Mohammed Deif, Dalang di Balik Serangan Hamas ke Israel

11 Oktober 2023 16:28 WIB
·
waktu baca 5 menit
Sebuah foto selebaran tak bertanggal menunjukkan pemimpin kelompok Militan Palestina Hamas, Mohammed Deif, yang telah ditangkap oleh polisi Palestina, menurut laporan televisi Israel pada akhir 14 Mei 2000. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Sebuah foto selebaran tak bertanggal menunjukkan pemimpin kelompok Militan Palestina Hamas, Mohammed Deif, yang telah ditangkap oleh polisi Palestina, menurut laporan televisi Israel pada akhir 14 Mei 2000. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kelompok militan Palestina dan penguasa Jalur Gaza, Hamas, telah menggemparkan Timur Tengah melalui peluncuran serangan besar-besaran ke wilayah selatan Israel selama akhir pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Gempuran Hamas yang disebut 'Operasi Badai Al-Aqsa' ini dilaporkan sebagai serangan terbesar dalam sejarah Israel dan dalam perseteruan antara kedua pihak sejak Perang Arab-Israel pada 1973 atau dikenal di kalangan Yahudi sebagai Perang Yom Kippur.
Menurut laporan terbaru pada Rabu (11/10), Israeli Defense Forces (IDF) mengungkapkan pihaknya telah menderita banyak korban jiwa — melebihi 1.200 warga Yahudi.
Angka ini kemungkinan besar masih akan bertambah, lantaran masih belum terlihat kedua pihak untuk melakukan gencatan senjata dan masih ada ratusan orang Israel yang disandera Hamas.
Dikutip dari Reuters, pihak Israel menyamakan 'Operasi Badai Al-Aqsa' dengan insiden 11 September 2001 (9/11), ketika organisasi teroris Al-Qaeda membajak pesawat komersial dan meledakkan beberapa lokasi di Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Beberapa hari pasca-gempuran Hamas, sejumlah sumber yang dekat dengan kelompok ini mengungkapkan bahwa 'Operasi Badai Al-Aqsa' dirancang oleh seorang pria Palestina jenius nan misterius — dijuluki 'bernyawa 9'.
Seorang sumber mengungkapkan, keputusan untuk mempersiapkan serangan itu diambil oleh Deif bersama dengan pemimpin Hamas di Gaza, Yehya Sinwar.
"Ada dua otak, tapi ada satu dalang," kata sumber itu. Dikatakan pula informasi tentang 'Operasi Badai Al-Aqsa' hanya diketahui oleh Deif, Sinwar, dan segelintir pemimpin Hamas saja. Sekutu dekat Hamas, Iran dan Hizbullah Lebanon, bahkan disebut tidak diberi tahu secara rinci.
Lantas, siapa sosok itu dan bagaimana dia merencanakan serangan ke Israel?

Buronan Nomor Wahid Israel

Seorang legenda di kalangan rakyat Palestina, Mohammed Deif adalah orang yang selamat dari tujuh kali percobaan pembunuhan oleh Israel — terakhir kalinya pada 2021. Dia merupakan orang yang paling dicari oleh IDF dan sampai sekarang keberadaannya tidak diketahui.
ADVERTISEMENT
Sebelum lebih dari 2.500 rudal ditembakkan dari Gaza ke Israel, Deif sempat mengumumkan rencananya dalam sebuah pesan suara yang kini tersebar luas di media sosial.
Sebagai sosok yang jarang muncul dan berbicara di depan publik, Deif mengejutkan rakyat Palestina saat dilaporkan saluran TV Hamas akan berpidato — sebab, artinya sesuatu yang penting bakal terjadi.
Benar saja, kemunculan Deif adalah awalan dari terbentuknya sejarah baru dalam sejarah permusuhan Israel dan Hamas.
Sebuah foto yang diambil dari situs web kelompok militan Hamas, menunjukkan salah satu orang paling dicari Israel, militan Palestina Mohammed Deif, dalam sebuah video Internet, 27 Agustus 2005. Foto: AFP
Dengan latar foto dirinya dalam bayangan, Deif menyerukan Palestina bersatu serta bangkit dari penjajahan dan penindasan penjajah Israel — terutama saat mereka dianiaya hanya karena beribadah di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem.
"Hari ini kemarahan Al Aqsa, kemarahan rakyat dan bangsa kita meledak. Para mujahidin (pejuang) kami, hari ini adalah hari kalian untuk membuat penjahat ini mengerti bahwa waktunya telah berakhir," kata Deif dalam rekaman tersebut.
ADVERTISEMENT
Berbicara dengan suara lantang, Deif menambahkan bahwa Hamas telah berulang kali memperingatkan Israel untuk menghentikan kejahatannya terhadap rakyat Palestina, membebaskan para tahanan — yang menurutnya telah dianaya dan disiksa, serta menghentikan perampasan tanah yang sebenarnya adalah milik Palestina.
"Setiap hari penjajah menyerbu desa-desa kami, kota-kota kecil dan kota-kota besar di Tepi Barat dan menyerbu rumah-rumah, membunuh, melukai, menghancurkan dan menangkap," kata Deif.
"Pada saat yang sama, penjajah merampas ribuan hektare tanah kami, mencabut orang-orang kami dari rumah-rumah mereka untuk membangun pemukiman sementara pengepungan kriminalnya terus berlanjut di Gaza," imbuhnya.
Sebuah foto selebaran tak bertanggal menunjukkan pemimpin kelompok Militan Palestina Hamas, Mohammed Deif, yang telah ditangkap oleh polisi Palestina, menurut laporan televisi Israel pada akhir 14 Mei 2000. Foto: AFP
Pria kelahiran 1965 itu menjelaskan, Hamas telah mendesak dunia internasional untuk mengakhiri kejahatan pendudukan ilegal Israel — tetapi provokasi justru semakin meningkat di bawah pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan sekutu ultranasionalisnya.
ADVERTISEMENT
Di masa lalu, kata Deif, Hamas telah meminta Israel untuk melakukan kesepakatan kemanusiaan pembebasan tahanan Palestina. Namun, permintaan itu ditolak Israel. Sehingga, saat ini menurut Deif adalah waktunya bagi rakyat Palestina memperjuangkan hak-haknya.
"Mengingat pesta pora pendudukan dan penolakannya terhadap hukum dan resolusi internasional, dan mengingat dukungan Amerika dan Barat serta kebungkaman internasional, kami telah memutuskan untuk mengakhiri semua ini," tegas Deif.
Memiliki jabatan sebagai Komandan Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Hamas, Deif memiliki nama asli Mohammad Masri dan tumbuh besar di Kamp Pengungsian Khan Yunis. Kamp ini didirikan setelah Perang Arab-Israel pecah pada 1948.
Dia mulai dikenal dengan nama Mohammed Deif setelah bergabung dengan Hamas pada saat Intifadah (pemberontakan rakyat Palestina) pertama kalinya dilakukan pada 1987.
ADVERTISEMENT
Keberadaan Deif sampai sekarang tidak diketahui, tapi kemungkinan besar dia berada di Gaza di dalam labirin terowongan bawah tanah di daerah kantong tersebut. Seorang sumber keamanan Israel menyebut, Deif terlibat langsung dalam perencanaan dan aspek operasional misi 'Operasi Badai Al-Aqsa'.
Menurut sumber Hamas, sebelumnya Deif sempat ditangkap Israel pada 1989 dan menghabiskan waktu sekitar 16 bulan di balik jeruji besi sebelum akhirnya melarikan diri.
Deif diceritakan kini hidup sebatang kara dan satu-satunya relasi yang dia miliki sampai sekarang adalah Hamas. Terbaru, sumber Palestina mengatakan gempuran serangan udara Israel ke Gaza semalam telah menghancurkan rumah milik ayah Deif.
Saudara laki-laki Deif dan dua anggota keluarganya dilaporkan tewas dalam serangan tersebut. Adapun keluarga inti Deif telah meninggal lebih dulu — istri, anak laki-lakinya yang kala itu berusia 7 bulan, dan anak perempuannya yang kala itu berusia 3 tahun, terbunuh dalam serangan udara Israel pada 2014.
ADVERTISEMENT
Bagi Deif, bertahan dalam bayang-bayang adalah masalah hidup dan mati. Sumber dari Hamas menyebut, Deif kini kehilangan salah satu matanya dan mengalami luka serius di salah satu kakinya saat Israel mencoba untuk membunuh dia.
Selama ini, hanya ada tiga foto yang memperlihatkan sosok Deif: satu foto saat dia berusia 20-an, satu lagi foto dirinya memakai topeng, dan satu lagi gambar bayangannya yang digunakan ketika mengumumkan serangan ke Israel pada Sabtu (7/10) lalu.
"Dalam video-video, dia bertopeng, atau hanya terlihat bayangannya saja. Dia tidak menggunakan teknologi digital modern seperti ponsel pintar," kata sumber yang dekat dengan Hamas.