Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Bagi Partai Keadilan Sejahtera, kursi cawapres seperti “harga mati”. Mereka tak henti-hentinya mendesak Prabowo Subianto untuk memilih salah satu di antara kader PKS sebagai pendamping di Pilpres 2019 mendatang.
ADVERTISEMENT
Ngototnya PKS tak berkurang bahkan setelah Partai Demokrat merapat. Apalagi, PKS merasa terancam dengan Agus Harimurti Yudhoyono yang menang dari faktor usia muda, elektabilitas, dan dukungan logistik mumpuni. Sederhananya, PKS dan sembilan namanya itu tergusur oleh kehadiran Demokrat.
PKS tak menyerah. Untuk merebut kembali hati Prabowo, PKS mengambil jalan memutar dengan mendorong hasil rekomendasi Ijtima Ulama agar naik daya tawar politik mereka. Entah kebetulan atau tidak, salah satu nama yang direkomendasikan adalah Salim Segaf Al-Jufri, sosok yang menjabat sebagai Ketua Majelis Syuro PKS.
Para petinggi PKS pun satu suara mengawal hasil Ijtima Ulama tersebut. Menurut Sekretaris Jenderal PKS Mustafa Kamal, hasil ijtima ulama merupakan isyarat dari langit. Sebab, nama-nama yang muncul sama sekali tidak diperkirakan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Senada, Ketua DPP PKS Aboe Bakar Al Habsyi mendesak Prabowo memilih cawapres hasil rekomendasi Ijtima Ulama, meski nama tersebut punya elektabilitas rendah. Ia berdalih, membicarakan elektabilitas setelah ijtima ulama mengeluarkan rekomendasi sudah tidak lagi relevan. “Mau berkah nggak?” tanya Aboe Bakar.
Untuk memahami secara utuh logika PKS yang bersikeras mendapatkan kursi cawapres, berikut hasil wawancara kumparan dengan Aboe Bakar Al Habsyi dan Mustafa Kamal.
Sampai sekarang Prabowo belum mengumumkan nama cawapres. Apa upaya yang dilakukan PKS agar kadernya dipilih?
Aboe Bakar Al Habsyi: Yang pertama begini, kita berada di pihak penyeimbang. Kita tidak mau demokrasi berjalan seperti kotak kosong, supaya ada balancing. Maka dari itu, ada kekuatan yang disebut kekuatan keumatan. Kekuatan keumatan itulah yang bergabung di Koalisi Prabowo. Di situlah ada: PKS, PAN, Gerindra, termasuk PBB, Partai Berkarya, dan Partai Idaman.
ADVERTISEMENT
Nah, ada ikhtiar dari koalisi keumatan dengan mengadakan pertemuan Ijtima Ulama yang menghasilkan rekomendasi. Pertemuan Ijtima Ulama itu itu bukan pertemuan sembarangan. Dalam pertemuan itu hadir wakil-wakil umat dari seluruh Indonesia. Artinya, mereka mewakili kantong-kantong suara di daerah masing-masing.
Ijtima merekomendasikan calon presiden, Prabowo Subianto. Rekomendasi kedua, Prabowo ‘dipaketkan’ dengan Salim Segaf Al Jufri atau dengan Ustaz Abdul Somad. Dua nama itu adalah keputusan keumatan dari pihak Prabowo and the gang. Kira-kira begitu.
PKS menginginkan hasil ijtima Ulama dibawa ke koalisi empat partai?
Mustafa Kamal: Ya, itu tanda-tanda dari langit saya kira. Karena ini merupakan forum di mana para ulama kemudian para tokoh nasional berkumpul. Dan entah kenapa nama-nama yang kita dapatkan ada Prabowo Subianto sebagai capres, Habib Salim Segaf Al-Jufri, dan juga ada Ustaz Abdul Somad.
ADVERTISEMENT
Ini kan nama-nama yang mungkin tidak terlalu diduga sebelumnya. Bagi kami pun demikian. Meskipun PKS sudah memberikan rekomendasi sembilan capres-cawapres dan di dalamnya ada Habib Salim Segaf Al-Jufri, tetapi kita sungguh tidak menyangka bahwa itu kemudian juga disuarakan oleh umat.
Apalagi Ustaz Abdul Somad, lebih tidak diduga lagi kan, karena beliau tidak punya track record politik. Meskipun pemahaman politik beliau sangat dalam, sangat luar biasa, karena menguasai literatur banyak sekali, bukan hanya literatur agama. Dan juga pengalaman interaksi yang luar biasa dengan perpolitikan Indonesia, meskipun bukan sebagai pelaku politik.
Bagi kita, (Ijtima Ulama) ini seperti bahasa langit lah; di mana ada nama-nama yang sungguh tidak kita duga sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Ijtima Ulama itu digelar atas kesepakatan partai-partai di kubu koalisi Prabowo?
Aboe Bakar Al Habsyi: Iya, dong. Atas kesepakatan siapa kalau bukan dari kubu Prabowo?
Ijtima Ulama digerakkan oleh Gerakan Nasional Pembela Fatwa Ulama (GNPF Ulama). Yang terlibat ada macam-macam: ada wakil dari GNPF, ulama, dan PA 212. Itu semua terlibat dalam rekomendasi tersebut.
Nah, sekarang, PKS tetap concern terhadap koalisi keumatan. Karena itu kita mengawal keputusan Ijtima Ulama. Kalau tidak setuju, atau mereka nyinyir dengan keputusan rekomendasi Ijtima Ulama, minta dikaji ulang, ya kita kasih kesadaran, “Jangan sembarangan sama ulama.”
Rekomendasi ijtima Ulama sudah didiskusikan oleh koalisi?
Mustafa Kamal: Tentu saja hasil Ijtima Ulama mewarnai pembicaraan para pimpinan partai. Kita mendengar dari pimpinan partai ada sambutan yang positif. Meskipun dari Partai Demokrat, karena memang belum ada pembicaraan bersama, ya baru di tingkat kesekjenan kemarin kita bertemu dan itu sifatnya kenalan. Bukan berarti orangnya tidak saling kenal, tapi kenalan dalam konteks kita mau menjajaki kebersamaan dalam koalisi.
ADVERTISEMENT
Tapi dengan Gerindra dan PAN kita memang sudah membicarakan hasil Ijtima Ulama itu dan ada semangat yang sama, meskipun kita tetap menghormati bagaimana Partai Gerindra dan PAN punya sikap. Memang pada akhirnya keputusan diserahkan pada partai politik.
Tapi bagi PKS, Ijtima Ulama ini kita junjung tinggi. Ini satu aspirasi besar yang mencerahkan dan yang terbaik buat bangsa ini bagi PKS.
Menurut Anda, sepenting dan sekuat apa rekomendasi ijtima Ulama buat kubu Prabowo?
Aboe Bakar Al Habsyi: Yang perlu diingat begini, kita ini kan bukan kelompok baru. Kami sudah bersama sejak peristiwa di Jakarta, dan itu berlanjut, dan muncul solidaritas kebersamaan. Solidaritas kebersamaan ini tetap harus dilanjutkan. Nah untuk melanjutkannya harus dengan komitmen. Di situ sudah enggak bicara logistik. Sudah masalah keumatan itu.
ADVERTISEMENT
Anda bayangkan saja, ketua-ketua itu nanti, yang namanya tempat pesantren kiai-kiai, jadi ladang tempat pusat logistik kita.
Jadi menurut saya, sekarang ini tugas dari tim di koalisi Prabowo itu adalah mengawal keputusan Ijtima Ulama. Rekomendasi cawapres pertama adalah Habib Salim Segaf Al Jufri, yang kedua UAS. Jadi jangan mundur lagi, jangan setback lagi, itu yang diputuskan.
Apa pertimbangan pemilihan Salim Segaf Al-Jufri dan UAS di Ijtima ulama?
Aboe Bakar Al Habsyi: Pertama, dia sosok yang bijak, negarawan, dan dia orang politik. Latar belakangnya, dia pernah jadi duta besar, pernah menjabat Menteri Sosial, dan Ketua Majelis Syuro PKS. Pak Salim juga lulusan doktor di Madinah. Tidak punya cacat hukum dan terlibat masalah-masalah sosial. Apalagi coba?
ADVERTISEMENT
Bagaimana sikap Prabowo setelah nama Salim Segaf Al-Jufrie muncul sebagai rekomendasi cawapres?
Aboe Bakar Al Habsyi: Mestinya secara teori Prabowo welcome ya. Tapi kan kita nggak tahu apakah ada kepentingan-kepentingan lain. Kadang-kadang dalam persoalan seperti ini ada banyak masalahnya. Mungkin kecocokan pribadi, kesiapan logistik, dan lain-lain.
Kalau PKS, logistik itu nggak ada masalah. PKS itu biasa, ada atau nggak ada logistik, maju terus. Karena ada kaidah di PKS itu, sunduquna juyubuna: kantong-kantong kami adalah harta benda kami.
Bagaimana bila Prabowo mencari cawapres yang bisa mengerek elektabilitas?
Aboe Bakar Al Habsyi: Percuma kita bikin Ijtima Ulama kalau kita ngomong elektabilitas. Jangan ngomong elektabilitas lagi. Sekarang kita bicara soal kekuatan, keumatan, kebersamaan. Mau berkah nggak? Kalau mau elektabilitas bukan ke kita. Kita pun kalau mau elektabilitas pilih Jokowi. Karena kalau elektabilitas Prabowo di bawah Jokowi.
ADVERTISEMENT
Apakah rekomendasi cawapres ijtima Ulama bisa menanggulangi persoalan elektabilitas?
Aboe Bakar Al Habsyi: Elektabilitas lewatlah. Siapa sangka Ahok bisa kalah di Jakarta. Ada yang nyangka nggak? Ini peristiwa yang sangat menarik dalam sejarah perpolitikan Indonesia.
Kapan rekomendasi ijtima Ulama dibahas di Majelis Syuro PKS?
Mustafa Kamal: Kita akan upayakan dalam waktu sesegera mungkin, karena ada hal-hal administrasi yang kita harus kerjakan. Jadi tidak boleh juga terlalu mepet. Paling tidak kita bisa mempunyai bingkai di dalam proses musyawarah sehingga arahnya akan semakin jelas kepada pilihan-pilihan yang ada.
Yang jelas Ijtima Ulama ini beririsan dengan keputusan majelis syuro, yaitu pada pribadi ketua majelis syuro yaitu Habib Salim. Itu ada irisannya. Itu lebih mudah untuk kita olah lebih lanjut, untuk kita pertimbangkan, karena itu memang sudah merupakan keputusan Majelis Syuro.
ADVERTISEMENT
Tetapi untuk pasangan dari capres dan cawapres yang di luar dari sembilan nama ini tentu kita memerlukan pembicaraan di majelis syuro.
Berarti bagi PKS cawapres sudah harga mati?
Mustafa Kamal: Ini koridornya Ijtima Ulama. Nama-nama itu terbuka. Ada nama Ustaz Abdul Somad selain Habib Salim. Munculnya nama Ustaz Abdul Somad bagi kami adalah anugerah, dan Habib Salim sendiri memberikan penghargaan yang tinggi kepada beliau. Beliau sangat tawwadu’, begitu pun Habib Salim.
Jadi ini mencerminkan karakter ulama. Kultur yang ada di dunia Islam itu memang tidak memperebutkan jabatan. Jadi keduanya sama: saling mempersilahkan. Kita mendengar secara pribadi, bukan sebagai Ketua Majelis Syuro.
Beliau juga memberikan apresiasi yang luar biasa, beliau menganggap UAS mempunyai ilmu yang dalam, serta mempunyai sifat tawadu; sikap-sikap yang positif sebagai karakter ulama.
ADVERTISEMENT
Ya mudah-mudahan nanti ada titik temu yang mempertemukan kedua tokoh yang mempunyai karakter keulamaan dan kenegerawanan untuk mencari yang terbaik buat bangsa ini.
Ada opsi abstain jika calon yang diajukan tidak dipilih?
Mustafa Kamal: Mengenai abstain ini sebetulnya belum pernah bicarakan. Dan dalam pemikiran kami, partai politik itu harus berpartisipasi dalam peningkatan demokrasi. Berdasarkan amanah majelis syuro, kita memperjuangkan sembilan nama cawapres.
Secara kultural dan secara alamiah, kader-kader PKS juga menyuarakan ganti presiden tahun 2019. Dalam konteks abstain, tentu itu tidak bisa. Tentu kita harus berpartisipasi aktif dalam memenangkan pasangan calon yang kita yakini sebagai yang terbaik bagi bangsa ini.
ADVERTISEMENT
Jadi, mungkin ada saja yang menyampaikan (abstain), tetapi itu bukan merupakan opsi yang sudah dibicarakan apalagi disampaikan secara resmi oleh PKS.
Kemungkinan terburuk, kalau cawapres Prabowo bukan kader PKS?
Aboe Bakar Al Habsyi: Ndak masalah, nggak masalah. Kita sudah prioritaskan Salim. Misalkan belum diterima silahkan ganti cawapresnya Ustadz Abdul Somad (UAS).
Kalau UAS tidak mau, bagaimana?
Aboe Bakar Al Habsyi: Ya balik lagi ke Salim. Kan rekomendasinya ada dua.
Kalau di luar dua nama itu?
Aboe Bakar Al Habsyi: Nah, itu berarti sudah di luar kesepakatan Ijtima Ulama. Rekomendasi ulama itu di atas segala-galanya. Jangan dianggap enteng sama partai-partai. Gitu dong. Jangan partai merasa berdiri sendiri. 'Oh, itu hanya rekomendasi.' Oh jangan sembarangan. Ditinggal nanti sama umat!
ADVERTISEMENT
Jadi logikanya, marilah kita hargai ini. Kalau nggak ketemu ya mari kita lihat, tapi pasti akan ada jalan keluar. Jalan keluarnya bagaimana? Wallahualam.
Mustafa Kamal: Ah, jangan berandai-andai.
Misal rekomendasi tidak ditaati, PKS tetap berkoalisi dengan Gerindra?
Aboe Bakar Al Habsyi: Ya nanti tunggu keputusan Majelis Syuro. Majelis Syuro ini akan memutuskan: ke mana kita akan berjalan dan siapa yang akan kita pilih. Begitu PKS
Kita fair aja menyebutkan ketika, misalkan --saya nggak menyebutkan nama partainya-- kenapa dia ingin cawapres asal bukan PKS? Asal bukan PKS mereka bilang. Ya, kita tidak setuju, PKS tidak setuju. Kita setuju kalau mau diputuskan AHY, jelaskan. Salim sudah katakan seperti itu.
ADVERTISEMENT
Mustafa Kamal: Koalisi dengan partai Gerindra itu sudah dibangun panjang dan dalam. Dalam konfigurasi perpolitikan nasional, paling tidak dari pilkada-pilkada di tingkat daerah, sudah tampak konfigurasi kebersamaan Partai Gerindra dengan PKS.
Kita tentu berniat untuk melanjutkan ke tingkat nasional karena ini merupakan puncaknya. Dan harapan itu semakin hari semakin kuat. Kita tunggu segala sesuatunya dengan Bismillah untuk Indonesia yang lebih baik ke depan.
PKS seperti ingin mendesakkan cawapres ke Prabowo?
Aboe Bakar Al Habsyi: PKS memang sudah menyiapkan dari awal. Kita menyiapkan sembilan nama. Tergantung Prabowo mau ambil yang mana. Kita serahkan ke Prabowo. Nah, salah satu yang memudahkan pemilihan itu lewat Ijtima Ulama.
Bagaimana PKS memandang coattail effect?
ADVERTISEMENT
Aboe Bakar Al Habsyi: Itu ilmiah. Buktikan saja coba, kita lihat jumlah kursi partai yang mengusung cawapres.
Ketika dulu PAN, begitu dia mengusung Hatta Radjasa, maju lihat kursi PAN di parlemen sebelum dan sesudahnya. Jadi dulu PAN kursinya masih di bawah PKS, tapi begitu dia punya cawapres dia bisa bersaing. Coattail effect itu relevan bagi partai-partai.
Apakah PKS punya strategi mengantisipasi coattail effect bila cawapres yang dipilih Prabowo bukan berasal dari PKS?
Aboe Bakar Al Habsyi: Secara teori iya. Tetapi itu akan dibahas di Majelis Syuro dalam waktu dekat.