PM Inggris Akui Pernah Jadi Korban Rasisme saat Anak-anak

2 Desember 2022 16:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Inggris yang baru Rishi Sunak menyampaikan pidato di luar Jalan Downing Nomor 10, di London, Inggris, Selasa (25/10/2022). Foto: Hannah McKay/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Inggris yang baru Rishi Sunak menyampaikan pidato di luar Jalan Downing Nomor 10, di London, Inggris, Selasa (25/10/2022). Foto: Hannah McKay/REUTERS
ADVERTISEMENT
Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, menyebut bahwa negaranya masih harus mengatasi rasisme pada Kamis (1/12).
ADVERTISEMENT
Pernyataan ini menyusul kontroversi yang melibatkan ibu baptis Pangeran William. Sunak tidak mengomentari insiden itu secara langsung dalam wawancara dengan Sky News.
Tetapi, pria berusia 42 tahun tersebut menceritakan pengalaman menghadapi rasisme selama masa kecilnya di Inggris.
"Rasisme yang saya alami sebagai anak-anak dan remaja saya rasa tidak akan terjadi sekarang karena negara kita telah membuat kemajuan luar biasa dalam mengatasi rasisme," ujar Sunak, dikutip dari Reuters, Jumat (2/11).
"Tetapi permasalahan ini tidak pernah selesai dan inilah mengapa setiap kali kita melihatnya kita harus menghadapinya dan kita terus belajar dan bergerak menuju masa depan yang lebih baik," lanjut dia.
Sunak merujuk pada seorang anggota Rumah Tangga Kerajaan Inggris yang meninggalkan posisinya pada Rabu (30/11). Departemen kolektif itu bertugas mendukung para anggota keluarga kerajaan Inggris.
ADVERTISEMENT
Sehari sebelumnya, dia melontarkan komentar tentang ras dan kewarganegaraan terhadap seorang perempuan, Ngozi Fulani.
Kejadian tersebut berlangsung saat Fulani menghadiri acara 'Violence Against Women and Girls’ di Istana Buckingham.
Ilustrasi rasis. Foto: Shutterstock
Agenda ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran akan kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan sebagai bagian dari 16 Hari Aktivisme Melawan Kekerasan Berbasis Gender.
Gelaran yang diselenggarakan istri Raja Charles III, Permaisuri Camilla, tersebut dihadiri Ibu Negara Ukraina, Olena Zelenska; Ratu Belgia, Mathilde; dan Ratu Yordania, Rania.
Fulanihad sendiri merupakan perempuan kelahiran Inggris. Dia bekerja di organisasi yang melawan kekerasan dalam rumah tangga, serta tergabung dalam kelompok bantuan bagi perempuan keturunan Afrika dan Karibia yang terkena dampak pelecehan, Sistah Space.
Pengalaman tidak mengenakkan itu terjadi sekitar sepuluh menit setelah dia tiba di istana. Seorang ajudan kerajaan mendekatinya dan menyingkirkan rambutnya untuk melihat lencana nama Fulanihad.
ADVERTISEMENT
Ajudan itu kemudian berulang kali bertanya 'Dari Afrika mana Anda berasal?' Fulanihad menjawab bahwa dia merupakan orang Inggris.
"Tidak, tetapi dari mana Anda sebenarnya berasal, dari mana orang-orang Anda berasal?" tanya ajudan itu lagi.
Juru bicara Istana Buckingham menyebut individu yang bersangkutan adalah 'Lady SH'. Menurut jubir istana, Lady SH sudah meminta maaf kepada Fulanihad dan segera mengundurkan diri dari pekerjaannya.
Fulanihad maupun Istana Buckingham tidak mengidentifikasi 'Lady SH'. Tetapi, media mengatakan ajudan itu adalah Lady Susan Hussey.
Lady Susan Hussey menghadiri pertandingan Kejuaraan Tenis Rumput Wimbledon di All England Lawn Tennis dan Croquet Club di London, Inggris, pada 26 Juni 2013. Foto: Mike Hewitt/Getty Images
Perempuan berusia 83 tahun tersebut adalah ibu baptis bagi penerus dan anak Raja Charles III, Pangeran William.
"Jelas, saya tidak ada di sana, tetapi rasisme tidak memiliki tempat di masyarakat kita," ungkap jubir Pangeran William.
ADVERTISEMENT
"Komentar itu tidak dapat diterima, dan benar bahwa individu tersebut telah mengundurkan diri dengan segera," tambah dia.
Tahun lalu, seorang sumber senior kerajaan mengaku pihaknya belum berbuat banyak dalam hal keragaman. Padahal, kerajaan telah berusaha meningkatkan jumlah staf dari etnis minoritas.
"Kami telah menghubungi Ngozi Fulani mengenai masalah ini, dan mengundangnya untuk mendiskusikan semua elemen pengalamannya secara langsung bila dia mau," kata jubir Istana Buckingham.
Ini merupakan insiden terbaru yang menjerat keluarga kerajaan dalam tuduhan rasisme. Pangeran Harry dan istrinya, Meghan, pernah membuat tuduhan serupa dalam sebuah wawancara pada Maret 2021.
Meghan menerangkan, salah satu anggota keluarga pernah mempertanyakan seberapa gelap kulit anak mereka nantinya.
Tuduhan itu jelas memukul kerajaan Inggris. Pihaknya menjanjikan masalah seperti ini akan ditangani dengan sangat serius. Pernyataan tersebut juga mendorong Pangeran William untuk membuat komentar beberapa hari kemudian: 'Kami bukan keluarga rasis'.
ADVERTISEMENT