Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Memakan Bangkai Manusia, Babi Adalah Mamalia Terjorok?
13 Juni 2017 13:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Bayi yang dimakan oleh seekor babi liar di NTT diduga sudah lebih dulu meninggal alias telah menjadi mayat. Ada dugaan bayi itu memang sengaja dibuang dan pihak kepolisian setempat masih berusaha menyelidiki identitas si bayi dan keluarganya.
ADVERTISEMENT
“Pada hakekatnya babi hutan ini akan memakan bangkai apa pun yang ditemukan. Jadi menurut saya bukan hal aneh apabila babi hutan tersebut memakan mayat bayi karena kebetulan ada mayat di hutan," komentar peneliti LIPI Herjuno Ari Nugroho saat dikonfirmasi kumparan (kumparan.com) terkait peristiwa itu, Selasa (13/6).
[Baca juga: Babi Liar Dipergoki Makan Bayi di NTT ]
Banyak yang menyebut babi adalah mamalia paling jorok. Benarkah demikian? “Kalau jorok sebenarnya itu pandangan dari kita manusia saja," jawab Herjuno.
Herjuno menjelaskan karena pilihan makanan babi hutan ini banyak, manusia kemudian memandangnya sebagai hewan jorok. Makanan babi hutan yang dianggap jorok antara lain adalah cacing tanah, larva serangga, tikus, kadal, sampah, bahkan bangkai.
ADVERTISEMENT
Peneliti LIPI lulusan Universitas Gadjah Mada itu menceritakan pengalamannya yang pernah membedah babi hutan liar. Ia menemukan banyak cacing parasit dan caplak parasit di dalam tubuh hewan tersebut.
{Baca juga: Kata Peneliti LIPI Soal Babi Makan Bayi di NTT ]
“Mungkin dari situ (juga) orang menilainya sebagai hewan jorok,” tutur Herjuno. “Selain dari gaya makannya (juga) yang kita pandang jorok.”
Selain sering dianggap sebagai hewan jorok, ada pula yang menganggap babi adalah salah satu mamalia yang paling cerdas.
“Kalau saudaranya, si babi domestik (babi peliharaan atau peternakan), memang cerdas meskipun egois," kata Herjuno menanggapi anggapan itu.
ADVERTISEMENT
“Kalau babi hutan saya menduga mungkin saja dia seperti saudaranya babi domestik itu. Tapi saya juga tidak bisa bilang cerdas selama belum ada penelitian kognitif untuk babi hutan,” pungkasnya.