LIPSUS NATUNA, Cover Lipsus Ada China di Natuna, 1:1

Pemkab Natuna: Mau Enggak Pemerintah Pusat Perhatikan Kami?

15 Januari 2020 14:40 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal nelayan di Pelabuhan Lumbang Pring, Natuna. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kapal nelayan di Pelabuhan Lumbang Pring, Natuna. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Laut Natuna menyimpan “harta”, mulai dari ragam ikan sampai migas. Tapi itu tak membuat kehidupan nelayan lokal berlimpah.
“Menggiurkan” bisa jadi kata yang tepat untuk menggambarkan Laut Natuna, termasuk bagi negara-negara tetangga Indonesia.
Menurut Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Natuna Zakimin, potensi tangkapan ikan di Laut Natuna Utara setiap tahunnya mencapai 500.000 ton. Perairan ini pun menyimpan potensi minyak dan gas. Tak heran ia didatangi kapal-kapal asing yang ingin ikut mengeruk limpahan isinya.
“Laut Natuna termasuk daerah paling strategis,” kata Zakimin saat berbincang dengan kumparan, Jumat (10/1).
Itu sebabnya ia berharap pemerintah Indonesia tak membiarkan Laut Natuna digarap nelayan-nelayan asing. Berikut petikan obrolan bersama Zakimin di kantornya, Ranai Kota, Natuna.
Kadis Perikanan Natuna, Zakimin. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Nelayan-nelayan Natuna berkata, masuknya kapal-kapal asing akibat longgarnya pengamanan laut di Natuna oleh aparat. Jadi bagaimana sesungguhnya?
Sebenarnya Pemkab Natuna tidak bisa mengomentari itu, karena tidak ada kewenangan dalam mengawasi itu. Kalau berkoordinasi, bisa.
Dalam statement bupati, tidak boleh saling menyalahkan. Karena memang kapasitas kami meminta. Katakanlah mungkin kalau KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) ada PSDKP-nya (Pusat Sumber Daya Kelautan dan Perikanan) yang melakukan pengawasan. Kalau provinsi memang ada juga tupoksi (tugas pokok dan fungsi) mengawasi, tapi kapal mereka enggak ada di sini.
Kemudian ada Bakamla. Mungkin karena laut kita luas, ada yang belum ter-cover.
Kapal Vietnam yang ditangkap Indonesia karena mencuri ikan di Laut Natuna Utara. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Statement bupati memohon jelas bahwa Laut Natuna harus dijaga. Potensinya itu di situ bukan sekadar ikan. Ada migas dan sebagainya. Termasuk daerah paling strategis.
Kalau Natuna ini hilang, NKRI berkurang banyak. Dan kami penduduk Natuna kan bahasanya “Harga mati NKRI, tidak akan bisa berpaling.”
Cuma, mau enggak pemerintah pusat memperhatikan kami?
Ada China di Natuna. Ilustrator: Maulana Saputra/kumparan
Berapa sih potensi tangkapan ikan di Laut Natuna per tahun?
Natuna ini di Wilayah Pengelolaan Perikanan 771 (Selat Karimata, Laut Natuna, Laut China Selatan). Potensi gabungan dengan Selat Karimata itu hampir 1 juta ton per tahun. Itu potensi hasil tangkapan laut.
Dari jumlah itu, khusus untuk Laut Natuna Utara itu kami prediksi hampir separuhnya—500 ribu ton per tahun.
Untuk perikanan tangkap, ada dua jenis ikan, yaitu pelagis atau ikan-ikan permukaan, dan ikan-ikan demersal atau ikan-ikan dasar. Ikan pelagis itu seperti tongkol, kembung, tenggiri. Ikan-ikan demersal seperti kakap merah, kakap putih, kerapu.
Pasar Ikan Ranai di Natuna. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Pemerintah pusat ingin menjaga Laut Natuna dengan mengerahkan nelayan dari Pantai Utara Jawa. Bagaimana pendapat Anda?
Kami berharap didudukkan bersama. Kedudukan mereka benar di laut, dengan harapan bila mereka beroperasi di sana kan seperti armada semut, ya. Jadi kalau ada kapal asing dan patroli kita terlambat sedikit, nelayan kita sudah bisa memberikan informasi.
Cuma jangan sampai terjadi mereka (nelayan luar Natuna) malah berbenturan dengan nelayan tradisional di (Natuna) sini. Ini yang tidak diinginkan oleh Pak Bupati.
Tujuan utamanya: nelayan di Natuna ini harus sejahtera. Nanti ada kontribusi apa nelayan Pantura ke sini? Kan nanti masuk PAD (Pendapatan Asli Daerah). PAD itu untuk pembangunan. Membangun fasilitas-fasilitas pulau. Syukur-syukur dilengkapi dengan alat-alat bantu tangkap, armada tangkap, dan sebagainya.
Para nelayan Natuna menggelar pertemuan. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Nelayan Natuna kalah alat dibanding nelayan daerah lain?
Menangkapnya masih dengan pancing ulur—satu-satu (ikan ditangkap). Dengan armada tangkap yang sangat-sangat tradisional ini, izin kapalnya pun hanya 5 gros ton ke bawah. Itu tentu produktivitasnya kecil.
Kenapa nelayan Natuna belum pakai alat yang lebih modern?
Kita perlu pahami budaya di sini ketika melaut. Pernah ada ucapan ke Pak Bupati, apabila (nelayan Natuna) berkolaborasi (melaut lebih jauh) dengan nelayan Jawa, taruhlah dua bulan, satu bulan, atau tiga di laut, itu mereka enggak mampu. Karena budaya dia tidak bisa jauh dari keluarga. Itu kan budaya, perlu berubah.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia, Rasmijan, mengatakan nelayan Natuna tak perlu khawatir dengan kehadiran nelayan Pantura di wilayah mereka. Sebab, nantinya kapal-kapal nelayan Pantura yang berbobot 60-100 GT akan mencari ikan di laut dalam, sedangkan kapal nelayan Natuna yang lebih kecil bisa melaut di perairan yang lebih dekat ke Kepulauan Natuna.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten