Jakarta International Stadium (JIS)

Nasib JIS Terimpit Gaduh Politis dan Gengsi Piala Dunia

11 Juli 2023 14:04 WIB
·
waktu baca 17 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ucapan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono soal rumput JIS yang tak memenuhi standar FIFA itu bak sambaran petir di siang bolong yang menyulut api dengan cepat di tengah publik.
Kegaduhan memuncak lantaran Basuki, atas saran ahli, akan mengganti rumput lapangan utama JIS dengan rumput baru senilai Rp 6 miliar. Ahli yang memberikan nasihat itu ialah Presiden Direktur PT Karya Rama Prima (KRP) Qamal Muttaqin.
Tim Qamal pertama kali mendatangi JIS seminggu sebelumnya, 28 Juni, untuk berdiskusi dengan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) selaku pengelola stadion dan PT Harapan Jaya Lestarindo sebagai pemelihara lapangan.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (tengah) bersama Ketua Umum PSSI Erick Thohir (kanan) dan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi (kiri) usai menginspeksi JIS, Selasa (4/7). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Selanjutnya, pada 2 Juli, KRP menguji kualitas lapangan JIS didampingi Jakpro dan Lestarindo. Hasilnya disampaikan ke Basuki, Ketua Umum PSSI Erick Thohir, dan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono pada 4 Juli, saat ketiganya tengah menginspeksi JIS dengan membawa sejumlah wartawan.
“Solusinya apa supaya ini (JIS) bisa dipakai?” tanya Erick ke Qamal yang diunggah di akun Instagramnya.
“Mau tidak mau, harus mencari rumput yang cocok, di-sodding (gulung dan pindahkan). Biar lebih mudah, kita beli rumput dari [lapangan] golf. Jadi [rumput JIS] ini dibuka (bongkar), seperti yang kami lakukan saat Asian Games [di GBK],” jawab Qamal.
Qamal mengatakan, jenis spesies rumput di JIS adalah Zoysia japonica (matrella linmer). Rumput itu ditanam di atas karpet rumput sintetis (hibrida). Masalahnya, kata Qamal, media tanam rumput di atas karpet begitu dangkal.
“Jadi akar [rumput] tidak tembus ke bawah [karpet],” ucapnya.
Ditambah, sinar matahari yang dibutuhkan rumput tak sepenuhnya masuk ke JIS. Dari foto hasil uji KRP pada 28 Juni pukul 10.45 WIB, tampak hanya sekitar 50% lapangan bagian selatan JIS yang mendapat limpahan sinar matahari langsung, sedangkan sisanya terhalang naungan.
Selain itu, cahaya matahari langsung yang masuk ke lapangan juga hanya sekitar 5 jam dari yang seharusnya 8 jam.
“Paparan sinar matahari sangat terbatas,” tulis KRP.
Hasil inspeksi rumput JIS oleh KaErPe. Foto: Instagram/@karyaramaprima
Upaya mengganti rumput JIS dengan rumput lapangan golf yang sudah jadi merupakan solusi jangka pendek agar JIS dapat menjadi venue Piala Dunia U-17 yang bakal dihelat di Indonesia pada 10 November–2 Desember tahun ini.
Dengan kata lain, ini solusi kepepet menghadapi masa persiapan yang mepet, kurang dari 4 bulan lagi.
JIS ingin dipakai pemerintah sebagai stadion Piala Dunia U-17 lantaran Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) kemungkinan tak bisa dipakai pada masa tersebut. GBK telah dipesan sepanjang 5–17 November untuk konser Coldplay.
Mau tak mau, JIS yang juga berlokasi di Jakarta, kini menjadi pilihan. Sayangnya, inspeksi pemerintah atas JIS menghasilkan sejumlah catatan negatif.
Bukan cuma soal rumput, tapi juga keterbatasan akses menuju JIS saat ini yang hanya bisa melalui sisi barat, dan minimnya area parkir kendaraan. Berbagai kekurangan tersebut, ujar Erick, bisa membuat JIS dicoret jika tak direnovasi.
“Kalau FIFA datang hari ini, ayo salaman (taruhan) sama saya, pasti [JIS] dicoret,” kata Erick di Jakarta, Rabu (5/7).
KRL melintas di dekat Kompleks JIS. Stasiun KRL sedang dibangun di sana sebagai akses bagi pengunjung JIS. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan

JIS Jadi Objek Politik

Berbagai kritik pemerintah terhadap JIS lantas berbalik jadi polemik. Qamal tak terkecuali jadi sasaran. KRP dinilai tak kompeten menilai kondisi rumput sesuai standar FIFA atau tidak, sebab perusahaan itu hanya vendor penyedia rumput yang kiprah usahanya lebih banyak menangani rumput golf.
Dilihat di laman situs webnya, KRP menangani berbagai lapangan golf seperti Senayan Golf, New Kuta Golf Bali, dan Merapi Golf Yogyakarta. Satu-satunya stadion sepak bola yang ditampilkan pada portofolio KRP adalah GBK untuk event Asian Games 2018.
“Tiba-tiba ada yang jadi ahli rumput hanya untuk menunjukkan kekurangan JIS. PT KRP kan kebanyakan bikin lapangan golf. Lihat saja semua proyeknya lapangan golf. Satu lapangan bola yang terkenal [di proyeknya] cuma Gelora Bung Karno,” kata Surya Tjandra, Juru Bicara Anies Baswedan.
Hal tersebut juga diakui oleh Qamal yang mengatakan tak memahami sistem penanaman rumput di karpet berpasir. Ketidakmengertian itulah yang membuatnya menyarankan agar rumput diganti total.
Walau demikian, KRP tetap dinilai kompeten oleh pemerintah. Kementerian PUPR menggandeng KRP dalam proyek revitalisasi 6 stadion untuk Piala Dunia U-20—yang kemudian batal digelar di Indonesia—serta renovasi 22 stadion lainnya.
Anies Baswedan meninjau topping off rangka atap JIS saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Foto: Pemprov DKI Jakarta
Kegaduhan soal JIS juga memunculkan sentimen politis. Pemerintah dianggap mencari-cari kesalahan JIS yang dibangun dan diresmikan Anies Baswedan semasa menjabat Gubernur DKI Jakarta. Pemerintah disinyalir ingin menjatuhkan Anies yang kini bakal maju sebagai calon presiden.
“Semua bukan didasari argumen teknis dan profesional, tetapi perspektif politik. Apakah karena JIS yang membangun Anies, lantas dipermasalahkan?” ucap Sudirman Said yang juga Jubir Anies.
“Nggak usah pakai JIS deh kalau hanya untuk ajang politisasi,” sindir kader Demokrat Eko Jhones via akun Twitternya.
Namun Erick Thohir meminta rencana pemerintah merenovasi JIS tidak dilihat secara politis.
“Jangan niat baik semua pecinta sepak bola dirunyami isu politik. Soal pemilihan presiden, silakan jalan saja sendiri. Saya ke sini (JIS) sebagai profesional, bukan politisi. Kita dorong ini (JIS) memenuhi standar FIFA,” ujarnya, Kamis (6/7).
Meski demikian, berbagai pihak meyakini JIS telah menjadi objek politik. Terlebih, sejak dulu JIS lekat dengan Anies, sampai-sampai Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono menyebut JIS sebagai “stadion politik Anies menyongsong 2024” gara-gara Anies menggelar Salat Idul Fitri dan Idul Adha di stadion itu semasa ia masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
“JIS itu seperti legacy dan kebanggaan Anies, sehingga kelihatannya mau didegradasi lawan politiknya dari kelompok pemerintah. Mereka jangan bilang ‘jangan politisasi’ tapi mempolitisasi. Kalau dari awal mau objektif, hadirkan FIFA,” ujar Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin.
Stadion JIS menjelang peresmian. Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA
Jakpro menyatakan, JIS yang baru diresmikan 24 Juli 2022 itu dirancang sesuai standar FIFA dengan menggandeng perusahaan asal Inggris, Buro Happold, sebagai konsultan perencana.
Buro Happold berpengalaman merancang stadion-stadion berstandar FIFA seperti Tottenham Hotspur Stadium, Stadion Olimpiade London, dan Education City Stadium di Qatar yang dipakai untuk Piala Dunia 2022.
Dalam situs webnya, Buro Happold mencantumkan istilah “sertifikasi FIFA” saat menjelaskan desain JIS yang seperti mangkuk. Namun kemudian portofolio JIS di situs Buro Happold sempat menghilang dua hari, 7–8 Juli. Ketika muncul kembali pada Minggu, 9 Juli, kata “sertifikasi FIFA” tak lagi tercantum di sana.
Kata-kata "a FIFA certified stadium" dihapus dari portofolio JIS di website Buro Happold. Foto: Dok. Istimewa
Buro Happold melalui keterangan resminya menyatakan bahwa perubahan tulisan mengenai JIS adalah “untuk menghindari kesalahan informasi dan persepsi”.
Perusahaan itu menegaskan tidak pernah mendesain JIS. Mereka hanya konsultan yang membuat panduan desain atas permintaan Jakarta Konsultindo (Jakkon), anak usaha Jakpro, pada Desember 2018 sampai Maret 2019.
Dalam merancang panduan itu, Buro Happold ingin memastikan desain stadion memenuhi standar FIFA. Mereka juga meninjau konsep desain milik konsultan yang ditunjuk Jakkon.
“Hasil tinjauan perusahaan mengidentifikasi beberapa aspek yang ternyata tidak sesuai dengan panduan konsep desain orisinal dari Buro Happold. Temuan ini telah disampaikan oleh Buro Happold dalam surat terpisah,” tulis Buro Happold.
Namun Buro Happold tidak menyebut konsultan desain yang dimaksud. Adapun desain arsitektur JIS dirancang oleh PDW Architects yang berkantor di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan.
kumparan mendatangi kantor PDW Architects tersebut, lalu diminta untuk mengajukan surat permohonan wawancara. Namun, meski surat sudah disampaikan, PDW Architects belum menjawab sampai saat ini.
Bangunan Jakarta International Stadium. Foto: Subhan/kumparan

Membedah Perkara Rumput JIS

Bagi stadion sepak bola, rumput adalah inti permainan. Perusahaan yang memasang rumput di JIS adalah PT Delta Prima Pro. Rumput yang mereka pasang berjenis hibrida dengan tipe karpet. Komposisinya 95% rumput alami berjenis Zoysia matrella dari Boyolali dan 5% rumput sintetis yang diimpor dari perusahaan Italia, Limonta Sport.
Rumput sintetis ini sama seperti yang dipasang di Santiago Bernabéu, Estádio da Luz, dan training center AC Milan. Jakpro bahkan menyebut lapangan tipe hibrida di JIS sama seperti di Allianz Arena di München, Tottenham Hospurs Stadium di London, dan Wanda Metropolitano di Madrid.
Dalam portofolionya, Delta Prima Pro memiliki keahlian sebagai penyedia rumput sintetis. Mereka menggarap lapangan lapangan PORS Kemayoran, lapangan latihan Stadion Si Jalak Harupat, dan lapangan rugby PON Papua. Rumput sintetis lapangan latihan Stadion Si Jalak Harupat dan PORS Kemayoran bahkan telah mendapatkan sertifikasi FIFA.
Sementara pemeliharaan rumput JIS dilakukan PT Harapan Jaya Lestarindo yang berpengalaman menangani sejumlah lapangan seperti Stadion Segiri Samarinda dan Stadion Jatidiri Semarang.
kumparan menghubungi Delta Prima Pro dan Lestarindo untuk meminta penjelasan terkait rumput JIS yang dicap tak standar FIFA. Lestarindo tak merespons, sedangkan Delta Prima Pro bersedia diwawancara, namun belum menjawab kapan bersedia ditemui.
Untuk memastikannya, kumparan kemudian mendatangi kantor Delta Prima Pro di kawasan Kedoya, Jakarta Barat, guna menemui Direktur Delta Prima Pro Aldrey Hansyah, Jumat (7/7). Namun Aldrey tak berada di lokasi. Seorang pegawainya bercerita soal rumput JIS, namun menolak dikutip.
Pemasangan rumput lapangan latihan di Kompleks JIS, Oktober 2020. Foto: Puspa Perwitasari/ANTARA
AFC Security Officer Nugroho Setiawan menyatakan FIFA lebih menyarankan rumput natural untuk turnamen internasional. Namun, rumput hibrida juga bisa dipakai asal masa pemulihannya cepat. Catatan tersebut terkait erat dengan beban lapangan yang dipakai di sebuah turnamen FIFA.
Nugroho mencontohkan, apabila sebuah stadion jadi venue babak grup dengan 4 tim, artinya lapangan stadion itu bisa dipakai sampai 12 kali dalam 2 pekan alias hampir setiap hari.
Nugroho adalah satu-satunya orang Indonesia pemegang lisensi Security Officer dari FIFA. Ia kerap ditugasi menginspeksi stadion-stadion di negara lain yang akan digunakan untuk turnamen FIFA. Ia juga terlibat penyiapan stadion Piala Dunia U-20.
Berdasarkan FIFA Football Stadiums Guidelines, tipe lapangan yang direkomendasikan adalah 100% rumput natural, hibrida, dan 100% sintetis. Adapun jenis rumput yang dipakai untuk lapangan rumput natural maupun hibrida disesuaikan dengan iklim di wilayah masing-masing.
Perbaikan rumput hibrida di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Mei 2023. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Ahli rumput dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang juga konsultan rumput Stadion Manahan, Rahayu, menjelaskan bahwa tujuan penggunaan rumput hibrida di lapangan ialah untuk memperkuat permukaan tanah.
“Semisal rumput natural bisa digunakan 4 kali dalam seminggu, kalau hybrid bisa 5 kali. Menambah jumlah penggunaan karena permukaannya lebih tahan dibanding rumput natural,” kata Rahayu kepada kumparan.
Rahayu mengambil studi Turfgrass Management di Universitas Dankook, Korea Selatan. Ia mempelajari pengelolaan rumput lapangan sepak bola dan golf.
Saat Jokowi masih menjabat sebagai Wali Kota Solo, ia meminta Rahayu membantu memperbaiki rumput di lapangan Stadion Manahan. Saat ini, Stadion Manahan menggunakan rumput Zoysia japonica, tak beda jauh dengan yang dipakai di JIS.
Pekerja melakukan perawatan rumput Stadion Manahan, Solo. Foto: ANTARA/Mohammad Ayudha
Sesuai panduan FIFA, lapangan hibrida terdiri dari 3 jenis: penguatan media tanam (reinforced rootzone); karpet; dan penyulaman serat (stiched fibre).
JIS memakai lapangan hibrida jenis karpet. Tipe ini menurut FIFA biasa dipakai di stadion multiguna yang misalnya bisa digunakan untuk konser. Adapun Stadion Utama GBK, Stadion Manahan, Stadion Gelora Bung Tomo, dan Stadion Kapten I Wayan Dipta memakai tipe stiched fibre untuk persiapan Piala Dunia U-20 yang kemudian batal dihelat di Indonesia.
Tiap jenis lapangan hibrida punya kekuatan berbeda. FIFA merekomendasikan pemakaian lapangan tipe reinforced rootzone dan karpet untuk 8–10 jam per pekan dengan masa pakai sampai 5 tahun.
Lapangan stiched fibre bisa digunakan 20 jam per pekan dengan masa pakai 10–12 tahun. Dan lapangan rumput natural bisa dipakai maksimal 6 jam per pekan dengan masa hidup hanya sampai 2 tahun.
Secara teknis, pemasangan lapangan hibrida tipe karpet dilakukan dengan menggelar karpet sintetis di atas media tanam, lalu di atasnya diberi media tanam lagi untuk tempat penyebaran benih rumput natural.
Masalahnya, kata Qamal, media tanam di atas karpet di lapangan utama JIS terlalu dangkal, sekitar 3 cm. Alhasil, akar rumput natural tidak bisa menembus karpet. Sebaliknya, media tanam di dua lapangan latihan JIS justru terlalu tebal, sekitar 20 cm, sehingga membuat kondisi permukaan lapangan tidak stabil.
Sesuai rekomendasi FIFA, tebal media tanam di atas karpet sintetis sekitar 4–6 cm.
Rahayu menganalisis, akar rumput natural tidak menembus karpet karena media tanam di bawah karpet kemungkinan kurang nutrisi.
“Rumput itu akarnya serabut, bisa turun jauh di bawah karpet sepanjang nutrisi di bawah gelaran karpet itu cukup. Kalau di bawah karpet ternyata makanannya kurang, akar malas turun, hanya di situ saja (atas karpet),” jelasnya.
Menpora Dito Ariotedjo meninjau Stadion JIS, 4 Juli 2023. Tampak cahaya matahari tak jatuh merata ke rumput di lapangan karena ada bagian yang berada di bawah naungan. Foto: M Risyal Hidayat/Antara
Dari hasil inspeksi KRP, rumput di JIS juga kurang paparan sinar matahari. Akibatnya pertumbuhan rumput kurang maksimal dan pada beberapa area, seperti di dekat bangku pemain cadangan, bahkan tidak tumbuh sehingga diisi lumut.
Menurut Rahayu, kurangnya cahaya dan sirkulasi udara bisa menyebabkan penguapan berkurang. Imbasnya, suhu kurang hangat untuk menyokong pertumbuhan rumput. Sirkulasi air di bawah rumput pun kurang bagus.
“Di bawah rumput menjadi relatif lebih lembab sehingga lebih rentan penyakit dan lebih banyak lumut tumbuh,” ucap Rahayu yang pernah merawat Stadion Manahan dan Gelora Bung Tomo.
Paparan sinar matahari juga berkaitan dengan penentuan lokasi saat stadion dibangun, begitu pula dengan desain atapnya.
Dalam panduan FIFA, idealnya lapangan tak melulu menghadap utara-selatan. Lapangan yang baik justru menghadap barat laut-tenggara.
Lapangan utama JIS mengarah ke utara-selatan.
Pekerja memotong rumput lapangan latihan di kawasan JIS, Oktober 2021. Foto: Dhemas Reviyanto/Antara
Jadi, apakah bongkar total adalah satu-satunya solusi untuk rumput JIS yang tidak sempurna?
Rahayu punya pendapat lain. Ia menyarankan rongga karpet sintetis diperlebar dengan cara ditusuk alat seperti tugal, kemudian media tanam di bawah karpet diberi nutrisi tambahan atau perangsang akar.
“Jadi akar rumput akan turun ke bawah [karpet] cari makanan, karena gelaran karpet hybrid didesain agar akar bisa masuk,” kata Rahayu.
Untuk solusi di area yang kurang sinar matahari, Rahayu mengusulkan penambahan set alat grow light dan blower untuk memperlancar sirkulasi udara.
JIS saat ini hanya memasang satu set grow light yang bekerja dari jam 05.00 pagi sampai 22.00 malam setiap harinya pada area yang sama.
Grass grow light untuk merawat rumput lapangan di JIS. Alat ini hanya ada satu set di JIS sehingga dinilai kurang. Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Sementara untuk rumput yang telanjur rusak, menurut Rahayu bisa diganti dengan gulungan rumput baru dari tempat pembibitan (nursery) atau lapangan latihan.
“Rumput [rusak] di stadion ditaruh di lapangan [luar], dirawat di situ,” ucap Rahayu.
Apabila rumput diganti total dengan jenis lain, Rahayu khawatir rumput baru justru akan butuh waktu lama untuk beradaptasi.
Pemasangan rumput hibrida di lapangan latihan Kompleks JIS, Oktober 2020. Foto: Puspa Perwitasari/ANTARA

Menguji Aksesibilitas JIS

Bukan cuma soal rumput, JIS dari hasil inspeksi pemerintah juga bermasalah dengan kantong parkir dan akses menuju perimeter dalam stadion.
Basuki menilai akses masuk JIS yang sejauh ini hanya dari sisi barat berbahaya bagi penonton. Akses tersebut ialah jembatan menuju JIS bagi penonton yang berjalan kaki, dan pintu masuk kendaraan penonton dekat sisi selatan.
Dari video yang beredar sebelum pertadingan Persija vs Chonburi di JIS pada Juli 2022, tampak penonton saling berimpitan masuk JIS melalui ramp barat.
Infografik sirkulasi kendaraan di JIS. Foto: Hodirin Susanto/kumparan
Nugroho menjelaskan, stadion standar FIFA sedianya harus memiliki 6 akses dari berbagai sisi demi keamanan dan keselamatan. Penonton pun harus diatur dengan crowd management.
Penonton misalnya harus bisa masuk ke dalam tribun dalam waktu 1–3 jam dari berbagai pintu masuk (tribune gate) di sekeliling stadion. Hitungannya, rata-rata di tiap pintu kapasitasnya 660 orang per jam.
Artinya, stadion dengan kapasitas 82.000 orang seperti JIS harus memiliki 124 pintu. Jakpro menyebut tribune gate di sekeliling stadion berjumlah 138.
Saat pertandingan usai, lanjut Nugroho, seluruh penonton harus bisa keluar dari stadion maksimal 15 menit dalam kondisi normal dan 8 menit di kondisi darurat.
“Kami sudah buat perencanaan matang dan simulasikan jalur evakuasi,” kata Project Manager JIS Arry Wibowo, Senin (3/7).
Deretan tribune gate pada Stadion JIS. Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
Nugroho menilai JIS belum sempurna, termasuk dari segi akses. Sekalipun punya tribune gate banyak, semua akses keluar akan menumpuk di barat.
“Ini bukan mendiskreditkan pada era siapa stadion itu dibangun, tapi untuk keselamatan penonton. Sebanyak 80.000 penonton keluar pada saat bersamaan hanya melalui satu pintu, pasti lebih dari 15 menit terjadi penumpukan. Akibatnya bisa berdesak-desakan, terinjak-injak, seperti kasus Kanjuruhan,” kata Nugroho pada kumparan, Rabu (5/7).
Nugroho yang juga anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta Tragedi Kanjuruhan mengatakan, idealnya saat membangun stadion, yang dipikirkan pertama kali adalah akses, baru bangunan stadion. Namun, ia memahami pembangunan stadion di kota besar terkendala keterbatasan lahan sehingga stadion diutamakan, barulah akses dikembangkan kemudian.
Jakpro menyadari akses menuju JIS perlu dibuka dari segala arah. Hal ini sebenarnya telah masuk dalam rencana. Namun, Jakpro tidak bisa sendirian menggarapnya karena pembangunan Stasiun KRL di utara JIS merupakan ranah KAI dan Kemenhub.
Akses Jakarta International Stadium. Foto: Nadia Wijaya/kumparan
Basuki mengatakan, akses JIS akan ditambah 5 agar alur masuk-keluar penonton terurai. Tambahan akses itu antara lain JPO ke Ancol dan ke Stasiun KRL Sementara, serta entry-exit tol menuju JIS memutari Danau Cincin dan masuk ke sisi timur-selatan stadion.
Basuki juga menyoal akses bus besar untuk pemain yang ia sebut sulit masuk ke area JIS. Hal ini kemudian dikaitkan dengan beredarnya video bus yang kesulitan naik ke lantai 2 Lobi Barat JIS.
Padahal, sebenarnya yang dimaksud Basuki adalah area barat di dalam stadion sisi utara yang terdapat palang parkir otomatis, bukan di lantai 2 Lobi Barat JIS.
“Pintu tiket harus dilebarkan atau dibongkar,” ucap Basuki.
Berdasarkan pengecekan kumparan di lapangan, akses untuk bus pemain berada di lantai 1 Lobi Barat JIS, bukan di lantai 2. Artinya, bus pemain memang tidak perlu naik ke lantai 2.
Sesuai papan tanda yang terpasang, lantai 2 dikhususkan untuk kendaraan tamu VVIP yang notabene merupakan mobil berukuran normal, bukan bus.
Sementara para pemain yang berhenti turun bus di depan lobi lantai 1 kemudian akan masuk lift menuju ruang ganti. Ini pula yang dulu dilakoni pemain U-18 Barcelona, Atletico Madrid, dan Bali United yang bertanding di JIS pada April 2022.
Ramp akses parkir VVIP JIS menuju ke lantai dua Lobi Barat ini sempat viral karena disebut tidak muat untuk bus pemain. Padahal, bus memang tidak perlu naik ke atas. Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan
Adapun soal parkiran, Ketum PSSI Erick Thohir dan Menpora Dito Ariotedjo mengeluhkan keterbatasan lahan parkir di JIS yang kapasitasnya hanya bisa memuat 1.200 kendaraan dan 76 bus.
Jakpro menekankan, JIS merupakan stadion yang dirancang bagi penonton dengan transportasi umum. Jakpro juga menyinggung Santiago Bernabéu yang kapasitasnya hanya untuk 500 kendaraan pribadi dan bus.
FIFA Football Stadiums Guidelines menyebut stadion yang ideal perlu seimbang dalam menampung penonton dengan transportasi umum dan kendaraan pribadi. Namun, FIFA tak mencantumkan seberapa besar kapasitas parkir yang dibutuhkan.
Jika merujuk Panduan Stadion FIFA 2011, stadion berkapasitas 60.000 orang harus menyediakan parkir untuk 10.000 kendaraan dan 500 bus di dalam stadion. Jika ini tidak memungkinan, harus disediakan area parkir di luar dengan jarak maksimal 1,5 km dari stadion.
Sementara soal transportasi umum menuju JIS, sejauh ini pengunjung terlayani oleh bus Transjakarta, sedangkan untuk KRL masih menunggu stasiun sementara rampung pada November 2023 dan stasiun ultimate pada 2024.
Pemprov DKI kini berencana menyiapkan sejumlah lahan sebagai kantong parkir tambahan, misalnya di timur Ancol atau Gerbang Karnaval Ancol seluas 1.000 meter, serta di lahan eks ITF Sunter dan Kampung Bambu seluas 5.000 meter
Sebelumnya, saat peresmian JIS dan konser Dewa 19 di stadion itu, kantong-kantong parkir juga disediakan di RSPI Sulianti Soeroso, Rukan Nusantara, Universitas 17 Agustus, Graha YKI, D'Arcici Hotel, dan Ruko Sunter Nirwana.
Untuk menyudahi polemik soal kelayakan JIS, Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda meminta PSSI segera mengundang FIFA untuk mengecek langsung stadion itu.
Namun, menurut Nugroho, lebih baik pembenahan dilakukan sebelum delegasi FIFA tiba. Jika menunggu FIFA, maka waktunya terlalu mepet dengan jadwal Piala Dunia U-17 yang tersisa 4 bulan lagi. Padahal, persiapan stadion untuk Piala Dunia U-20 yang batal digelar di Indonesia saja membutuhkan waktu setahun.
Bagi Nugroho, berbagai pembenahan di JIS, khususnya akses, tetap diperlukan walau jumlah penonton yang hadir tak sampai memenuhi kapasitas stadion. Ia mengingatkan, antisipasi atas segi keselamatan dan keamanan perlu dibuat untuk kemungkinan terburuk.
“Lupakanlah sentimen politiknya. Kita menuju ke penyiapan stadion yang akan jadi legacy ke depan. Kita jadi punya alternatif di Jakarta selain GBK,” ujarnya.
Infografik Akses Stadion Standar FIFA. Foto: Dok. kumparan
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten