Perubahan Salman Abedi, dari Fans MU Menjadi Pengebom Bunuh Diri

24 Mei 2017 11:04 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Polisi berjaga di sekitar Manchester Arena. (Foto: REUTERS/Jon Super)
zoom-in-whitePerbesar
Polisi berjaga di sekitar Manchester Arena. (Foto: REUTERS/Jon Super)
Pelaku pengeboman konser Ariana Grande yang menewaskan 22 orang diketahui bernama Salman Abedi. Pria 22 tahun ini telah lama dipantau badan intel Inggris, namun gagal dihentikan.
ADVERTISEMENT
Abedi adalah pria kelahiran Inggris yang memiliki orang tua Libya. Ayahnya kembali ke Libya pada revolusi tahun 2011 yang menewaskan Moammar Khadafi, sementara ibunya tetap berada di Inggris untuk merawat anak-anak mereka.
Identitas Abedi diketahui dari kartu ATM yang berada di kantongnya. Abedi disebut meledakkan diri di tengah konser Ariana Grande di Manchester Arena, menewaskan 22 orang dan melukai 59 lainnya.
Belum ada foto Abedi yang dirilis kepolisian, namun media Inggris The Sun telah menjadikannya foto sampul, disandingkan dengan seorang gadis berusia 8 tahun, korban termuda pengeboman di konser Ariana Grande.
Kawan-kawan Abedi seperti dikutip Daily Mail mengatakan pria itu tidak ubahnya warga Manchester kebanyakan, penggemar klub sepakbola Manchester United dan menghabiskan berjam-jam untuk bermain game di PS4.
ADVERTISEMENT
Namun, kata mereka, kepribadian Abedi berubah ketika ayahnya berangkat ke Libya pada 2011 untuk ikut berperang. Abedi mulai berbicara soal jihad dan peperangan.
Menurut media Inggris lainnya, Mirror, Abedi berkawan dengan Raphael Hostey yang dikenal dengan nama Abu Qaqa al-Britani, ahli propaganda ISIS yang terbunuh pada 2016 dalam serangan drone. Diduga, radikalisme Abedi dimulai dari perkawanannya dengan Hostey.
Ini diakui oleh Mohammed Saeed, imam Masjid Didsbury. Saeed kepada ABC News mengatakan Abedi pernah marah kepadanya karena menyampaikan khutbah pada 2015 yang mengecam ISIS.
"Dia menunjukkan kebencian. Saya terkejut dan marah," ujar Saeed.
Abedi tercatat kuliah di University of Salford, Manchester, jurusan bisnis. Namun dia tidak pernah sekalipun masuk ke kelas. Diduga, dia mengurungkan niat untuk kuliah karena harus berlatih di luar negeri.
ADVERTISEMENT
Menurut pejabat intelijen AS kepada NBC News, dalam 12 bulan terakhir Abedi mengunjungi beberapa negara, salah satunya Libya. Dia diduga melakukan kontak dengan al-Qaidah dan menjalani pelatihan terorisme.
Nama Abedi sendiri telah masuk ke dalam daftar badan intel Inggris M15 yang berisi ratusan pemuda yang diduga radikal dan menjadi ancaman keamanan.
"Abedi adalah terduga teroris di Inggris, M15 telah memantau dia. M15 menyadari dia berpotensi mengancam tapi tidak menduga ancaman itu akan datang dengan cepat seperti di Manchester," ujar Robin Simcox, pengamat keamanan di The Heritage Foundation.
Keluarganya, salah satunya ibunya sendiri, sebenarnya telah melaporkan kepada intelijen Inggris soal perilaku ekstrem Abedi.
ADVERTISEMENT
Pejabat intelijen AS mengatakan bom yang digunakan Abedi untuk meledakkan diri di konser Ariana Grande "besar dan canggih". Material yang digunakan untuk bom itu sulit diperoleh di Inggris. Artinya, dia mendapatkan bantuan dari orang lain.
Inggris saat ini tengah menyelidiki jaringan yang berada di belakang Abedi. Pemerintah Inggris meningkatkan ancaman teror ke tingkat tertinggi "kritis" untuk mengantisipasi serangan yang bisa datang dalam waktu dekat.