Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Hal itu terungkap ketika pembina tersebut dipanggil Kwarcab Pramuka Kabupaten Gunungkidul.
"Sudah saya panggil (pembina yang bersangkutan). Itu khilaf, spontan, tidak diperhitungkan, dan tidak masuk dalam perencanaan pelatihan," kata Ketua Kwarcab Pramuka Gunungkidul, Bahron Rasyid, saat dihubungi kumparan, Kamis (16/1).
Bahron menjelaskan bahwa pembina tersebut tidak mengajarkan tepuk berbau SARA kepada siswanya. Pembina mengaku tidak sengaja mengatakan 'tepuk anak saleh' dan kemudian diikuti siswa.
"Itu sesi terakhir jelang bubar biasanya dengan tepuk, dengan nyanyi. Tidak sengaja dan itu tidak mengajarkan. Jadi (pembina bilang) 'tepuk anak saleh' spontan anak-anak nyaut," kata Bahron.
Sekadar diketahui, tepuk anak saleh' biasa diajarkan di lembaga pendidikan keislaman untuk anak-anak seperti Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) atau PAUD. Hanya saja, tepuk itu diakhiri dengan yel-yel 'Islam yes!' dan tidak ada tambahan 'kafir no!'
ADVERTISEMENT
Terkait peristiwa ini, Bahron sudah memerintahkan kepada Dewan Kehormatan untuk memeriksa.
"Hasilnya akan diserahkan kepada kami untuk melakukan pembinaan atau apa pun sesuai pelanggaran kode etik yang dilanggar," ujar Bahron.
Di sisi lain, Kwarcab Pramuka Gunungkidul juga akan membina seluruh pembina Pramuka di Gunungkidul agar peristiwa ini tidak terulang kembali.
"Ya kami akan melakukan pembinaan peningkatan pemahaman kepada seluruh pembina Pramuka, menyegarkan teknik pembinaan dan sebagainya melalui pembinaan yang ada," pungkas Bahron.