Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Presiden Donald Trump Pecat Direktur FBI, Diduga Terkait Rusia
10 Mei 2017 10:54 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengambil keputusan yang tidak terduga. Pada Selasa (9/5) Trump memecat Direktur FBI James Comey, sebuah keputusan yang mengejutkan banyak orang.
ADVERTISEMENT
Trump dalam surat pemecatannya kepada Comey mengatakan bahwa dia menerima rekomendasi dari Jaksa Agung Jeff Sessions bahwa direktur FBI harus diganti. Alasannya, Comey sudah tidak lagi memberikan kepemimpinan yang efektif.
Selain itu, kata Trump, pemecatan Comey demi mengembalikan kepercayaan masyarakat. "Penting bagi kami untuk mencari pemimpin baru FBI demi mengembalikan kepercayaan dan keyakinan publik dalam misi penegakan hukum," ujar Trump seperti dikutip Reuters.
Comey ditunjuk menjadi direktur FBI pada pemerintahan Barack Obama pada 2013. Seharusnya masa jabatannya baru habis di tahun 2023.
Trump juga mengatakan memecat Comey karena penanganannya yang lambat dalam mengungkap skandal email calon presiden Hillary Clinton.
FBI di tengah pemilu tahun lalu menyelidiki pembobolan email Hillary Clinton oleh hacker. Dari kasus ini terungkap bahwa Clinton menggunakan email pribadi untuk kepentingan negara saat dia menjabat Menteri Luar Negeri.
ADVERTISEMENT
Baca juga: ISIS Rilis Video Pemenggalan Tentara Rusia
Trump saat itu mengecam tindakan Clinton yang dianggapnya membahayakan negara. Awalnya Comey pada Juli 2016 mengatakan kasus Clinton akan ditutup karena tidak terbukti mengancam negara. Namun 11 hari sebelum pemilu 8 November 2016, Comey membuka kembali kasus itu setelah menemukan banyak bocoran baru email Clinton.
Banyak suara miring yang mengatakan Comey dipecat setelah FBI menyelidiki hubungan antara Rusia dengan peretasan email tersebut. Dalam laporan Januari lalu, berbagai badan intelijen AS mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin berupaya mengganggu jalannya pemilu 2016, bertujuan untuk membantu Trump menang.
Baik Trump dan Rusia membantah laporan tersebut. Trump malah mengecam Comey yang dianggapnya tidak tegas dalam menyelidiki Hillary Clinton.
ADVERTISEMENT
Baca juga: Netanyahu Emosi Saat Membaca Dokumen Hamas
Para anggota parlemen dari Partai Demokrat dan Republik menegaskan penyelidikan ini harus terus dilanjutkan untuk mengungkap hubungan antara Trump dan Putin. Penyelidikan nantinya, kata mereka, harus dipimpin oleh tim independen agar tidak ada campur tangan kepentingan Trump.
"Dewan khusus yang sepenuhnya independen harus ditunjuk untuk memimpin penyelidikan Rusia ini. Saat ini, tidak ada satu pun dalam rantai komando Trump yang bisa dipercaya melakukan penyelidikan yang imparsial," kata Senator Republik, Charles Grassley.