Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Pasokan tahap pertama amunisi dari Amerika Serikat dilaporkan telah tiba di Israel pada Rabu (11/10) dini hari. Bantuan keamanan dari AS itu nantinya bakal digunakan pasukan Israel untuk mempertahankan diri dan meluncurkan serangan yang lebih signifikan.
ADVERTISEMENT
Adapun Israel dan AS adalah sekutu dekat, meski Washington sejauh ini tidak berencana mengerahkan bantuan pasukan darat untuk ikut bertempur melawan kelompok militan Palestina, Hamas.
Dikutip dari TASS, laporan kedatangan pasokan amunisi dari AS ini disampaikan Israeli Defense Forces (IDF) dalam keterangan persnya.
"Pesawat pertama, yang memuat amunisi AS, telah mendarat di Israel. Pesawat dengan amunisi canggih itu mendarat di Pangkalan Udara Nevatim malam ini," bunyi pernyataan IDF.
"Amunisi tersebut dimaksudkan untuk melakukan serangan yang signifikan dan mempersiapkan skenario tambahan," imbuhnya.
Melalui pengiriman bantuan persenjataan itu, IDF menyebut telah sekaligus melambangkan kerja sama yang erat antara Israel dan AS untuk menjaga keamanan serta stabilitas regional.
"Musuh-musuh bersama kita tahu bahwa kerja sama antara tentara kita sangat kuat dan merupakan faktor kunci dalam keamanan dan stabilitas regional," tutup pernyataan IDF.
Timur Tengah bergejolak, sejak Hamas meluncurkan serangan besar-besaran yang dinamai 'Operasi Badai Al-Aqsa' ke area selatan Israel pada Sabtu (7/10). Hamas menembakkan lebih dari 2.500 rudal dan menyandera ratusan orang Israel — mulai dari warga sipil hingga petinggi militer.
ADVERTISEMENT
Serangan itu ditujukan Hamas sebagai bentuk perlawanan mereka terhadap penindasan dan penjajahan yang dilakukan selama ini oleh zionis Yahudi, menginjak-injak kebebasan rakyat Palestina beribadah di Masjid Al-Aqsa.
Menanggapi tindakan Hamas, Israel meluncurkan serangan yang lebih agresif. IDF menggempur ratusan target dan mengepung Gaza hingga bantuan kemanusiaan tidak bisa tersalurkan, lalu menyerang pasukan Hizbullah di Lebanon yang merupakan sekutu Hamas.
Menurut laporan terbaru, di pihak Palestina pertempuran ini telah menewaskan sekitar 900 orang dan melukai lebih dari 4.500 orang. Sementara di pihak Israel, lebih dari 1.000 orang tewas dan 3.400 lainnya luka-luka.