang beredar di masyarakat menjadi sangat berharga.
ADVERTISEMENT
"Ini kesempatan bagi kami untuk memberikan gambaran ke masyarakat luas bahwa jangan dijual. Nanti, jangan-jangan nanti harganya naik sepuluh kali lipat bisa juga lho," katanya.
"Bayangkan ada suatu alat yang bisa mendeteksi bermacam penyakit itu kan luar biasa," bebernya.
Bahkan, Kuwat bersedia untuk membeli kembali GeNose separuh harga. Pasalnya, saat ini banyak mahasiswa yang juga membutuhkan GeNose untuk penelitian.
"Kalau ada yang jual separuh harga saya mau beli itu. Karena sekarang ini saya punya mahasiswa di kedokteran hewan di pertanian itu juga pakai GeNose. GeNose yang di pertanian itu untuk mendeteksi kutu beras dan gandum. Kalau di kedokteran hewan kami juga ada mahasiswa juga menggunakan GeNose untuk mendeteksi infeksi tapi pada hewan mamalia," bebernya.
ADVERTISEMENT
Rektor UGM Ova Emilia juga sepakat. Bahwa masyarakat jangan dahulu menjual GeNose. Dengan terus adanya pengembangan, maka GeNose diyakini akan tetap bermanfaat.
"Itu yang disampaikan oleh Prof Kuwat digaris bawahi jangan dijual dulu karena sayang karena kita sedang membuat (pengembangan). Tinggal otaknya saja yang diubah itu yang lagi disiapkan, kan sayang (kalau dijual)," katanya.
Layanan yes GeNose di stasiun Foto: Dok. Humas KAI
Dengan pengembangan lanjutan, GeNose nantinya akan bisa mendeteksi penyakit-penyakit lainnya seperti kanker serviks.
GeNose rencananya juga akan dikembangkan untuk mendeteksi deteksi tuberculosis (TB) melalui sampel napas pasien (hibah Matching Fund). Lalu, deteksi sepsis pada neonates melalui sampel feses pasien dengan usulan pendanaan ke BRIN/LPDP.
Kemudian juga deteksi jenis bakteri pada ulkus diabetikum yang pendanaan masih dari internal UGM.
ADVERTISEMENT
Kuwat menjelaskan bahwa timnya telah mempublikasikan sebagian data riset GeNose C19 sebagai bagian pertanggung jawaban ilmiah riset hilirisasi implementasi GeNose C19 sebagai alat skrining COVID-19 di dua jurnal.
Jurnal yang pertama adalah Artificial intelligence in Medicine (AIIM), yang merupakan jurnal Q1 dengan impact factor 7,011 dengan judul Hybrid learning method based on feature clustering and scoring for enhanced COVID-19 breath analysis by an electronic nose. Jurnal ini terbit pada bulan Mei 2022.
Kemudian yang kedua adalah Nature portfolio journal (npj) Digital Medicine. Merupakan jurnal Q1 dengan impact factor 15,357, dengan judul Fast and noninvasive electronic nose for sniffing out COVID-19 based on exhaled breath-print recognition. Jurnal ini terbit pada bulan Agustus 2022.
ADVERTISEMENT