Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.0
Menhan Inggris: Senjata Kimia di Suriah Tanggung Jawab Rusia
9 April 2017 17:53 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Inggris menyebut Rusia bertanggung jawab dengan kematian warga sipil di Suriah akibat serangan senjata kimia. Namun Inggris melalui Menteri Pertahanannya, Michael Fallon, Inggris mendorong Rusia membongkar senjata kimia Presiden Suriah Bashar al Assad.
ADVERTISEMENT
"Rusia bertanggung jawab atas setiap kematian warga sipil pekan lalu," kata Menteri Pertahanan Inggris Michael Fallon seperti ditulis koran Sunday Times dan dikutip dari Reuters, Minggu (9/4).
"Jika Rusia ingin terbebas dari tanggung jawab serangan itu di masa depan, (Presiden) Vladimir Putin perlu membongkar senjata kimia (Presiden) Assad," lanjut dia.
Untuk mempertegas sikapnya, Menteri Luar Negeri Boris Johnson membatalkan kunjungannya ke Moskow, Rusia. Seharusnya, Johnson tiba di Moskow pada 10 April esok.
Padahal, Damaskus (ibu kota Suriah) dan Moskow sudah membantah bahwa mereka di balik serangan gas. Namun negara-negara barat menolak penjelasan mereka.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan ke pangkalan udara Shayrat, yang diyakini tempat Suriah meluncurkan jet tempur penyerang kimia. Dalam pernyataannya usai serangan itu, Trump menyinggung soal anak-anak Suriah yang disebutnya "bayi-bayi cantik."
"Pada Selasa diktator Bashar al-Assad melancarkan serangan senjata kimia mengerikan terhadap orang tidak berdosa. Menggunakan racun syaraf mematikan, Assad mencekik nyawa pria, wanita dan anak-anak yang tidak berdaya," kata Trump.
"Itu adalah kematian yang perlahan dan brutal. Bahkan bayi-bayi yang cantik dibunuh dengan kejam dalam serangan yang sangat barbar ini. Tidak boleh adalah anak-anak Tuhan yang pantas menanggung derita yang menakutkan seperti itu," lanjut dia.
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 6 November 2024, 14:32 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini