Pengakuan Orang Hilang di Gunung Pangrango: Dengar Gamelan, Lihat Ulat Nyala

29 Januari 2024 16:29 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dedi Saefuloh yang sempat hilang di Gunung Pangrango. Dok: kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Dedi Saefuloh yang sempat hilang di Gunung Pangrango. Dok: kumparan.
ADVERTISEMENT
16 orang (sebelumnya ditulis 13 orang) sempat hilang di Gunung Pangrango, Bogor, Jawa Barat. Mereka kemudian ditemukan pada Senin pagi (29/1) dalam kondisi kelelahan, ada juga yang kakinya terkilir.
ADVERTISEMENT
Salah satu dari 16 orang itu adalah Dedi Saefuloh, warga Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, yang kemudian menceritakan apa yang dialaminya.
Awalnya, Dedi dan rombongannya yang tergabung dalam Paguyuban Sir Buni Kasih itu hendak ke Curug Cijambe yang berada di Gunung Pangrango.
Tujuan mereka adalah tadabur alam.
Dedi berangkat ke Curug sekitar pukul 13.00 WIB, Minggu (28/1) melalui jalur Pasir Banteng (Cibedug) dan pulang hari itu juga melalui Pasir Pogor.

Kabut Tebal, Bertahan Tanpa Air Minum

Ilustrasi: Jembatan gantung di TN Gunung Gede Pangrango. Foto: Muhammad Lutfan Darmawan/kumparan
Saat pulang dari curug, rombongan menemui kabut tebal. Jalur pun sudah hilang.
"Musim hujan jalan bekas orang sudah menutup lagi, jadi terpaksa buka jalur," kata Dedi.
Dedi dan rombongan mesti bertahan tanpa air minum. "Sengaja enggak bawa air karena tujuannya ke Curug," katanya.
ADVERTISEMENT

Gamelan, Ulat Nyala

"Ternyata memang di gunung itu ada kehidupan yang luar biasa. Seperti binatang malam, misalnya, nyala, ada yang bilang jamur, ada yang bilang kunang-kunang. Kami juga menemukan ulat tapi ekornya bulat nyala," kata Dedi.
Selain itu, rombongan juga mendengar suara gamelan. "Ini hanya pakem saya. Ada suara gamelan, suaranya pun mendamaikan hati," ujarnya.