Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Najib Razak: Dari Reformis hingga Mega Korupsi 1MDB
9 Mei 2018 11:05 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB

ADVERTISEMENT
Pemilihan umum digelar di Malaysia. Pesta demokrasi ini adalah penentuan nasib dari Perdana Menteri Najib Razak, apakah terus berkuasa atau tersingkir.
ADVERTISEMENT
Najib memegang kendali pemerintahan Malaysia sejak 2009. Ia berhasil melengserkan Perdana Menteri sebelumnya Abdullah Ahmad Badawi yang sama-sama berasal dari Partai UMNO.
Badawi lengser akibat performa pemerintahan serta pemilu yang begitu buruk dan tak pernah diharapkan UMNO dan koalisi Barisan Nasional yang sejak Malaysia merdeka selalu menang pemilu.

Sesaat setelah resmi menjabat PM, Najib yang merupakan anak dari pendiri Negara Malaysia, Tun Abdul Razak, mendeklarasikan dirinya sebagai seorang reformis.
Bukan lips services, Najib membuktikan omongannya. Dia mengubah berapa aturan lama di Malaysia seperti Undang-Undang keamanan serta meringankan tindakan represif pemerintah.
Hasilnya memuaskan. Warga menyukai kinerja Najib. Dia pun kembali merebut kursi PM pada 2013 lalu.

Dilansir dari AFP, Rabu (9/5), dua tahun usai memenangkan periode kedua pemerintahan, kisah Najib yang sempat dipuja mulai berbalik 180 derajat.
ADVERTISEMENT
Najib tersandung kasus mega-korupsi BUMN 1MDB. Kasus tersebut bermula dari laporan media Wall Street Journal.
Media kenamaan tersebut menuding ada sekitar dana USD 700 juta atau setara Rp 9,8 triliun mengalir ke rekening pribadi Najib dari 1MDB.
Bukan cuma itu, Najib dan kroninya dituduh menggelapkan dana hingga USD 4,5 miliar dalam sebuah skema yang rumit dan melibatkan operasi di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat.
1MBD atau 1Malaysia Development Bhd dibentuk oleh Najib pada 2009 untuk memperbaiki keuangan dan pembangunan Negeri Jiran. Pada 2014, laporan keuangan 1MBD terdapat beberapa pembayaran yang hilang. Najib pun dituduh mencuri uang tersebut.
Merespons tudingan tersebut, Najib dan 1MDB satu suara. Mereka menolak segala tuduhan.
ADVERTISEMENT
Pada 2015 pun, setelah melakukan pemeriksaan, Komisi Anti-Korupsi menyatakan tidak ada uang dari 1MDB yang ditransfer ke rekening Najib.
Pernyataan tak bersalah sudah keluar. Namun, Najib tak serta merta hidup tenang.

Pada 2016, giliran FBI yang menggelar investigas terhadap kasus 1MDB. FBI mencoba memecahkan misteri keterlibatan beberapa bankir dan bank di AS dalam memfasilitasi transaksi di 1MDB.
Usai investigasi, pemerintah AS memutuskan menyita sejumlah aset seperti real estate hingga karya seni yang diduga dibeli menggunakan uang hasil korupsi 1MDB.
Dugaan korupsi di 1MDB memang begitu besar. Bahkan, Jaksa Agung Amerika Serikat, Jeff Sessions, terkejut dengan skandal itu.
"Ini adalah kleptokrasi terburuk," ucap Sessions.