Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Museum Darma Bhakti Kostrad, Tempat Soeharto Atur Strategi Penumpasan G30S/PKI
27 September 2021 13:10 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau yang dikenal dengan sebutan G30S/PKI , menjadi sejarah yang tak dapat dilupakan oleh rakyat Indonesia. Tujuh perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lain dibunuh dalam suatu usaha kudeta.
ADVERTISEMENT
Salah satu lokasi yang bersejarah selama operasi penumpasan PKI tersebut adalah Museum Darma Bhakti Kostrad, yang terletak di kompleks Markas Besar Kostrad di Jalan Medan Merdeka Timur, Gambir, Jakarta Pusat.
Gedung tersebut pertama kali didirikan pada tahun 1870, yang awalnya digunakan sebagai kantor Komisaris Belanda.
Setelah lahirnya Kostrad pada 6 Maret 1961, bangunan ini dialihgunakan sebagai kantor Mayjen Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Pangkostrad. Pria yang kemudian menjadi presiden selama 32 tahun itu merupakan Pangkostrad pertama.
Gedung tersebut merupakan saksi bisu penumpasan PKI tahun 1965. Mayjen Soeharto saat itu merancang pengamanan Presiden RI, menyusun rencana pencarian korban Gerakan 30 September, dan mengembangkan taktik penumpasan PKI di gedung tersebut.
Hingga masa jabatan Pangkostrad ke-12, gedung tersebut masih berfungsi sebagai kantor, sebelum akhirnya dialihfungsikan menjadi museum pada tahun 1981 oleh Pangkostrad ke-12, Letjen TNI Rudini. Namun pemrakarsa museum tersebut adalah Mayjen TNI Wiyogo Atmodarminto yang merupakan Pangkostrad ke-10.
Diresmikan Presiden Soeharto Tahun 1997
Museum Darma Bhakti Kostrad diresmikan pada 4 Maret 1997 oleh Presiden Soeharto.
ADVERTISEMENT
Memasuki museum yang masih berada di kompleks Makostrad tersebut, di bagian pintu utama museum akan terlihat nama-nama mantan Pangkostrad, dari yang pertama dan seterusnya.
Melangkah ke dalam, akan terlihat ruangan panglima. Ruangan ini sebelumnya merupakan ruang kerja Pangkostrad pertama hingga kesepuluh. Sementara di era Pangkostrad ke-9 hingga 12, ruangan ini menjadi ruang Komando Pengendalian (Kodal) Pangkostrad.
Di awal terbentuknya museum hingga tahun 2007, ruang ini diberi nama ruang Orde Baru. Di tahun 2007 hingga 2011 ruangan ini bernama Ruang Kodal.
Di dalamnya terdapat meja rapat yang pernah digunakan Majyen Soeharto memimpin rapat perencanaan pengamanan Presiden dan pencarian korban Gerakan 30 September.
Dalam perjalanan waktu, di ruangan ini, juga terdapat patung Jenderal AH Nasution, Mayjen Soeharto, serta Kolonel Sarwo Edhie Wibowo.
ADVERTISEMENT
Namun, saat ini patung ketiga sosok itu tidak ada lagi di dalam museum Kostrad. Hanya ada kursi-kursi kosong tanpa patung.
Diungkap Gatot Nurmantyo
Hilangnya patung ini pertama kali diungkapkan oleh mantan Panglima TNI Jenderal Purn Gatot Nurmantyo. Ia mengatakan, ada indikasi upaya menghilangkan sejarah tentang penumpasan Gerakan 30 September tersebut.
"Ini menunjukkan, mau tidak mau, kita harus mengakui dalam menghadapi pemberontakan G30S/PKI, peran Kostrad, peran sosok Soeharto, peran Kopassus, dan Sarwo Edhi dan peran Jenderal Nasution dan peran KKO, jelas akan dihapuskan dan patung itu tidak ada. bersih," kata Gatot dalam sebuah diskusi dengan KAHMI dikutip dari akun Youtube Kang Jana Tea, Senin (27/9/2021).
"Ini berarti sudah ada penyusupan di dalam tubuh TNI," ujar Gatot.
Terkait video dan pernyataan Gatot itu, Kepala Penerangan (Kapen) Kostrad Kolonel Infanteri Haryantama mengatakan, patung-patung itu diserahkan ke Letjen Purn Azmyn Yusri (AY) Nasution. Sebab, patung itu dibuat oleh AY Nasution saat menjabat Pangkostrad 2011-2012.
ADVERTISEMENT
"Patung itu yang buat Letjen Purn AY Nasution saat beliau menjabat Pangkostrad. Kemudian pada tanggal 30 Agustus 2021, Pak AY Nasution meminta kepada Pangkostrad Letjen Dudung untuk diserahkan kembali pada Letjen Purn AY Nasution," kata Haryantama saat dikonfirmasi, Senin (27/9/2021).