Mengungkap Teka-teki Kematian Editor MetroTV Yodi Prabowo

26 Juli 2020 8:05 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemakaman Editor MetroTV Yodi Prabowo di TPU Sandratex, Ciputat Timur.  Foto: Dok. Rizky Adam
zoom-in-whitePerbesar
Pemakaman Editor MetroTV Yodi Prabowo di TPU Sandratex, Ciputat Timur. Foto: Dok. Rizky Adam
ADVERTISEMENT
Misteri tewasnya Yodi Prabowo akhirnya diungkap polisi. Usai dua minggu penyelidikan polisi mendapat kesimpulan diduga kuat karyawan yang bekerja sebagai editor di MetroTV itu meninggal karena bunuh diri. Dugaan itu berdasarkan hasil pemeriksaan sejumlah saksi, bukti, ahli serta forensik.
ADVERTISEMENT
Pertama Saat jasad Yodi ditemukan pada Jumat (10/7) di pinggir jalan Tol JORR, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, polisi juga menemukan sejumlah barang berharga miliknya. Di antaranya seperti dompet lengkap dengan isinya, handphone, serta motor yang terparkir rapi tak jauh dari lokasi korban ditemukan.
Kemudian dari lokasi kejadian polisi menemukan pisau di bawah tubuh Yodi yang telungkup. Pisau itu terhubung dengan luka tusukan yang ditemukan polisi pada bagian dada dan leher korban.
Untuk mengetahui asal pisau itu polisi pun menelusurinya dan diketahui senjata tajam yang memiliki ciri khusus itu dibeli di Ace Hardware Rempoa. Berdasarkan rekaman CCTV toko, senjata tajam itu dibeli oleh Yodi pada 7 Juli 2020. Tepatnya pukul 14.21 WIB sebelum Yodi berangkat kerja.
ADVERTISEMENT
"Korban hanya 8 menit berada di sana. Datang, beli pisau, lalu ke kasir dan keluar," kata Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Tubagus Ade dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Sabtu (25/7).
Pemakaman Editor MetroTV Yodi Prabowo di TPU Sandratex, Ciputat Timur. Foto: Dok. Rizky Adam
Tidak sampai di situ, dari hasil forensik pun menyatakan di pisau itu hanya ada sidik jari dan DNA korban. Artinya pisau itu memang digunakan sendiri oleh Yodi.
Hasil forensik juga menunjukkan ada kandungan amfetamina dalam jenazah Yodi. Tubagus mengatakan kandungan tersebut dapat meningkatkan keberanian pada korban sehingga nekat menusuk dirinya.
Polisi memperkirakan penusukan itu dilakukan Yodi pada 8 Juli 2020 dalam kurun waktu 00.00 WIB-02.00 WIB.
Ada 4 luka tusukan di dada Yodi. Tusukan terakhir di bagian itu sedalam 12 dan mengenai paru-paru. Sementara pada bagian leher luka tusuk mengenai tenggorokan korban.
ADVERTISEMENT
"Setiap orang yang bunuh diri dengan senjata tajam selalu ada bukti permulaan luka percobaan, dicoba-coba dulu gitu. Hasil forensik ditemukan 4 luka di dada 2 dangkal enggak sampai 2 cm. Itulah yang dianggap luka percobaan. Saya mendasari berita acara ahli," ungkap Ade.
Ilustrasi Ilustrasi bunuh diri. Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
Jika memang bunuh diri, lalu apa alasannya? Menurut Ade, Yodi diduga mengalami depresi.
"Ada latar belakang lain yang enggak saya sampaikan apa pemicu depresi masih kita dalami," beber Ade.
Meski begitu dalam konferensi pers, Ade menyinggung beberapa permasalahan yang tengah dihadapi Yodi. Salah satunya adalah konflik percintaan yang korban alami dengan kekasihnya, Suci Fitri Rohmah dan teman dekat korban berinisial L.
Ade tidak menjelaskan lebih jauh soal konflik tersebut. Namun usai konflik tersebut Yodi sering melontarkan pertanyaan kepada kekasihnya, “Kalau saya tidak ada, bagaimana?”.
ADVERTISEMENT
Polisi menafsirkan bahwa frasa "tidak ada" yang diungkapkan Yodi merujuk meninggal dunia.
Selain itu dari keterangan saksi, korban yang berencana menikah tahun depan itu juga mengungkapkan sedang menghadapi masalah dan akan menceritakannya. Tapi hal itu tidak sempat terjadi.
"Yang ketiga ada semacam halusinasi, dia merasa ada mahluk halus dan ini sebagainya. Tapi itu merupakan pendukung dari keterangan saksi yang ditanyai," kata Ade.
Metro TV berduka cita atas wafatnya Yodi Prabowo, News Video Editor. Foto: Instagram/@metrotv
Permasalahan yang dihadapi Yodi tidak dijelaskan lebih jauh oleh polisi. Namun, ada fakta bahwa ia pernah mendatangi RSCM untuk berkonsultasi dengan dokter ahli penyakit kulit dan kelamin.
Korban menurut polisi pernah melakukan pengecekan HIV di rumah sakit tersebut. Hasilnya tidak pernah diambil korban.
Ade sendiri memastikan korban tidak mengidap HIV. "Enggak ada HIV, hasilnya negatif," kata Ade.
ADVERTISEMENT
Ade menjelaskan permasalahan seseorang yang menyebabkan depresi tidak bisa digeneralisir. Penjelasan polisi menyatakan korban bunuh diri karena depresi itu sudah berdasarkan keterangan ahli.
Meski polisi sudah menjelaskan secara rinci penyebab kematian Yodi, alasan depresi dan bunuh diri tidak dapat diterima oleh keluarga.
Ayah korban Suwandi mengatakan anaknya tidak mungkin bunuh diri. Apalagi mengalami depresi. Karena menurutnya tingkah laku Yodi bersama keluarga berjalan normal tidak menunjukkan seperti orang depresi.
“Tadi dikatakan bahwa anak saya depresi. Oke lah dari hasil labfor dari hasil rumah sakit RSCM seperti yang diketahui itu. Tapi di hari-harinya itu dia tidak menampakkan depresi, bahkan dia masih bekerja, masih mau mengantar ibunya ke tempat urut yang bagus karena anak saya yang kecil tidak bisa jalan," jelas Suwandi.
ADVERTISEMENT
"Kalau orang depresi ini menurut saya ya orang awam kalau dia depresi itu dia paling tidak, enggak bisa kerja. Ini dia punya harapan, ada kejadian sebelum ini dia membeli laptop. Untuk apa? untuk mencari uang tambahan karena dia berkeinginan untuk menikah," ungkapnya.
Terlepas dari benar tidaknya Yodi mengalami depresi, satu pertanyaan lain ialah mengapa jasadnya ditemukan di tempat terpencil? Lokasi itu jarang dijamah publik.
"Kenapa tempat terpencil. Analisa kemungkinan pemeriksaan ahli seseorang enggak mau dianggap bunuh diri. Ini analisa mengaitkan (beberapa bukti lain). Jawabannya bisa jadi, bukan pasti, bisa jadi dia tidak ingin orang lain mengetahui kalau dia meninggal karena bunuh diri, karena pilihan tempatnya di sana," ujar Ade.
***
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)