Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Pembantai Ratusan Orang di India Itu Bernama Miras Oplosan
25 Februari 2019 13:30 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
ADVERTISEMENT
India kebakaran jenggot. Selama Februari 2019, lebih dari seratus orang warganya tewas karena miras oplosan lokal atau biasa disebut sulai.
ADVERTISEMENT
Belum ada data pasti berapa orang warga India yang terbunuh di 'tangan' sulai. Menurut keterangan politikus partai penguasa India, Partai Bharatiya Janata, Mrinal Saikia pada Februari 2019 sulai membuat 150 orang di seantero India kehilangan nyawa.
"Hampir 1.500 orang mengkomsumsi miras oplosan, laporan yang saya terima Kamis lalu, korban tewas sudah mencapai 150 orang," sebut Saikia seperti dikutip dari Reuters.
Kiprah sulai 'membantai' warga India bukan baru satu-dua tahun belakangan. Mulai era 2000-an, kasus tewasnya warga India setelah menenggak sulai kerap terdengar.
Sulai masuk kategori minuman ilegal di India. Minuman beralkohol ini terbuat dari bahan utama yaitu gula tebu.
Walau bahan utama gula tebu, salah satu bahan dasar sulai lainnya sangatlah berbahaya, yaitu metanol. Penambahan metanol dilakukan untuk membuat sulai lebih manis, sekaligus mematikan.
Metanol sampai saat ini bukanlah bahan dasar pembuat makanan dan minuman. Cairan berbahaya bagi tubuh itu biasa digunakan di dunia industri sebagai bahan bakar alternatif.
ADVERTISEMENT
Jika dikonsumsi metanol membentuk asam yang merusak organ tubuh. Dosis 30 mililiter metanol saja bisa membunuh manusia.
Tidak hanya metanol, agar lebih "nendang" terkadang produsen sulai mencampur daun tembakau kering, isian baterai kering, hingga plastik sandal dalam minuman tersebut. Hal ini membuat sulai semakin mematikan.
Meski punya reputasi buruk, sulai nyatanya masih menjadi minuman populer, khususnya di kalangan pekerja berpenghasilan rendah.
Pada awal 2019 ini, sebotol sulai berukuran 180 mililiter dijual seharga 45 rupee India atau Rp 8.000 saja. Harga ini melonjak dari harga jual tiga bulan lalu, yakni 33 rupee India atau setara Rp 6.500.
Kecanduan Sulai
Aktivis India Vikas Amte, melihat miras oplosan banyak dikomsumsi warga miskin bukan cuma karena harga murah, tapi kecanduan.
ADVERTISEMENT
"Masyarakat menginginkan alkohol disebabkan mereka ketagihan, dan saya lihat orang mencari sulai bila mereka tak bisa membeli alkohol resmi," kata Amte.
"Sulai juga lebih keras dari pada minuman lain dan ketagihan membuat orang ingin minum yang lebih keras daripada yang diminum sebelumnya," tuturnya.
Keterangan Amte diperkuat oleh data resmi yang dikeluarkan Pemerintah India. Tiap tahunnya, masyarakat India mengkonsumsi 50 miliar liter alkohol, 40 persennya merupakan produk ilegal.
Pejabat Kepolisian di Mumbai India, YP Singh, mengatakan ada berapa faktor penyebab harga sulai 'ramah' dikocek masyarakat.
"Minuman oplosan dijual di tempat tak jelas dan tidak ditarik pajak, tidak ada kontrol kualitas, itu sebabnya mereka jauh lebih murah," kata Singh seperti dikutip Quartz.
ADVERTISEMENT
Singh menjelaskan, karena tidak ada pengawasan pembuat miras oplosan asal-asalan saat mencampurkan metanol.
Dilansir BBC, Aniruddha Mookherjee penulis buku tentang alkohol asli India pada 2011 lalu pernah memprediksi, alkohol oplosan akan menjadi persoalan besar.
Faktor utama dari itu semua adalah permintaan alkohol di India yang begitu tinggi, dan pemerintah tidak bisa memenuhinya. Hal tersebut mendorong terciptanya industri ilegal miras oplosan.
Melihat banyaknya kasus, pemerintah India sama sekali tidak berdiam diri. Operasi pemberantasan peredaran miras oplosan telah diluncurkan.
Pada pertengahan Februari lalu, di Uttar Pradesh ada 66 orang ditangkap. Sedangkan di Uttarakhand dua orang terduga pemasok alkohol beracun ditahan.
Pekan ini, operasi kepolisian semakin diperketat. Sebanyak 16 orang yang terkait dengan peredaran dan pembuatan alkohol di Assam telah ditahan aparat berwenang setempat.
ADVERTISEMENT