Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Melihat Beda Tradisi Transisi Pemerintahan SBY ke Jokowi dan Jokowi ke Prabowo
20 Oktober 2024 20:23 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Ada "tradisi" yang berbeda dalam peralihan kekuasaan dari Presiden ke-7 RI, Joko Widodo atau Jokowi, ke Presiden ke-8 RI, Prabowo Subianto, dibandingkan transisi dari Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ke Jokowi.
ADVERTISEMENT
Mantan Kepala Protokol Negara, Ahmad Rusdi, menjabarkan perbedaan ini, terutama dalam hal kehormatan dan penyambutan tamu negara.
Dalam diskusi Info A1 kumparan edisi pelantikan Presiden-Wakil Presiden RI 2024-2029 pada Minggu (20/10), Rusdi mengatakan dalam transisi kali ini jumlah kepala negara yang hadir jauh lebih banyak dibandingkan saat peralihan dari SBY ke Jokowi.
“Kita kedatangan 34 kepala negara, luar biasa. Dibandingkan sebelumnya, kali ini jauh lebih banyak,” ujar Rusdi.
Sebelum pelantikan, Prabowo sudah melakukan kunjungan ke beberapa negara, seperti Brunei, Filipina, Rusia, dan Prancis. Hal ini diyakini menjadi alasan mengapa banyak negara mengirimkan utusan khusus atau pemimpin mereka untuk hadir.
Di antara tamu penting yang hadir dalam pelantikan Prabowo, terdapat Sultan Brunei, Presiden Filipina, Kamboja, serta Perdana Menteri Malaysia dan Serbia.
ADVERTISEMENT
“Ini menunjukkan perhatian besar negara-negara lain terhadap Indonesia, yang dianggap semakin maju,” tambah Rusdi.
Gestur Penghormatan Prabowo yang Menarik Perhatian
Prabowo tidak hanya menyambut tamu-tamu negara dengan kehormatan, tetapi juga menyebutkan nama mereka satu per satu dalam pidatonya.
“Menyebut nama tamu negara secara langsung adalah gestur yang menunjukkan rasa hormat. Ini ciri khas Prabowo yang sangat menghargai setiap tamu,” ujar Rusdi.
Selain itu, tamu negara yang hadir tak hanya mengikuti prosesi pelantikan, tetapi juga melakukan kunjungan kehormatan ke rumah Prabowo. Ini menjadi bagian dari tradisi penyambutan yang lebih personal dan menunjukkan kedekatan diplomatis yang dijalin oleh pemerintahan baru.
Tradisi Upacara Penyambutan dan Penghormatan yang Berbeda
Perbedaan signifikan lainnya terlihat dalam upacara penyambutan di Istana Merdeka.
ADVERTISEMENT
“Ketika SBY ke Jokowi, itu sama-sama dari gedung MPR ke Istana Merdeka. Kalau tadi Jokowi duluan, Prabowo menyusul, tapi rakyat di sepanjang jalan penyambutannya luar biasa," kata Rusdi.
"Nah, tapi saya melihat kalau waktu dulu SBY ke Jokowi pisah sambut itu tidak ada upacara khusus, kalau tadi kan ada upacara jajar kehormatan. Dulu masyarakat juga bisa masuk ke Istana. Kalau sekarang cuma keluarga inti,” ujarnya.
Selain itu, berbeda dari masa transisi sebelumnya, Prabowo secara langsung mengantar Jokowi ke Bandara Halim Perdanakusuma setelah upacara di istana.
“Prabowo memberikan penghormatan yang luar biasa dengan langsung mengantar Jokowi ke bandara. Ini menunjukkan kedekatan dan rasa hormat yang tinggi,” katanya.
Pengaruh di Kementerian Luar Negeri
Terkait kabinet baru, Rusdi mengakui kebenaran kabar soal Menteri Luar Negeri yang ditunjuk Prabowo kemungkinan akan berasal dari kalangan non-diplomat.
ADVERTISEMENT
“Presiden kan prerogatif memilih menteri atau pembantunya. Tentu kalau dari non-karier (Menlu-nya) sehingga harus diperkuat dengan wamen dan perangkatnya, sehingga bisa melaksanakan dengan semaksimal mungkin. Kemungkinan wamennya Pak Tata, dia dulu di New York, zaman Bu Retno sempat jadi jubir dan staf ahlinya. Lalu wamenlu satu lagi Pak Anies Matta, beliau pernah di Komisi I DPR,” jelasnya.
Presiden-Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, resmi dilantik pada 20 Oktober 2024. Di hari yang sama, Prabowo juga mengumumkan nama-nama menteri maupun kepala lembaga yang akan membantunya lima tahun ke depan.
Updated 21 Oktober 2024, 9:21 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini