Penyebab Gagal Ginjal Akut Anak di DKI Masih Misterius, BPOM Selidiki

8 Februari 2023 15:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana jelang sidang kasus gangguan gagal ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (7/2/2023). Foto: Luthfi Humam/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana jelang sidang kasus gangguan gagal ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (7/2/2023). Foto: Luthfi Humam/kumparan
ADVERTISEMENT
BPOM menyatakan obat penurun demam merek Praxion aman. Obat tersebut diduga bukan yang menyebabkan seorang anak di DKI meninggal karena Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA).
ADVERTISEMENT
Hasil uji lab tersebut juga menunjukkan, belum diketahui apa penyebab pasien anak di DKI itu gagal ginjal. Penyebab kematian pasien berusia 1 tahun itu masih misterius.
Plt Deputi Bidang Pengawasan Obat Narkotika, Psikotropika BPOM, Togi Junice Hutadjulu, mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak terkait seperti Kemenkes untuk mengetahui penyebab anak tersebut meninggal.
"BPOM terus koordinasi dengan Kemenkes dan melakukan investigasi untuk mengetahui penyebab kasus tersebut," kata Togi dalam konferensi pers di kantornya, Rabu (8/2).
Kematian Anak di DKI karena GGAPA Masih Misterius
Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Zullies Ekawati, menyatakan hal yang sama. Dia menyebut, jika obat yang dikonsumsi anak tersebut aman, maka penyebab kematiannya masih perlu didalami untuk dipastikan.
ADVERTISEMENT
"Obat yang diduga menyebabkan atau sirop yang diduga diminum oleh pasien ini kan ternyata memenuhi syarat semua ya, dalam arti jika kita mengacu ke EG dan DEG, maka kandungan tersebut semuanya memenuhi syarat. Sehingga kemudian ada possibility dari kemungkinan faktor lain, walaupun ini masih tetap harus diinvestigasi," kata Zullies dalam konpers yang sama.
Zullies mengatakan, GGAPA bisa disebabkan berbagai faktor. Baik internal maupun eksternal.
"Faktor internal yaitu faktor dari pasien itu sendiri. Faktor eksternal, di samping ada toxic-an, ada faktor-faktor lain ya, jadi toxic-an itu juga bukan cuma EG dan DEG ya, barang kali ada metal dan sebagainya," kata Zullies.
Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Prof Zullies Ekawati. Foto: Dok. Istimewa
"Masih perlu diselidiki dan diinvestigasi untuk memastikan GGA ini betul dari EG atau DEG, apakah itu cemaran suatu produk, maka tentu diperlukan investigasi dan pemeriksaan yang sangat komplet ya. Jadi kalau hanya berdasarkan pada 'oh ini minumnya apa', tentu saja kita tidak bisa berdasarkan itu," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Zullies mengatakan, dari hasil lab klinis anak yang meninggal, menunjukkan ada gangguan fungsi ginjal. Tetapi, ia menyebut hasil lab itu belum lengkap.
"Tetapi kita belum mendapatkan informasi yang terkait dengan adakah kristal oksalat dalam urine, kemudian mungkin angka lain hasil lab, kadar toxic-an dalam darah," kata dia.
"Informasi yang saya dapatkan bahwa ada memang disebutkan ada kadar toxic-an DEG dalam jumlah yang sangat kecil. Kalau kita hitung itu juga belum mencapai level yang mungkin bisa mematikan," sambungnya.
Atas dasar tersebut, Zullies mendorong bahwa di samping kadar DG dan DEG yang dicek, perlu juga dicek metaolitnya. Sebab, bisa jadi penyebab kematian anak tersebut bukan karena DG dan DEG.
"Jadi mungkin nanti untuk memastikan lagi kelengkapan data suatu kasus, ketika ada kasus serupa, maka pemeriksaan itu lebih lengkap lagi tak hanya DG dan DEG," ucapnya.
ADVERTISEMENT
"Kembali pada kasus ini, terus terang buat saya pribadi ini masih misteri ya, karena kalau dugaannya dari sirop dan itu semuanya itu masih masuk spek, kemungkinan faktor lain yang saya kira masih memerlukan investigasi lebih jauh," pungkas dia,