Pakar UI soal Rumor Kim Jong-un: China Tak Mau Ada Perubahan Drastis di Korut

1 Mei 2020 19:05 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kim Yo-jong dan Kim Jong-un Foto: Reuters/Korea Summit Press Pool
zoom-in-whitePerbesar
Kim Yo-jong dan Kim Jong-un Foto: Reuters/Korea Summit Press Pool
Kim Jong-un tak tampak batang hidungnya selama tiga minggu dan dunia ketar-ketir. Supreme leader Korea Utara itu tak menghadiri perayaan ulang tahun pendiri bangsa yang juga kakeknya sendiri—Kim Il-sung—pada 15 April, juga tak datang pada parade ulang tahun angkatan bersenjata Korut tanggal 25 April. Hal tersebut tak seharusnya terjadi, kecuali ada sesuatu yang benar-benar mendesak.
Tebakan yang muncul: apakah Kim Jong-un sakit? Ada kabar ia menjalani operasi jantung dan tak membaik setelahnya. Ataukah ia cuma mengisolasi diri dari COVID-19?
Bagaimana kalau kabar ia sakit adalah benar dan ia meninggal dunia? Bagaimana dampaknya buat Korut sendiri? Siapa yang akan menggantikannya? Apakah akan ada suksesi kepemimpinan Korut dalam waktu dekat? Apakah dengan pemimpin baru berarti Korut akan berubah?
Hariyadi Wirawan, pengajar Ilmu Hubungan Internasional di FISIP Universitas Indonesia melihat kemungkinannya kecil sekali akan terjadi perubahan drastis pada Korut. Ia bilang, kalau diperlukan, negara lain macam China akan turun tangan untuk memastikan status quo Korut.
“Apakah China setuju dengan kondisi pemerintahan otoriter Korut? Tidak, sama sekali tidak. Tapi demi kepentingan strategis, China tidak menghendaki perubahan drastis di Korut,” kata Hariyadi kepada kumparan melalui sambungan telepon, Kamis (30/4).
Untuk mengetahui lebih lanjut situasi Korut, kemungkinan suksesi kepemimpinan, dan proyeksi masa depan Korut, anda bisa membaca analisis Hariyadi Wirawan berikut.
Hariyadi Wirawan, pengamat diplomasi Universitas Indonesia. Foto: Retno Wulandhari Handini/kumparan
Jika Kim Jong-un benar meninggal, siapa kandidat yang akan menggantikannya memimpin Korea Utara?
Kalau menurut saya sih, pertama, ini sangat cloudy ya, masih belum pasti. Penampilan Jong-un sekarang ini sangat sulit ditebak, karena banyak spekulasi mengenai kesehatannya. Tapi apa pun, sebetulnya persoalan penerusan kekuasaan di Korea Utara memang pelik dan terjadi di sekitar keluarga besar Kim.
Saya tahu yang (menjadi) favorit (untuk menggantikan Jong-un) sekarang masih Kim Yo-jong, tetapi beberapa kerabat lainnya seperti Choe Ryong-hae masih memiliki kekuatan untuk bisa maju. Kim Yo-jong sendiri tidak begitu aman.
Hanya saja, power base yang dimiliki beberapa orang itu, termasuk Choe Ryong-hae, sangat tergantung pada militer Korut. Militer itu memegang peranan utama dalam menentukan berbagai kebijakan di Korut, dan sangat dipengaruhi oleh pemimpin tertingginya, dalam hal ini sekarang Kim Jong-un.
Nah, loyalis (di militer) itu masih banyak, termasuk orang yang sangat dekat dengan Jong-un, di dalamnya ada beberapa orang politbiro partai, tapi mereka sudah tua sekali. Umurnya sudah di atas 70 sehingga kalau salah satu dari mereka berupaya untuk maju, akan ditentang oleh kelompok yang lain.
Kim Jong-nam. Foto: Reuters/Eriko Sugita
Orang (lain) yang masih punya hubungan darah dengan Jong-un, misalnya Kim Jong-nam, itu sudah disingkirkan.
Jang Song-thaek, pamannya, itu juga sudah disingkirkan. Hingga tadinya dia berencana untuk memerintah Korea Utara secara single.
Sekarang dengan kondisi seperti ini, perseteruan di antara orang-orang di sekitar Kim Jong-un makin tinggi.
Dinasti Kim sangat mementingkan Paektu Bloodline (sebutan untuk keturunan keluarga Kim) dalam memimpin Korea Utara. Sekuat apa membandingkan peran Dinasti Kim dengan militer saat ini?
Keluarga Kim sudah menanamkan orang-orangnya—walaupun tidak dari Dinasti Kim—di kalangan militer. Tapi pendukung-pendukung Dinasti Kim di militer ini pada umumnya sudah tua, yang walaupun ada yang menengah, itu sedikit di atas 60-an.
Mereka tidak pernah memegang kendali tinggi di militer sehingga banyak yang tidak paham mengenai seluk-beluk kemiliteran Korut secara khusus. Dan itu menyebabkan mereka akan menyerahkan semuanya kepada pimpinan yang tertinggi di militer, yang jadi sangat riskan karena banyak dari mereka yang tidak punya hubungan darah dengan Dinasti Kim.
Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un. Foto: Reuters/Jonathan Ernst
Kalau misalnya Kim Jong-un betul-betul meninggal, menurut saya pihak militer akan berusaha untuk mengambil alih, terlepas dari siapa pun yang akan maju setelah Kim Jong-un, termasuk Kim Yo-jong atau Choe Ryong-hae.
Choe Ryong-hae, walaupun dari kalangan militer, tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk memegang kendali di sana (kemiliteran).
Yang paling mendekati skenarionya adalah Kim Yo-jong akan memegang pemerintahan sementara, sambil mereka mengkonsolidasikan kekuasaan dan kekuatan di tangan orang-orang yang sangat mereka percayai, baru akan diserahkan lagi kekuasaannya pada yang lain.
Jadi Kim Yo-jong hanya naik untuk berperan sebagai stabilisator, karena rakyat Korut hampir tidak pernah melihat (pemimpin) selain (keluarga) Kim. Sehingga harus ada sosialisasi yang cukup untuk bisa membiarkan dinasti lain, walaupun tentu masih kerabat, untuk memegang pemerintahan di sana.
Kim Jong-un saat mengawasi uji coba peluncuran rudal terbaru milik militer Korut. Foto: KCNA via Reuters
Ketika terjadi pergantian pemimpin nantinya, apakah memungkinkan terjadi pula perubahan watak rezim?
Sangat mungkin, tergantung siapa yang naik nanti. Hampir semua sejarah manusia kan seperti itu. Harus ada sesuatu yang menyebabkan dia bergerak dari langgam lama kepada corak baru. Apalagi kondisi ekonomi dunia sedang susah, menyebabkan Korut sangat ingin untuk bisa survive. Dan untuk itu dia akan melakukan banyak sekali penyesuaian.
Cuma, tentu saja, penyesuaian seperti apa, dan bagaimana mereka bisa melakukannya, akan sangat ditentukan oleh kelompok yang akan memerintah kemudian.
Kalau kelompok itu adalah kelompok yang selama ini melatarbelakangi apa yang dilakukan pemerintahan Jong-un, ya modelnya nggak akan jauh-jauh juga. Karena toh perekonomian Korut yang disebut dull economy itu bisa berputar dari penyelundupanlah, dan segala macam.
(Kue perekonomian) itu untuk pemimpinnya saja. Rakyatnya sih enggak. Rakyat Korut tidak punya peran apa pun kok. Sama sekali tidak ada. Mereka hanya mendukung apa saja yang dikatakan oleh pemimpinnya. Oleh sebab itu, perubahan drastis sangat kecil kemungkinan terjadi.
Bagaimana sikap negara besar seperti Amerika Serikat dan China bila terjadi perubahan pemimpin di Korea Utara?
China akan mendorong agar sedapat mungkin Korea Utara segera melakukan perbaikan.
Apakah China sekarang setuju dengan kondisi pemerintahan otoriter Korut? Tidak, sama sekali tidak. Tapi demi kepentingan strategis, China tidak menghendaki perubahan drastis di Korut.
(Kepentingan China) lebih kepada kemajuan ekonomi Korut yang sekarang masih sangat tergantung pada China. Ya, China dengan senang hati membantu, tapi lebih baik kalau Korut bisa self-managed sehingga mengurangi beban buat China.
Tidak terbayangkan bila terjadi reformasi di Korut, seperti di Eropa Timur yang kacau balau, lalu akhirnya Korut jatuh ke bawah pengaruh Barat. Kemudian pemerintah baru Korut, misalnya, pro-Barat dan memberi kesempatan kepada AS untuk masuk.
(Bila itu sampai terjadi), artinya China memiliki perbatasan langsung dengan Barat.
Kim Jong-un dan istrinya, Ri Sol-ju, bertemu Presiden Republik Rakyat China Xi Jinping beserta istri, Peng Liyuan, di Pyongyang, Korea Utara. Foto: Reuters/KCNA
Negara-negara lain, misalnya Jepang, selalu khawatir dengan Korea Utara. Tetapi, Jepang memang mempunyai hubungan kurang baik dengan Korea Selatan. (Jepang) pastinya menginginkan jenis hubungan baru yang bisa bermanfaat dan menguntungkan secara ekonomi buat Jepang.
Sementara Amerika lebih melihat ke posisinya. Dia akan mencoba menghadirkan diri lebih nyata lagi di Semenanjung Korea. Akan melakukan segala hal yang bisa membuat Korea Utara lebih terbuka secara politik.
Presiden AS Donald Trump bertemu Kim Jong-un di zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea di Panmunjom, Korea Selatan. Foto: AFP/Brendan
Apakah Indonesia juga bersiap-siap dengan kemungkinan pergantian pemimpin di Korea Utara?
Pengaruh langsung sih tidak ada. Saya kebetulan bersahabat dengan duta besar kita di Korut, Pak Berlian Napitupulu. Pada hakikatnya, hubungan kita dengan Korea Utara itu berjalan dengan baik. Dulu, Sukarno dekat dengan Kim Il-sung (kakek Kim Jong-un yang merupakan pendiri Korea Utara sekaligus Pemimpin Tertinggi Korut pertama).
Patung Kim Il-sung (Pemimpin Tertinggi Korut pertama, kakek Kim Jong-un) dan Kim Jong-il (Pemimpin Tertinggi Korut kedua, ayah Kim Jong-un). Foto: Wikimedia Commons
Kim Il-sung pernah ke ke Jakarta, itu luar biasa dan diingat oleh orang Korea Utara. Penting bagi Indonesia untuk mempertahankan hubungan baik dengan Korea Utara. Bukan sekadar hubungan seperti ekonomi dan lain-lain, tapi keseimbangan kita di politik luar negeri terhadap negara-negara lain.
Misal Kim Jong-un meninggal, tak ada dampak langsung bagu Indonesia. Seperti saat Kim Il-sung meninggal, hubungan tetap berlangsung baik.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
Yuk, bantu donasi untuk atasi dampak corona.