news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Peneliti Eijkman Dorong Sentralisasi Data Kasus Gagal Ginjal Anak

11 November 2022 9:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Temasek Foundation Pinnacle Series di Singapura. Foto: Wisnu Prasetiyo/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Temasek Foundation Pinnacle Series di Singapura. Foto: Wisnu Prasetiyo/kumparan
ADVERTISEMENT
Penggunaan centralized data, atau data yang telah disentralisasi, merupakan salah satu kunci untuk mengetahui problem dasar kasus gagal ginjal akut yang memakan banyak korban anak-anak. Hal ini dikatakan oleh Manajer Operasional Penelitian Klinis Eijkman Oxford Clinical Research Unit (EOCRU) Indonesia, Dr Mutia Rahardjani.
ADVERTISEMENT
“Ya kalo data itu karena kita enggak punya centralized database,” ujarnya, di sela diskusi Panel One Health Congress Pinnacle Series Temasek Foundation di Singapura, Kamis (10/11). Kehadiran kumparan di sini diinisiasi oleh WAN-IFRA.
Mutia berpendapat, ketidaksesuaian data yang seringkali terjadi pada informasi yang tersebar ke masyarakat merupakan akibat dari sumber data yang berbeda-beda.
“Kalau misalnya ada perbedaan antara Badan POM sama Kemenkes misalnya, jadi kita punya source data yang berbeda-beda. Cara mendokumentasikan data juga beda-beda,” jelasnya.
Saat ini, kebanyakan rumah sakit di Indonesia menggunakan sistem electronic health record yang belum tersambung antara satu dengan lainnya. Akibatnya, data yang dimiliki masing-masing rumah sakit tidak sama.
Ilustrasi Gangguan Ginjal pada Anak. Foto: Shutterstock
“Kayak tadi saya juga mention tentang electronic health record ya sekarang itu rumah sakit punya masing masing data yang beda beda yang belum nyambung satu sama lain,” ucap Mutia.
ADVERTISEMENT
Penggunaan sistem dengan data yang disentralisasi akan sangat membantu dalam memperoleh data yang valid dan sama di seluruh sumber karena menggunakan referensi yang telah ditentukan sebelumnya.
“Kalau kita punya satu yang centralized itu sangat amat membantu, hampir semua negara yang lain itu punya centralized. Dah dan kita tuh baru menuju ke sana,” katanya.
“Kalau kita punya itu akan sangat amat membantu untuk dapat data yang valid realtime,” lanjut Mutia.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan melaporkan tercatat 324 kasus gagal ginjal akut pada anak dari 28 provinsi hingga Minggu (6/11).
Dari keseluruhan kasus tersebut, tercatat sebanyak 195 kasus berakhir dengan kematian, 102 pasien kasus dinyatakan sembuh, serta 27 pasien yang masih menjalani perawatan di rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Meskipun angka kasus yang tercatat cukup tinggi, Kementerian Kesehatan tidak mencatat adanya penambahan kasus, baik pasien baru maupun kasus yang baru dilaporkan, serta kematian yang terjadi dalam kurun waktu tiga hari ke belakang
“Kalau saya rasa itu hanya salah satu, hanya salah satu cara gitu dan ini kan unexpected (tidak disangka) juga kan kasusnya. Dan kalau misalnya kita punya itu centralized data itu akan sangat membantu,” jelasnya.
“Tapi bukan satu satunya,” tututup Mutia.