Presiden Iran Telepon Putin Sebut Tindakan AS Agresif

9 April 2017 20:36 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Presiden Iran Hassan Rouhani. (Foto: Reuters/Lucas Jackson)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Iran Hassan Rouhani. (Foto: Reuters/Lucas Jackson)
Saat Suriah sedang bergejolak akibat senjata kimia dan serangan rudal Amerika Serikat, Presiden Iran Hassan Rouhani menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin. Dalam sambungan telepon tersebut, Rouhani menyebut tindakan AS sangat agresif.
ADVERTISEMENT
Dalam pernyataan yang dikeluarkan Istana Kepresidenan Rusia, Kremlin, disebutkan kedua pemimpin meminta agar dilakukan penyelidikan terhadap senjata kimia di Idlib, Suriah. Kedua pemimpin bersekutu tersebut juga menyatakan akan meningkatkan kerja sama dalam memerangi terorisme.
"Kedua pemimpin menyerukan agar insiden yang melibatkan senjata kimia di Idlib, Suriah, diselidiki," kata Kremlin dalam pernyataan tertulisnya dikutip dari Reuters, Minggu (9/4).
"Mereka (Putin-Rouhani) sepakat untuk memperdalam kerja sama untuk memerangi aksi terorisme," lanjutnya.
Vladimir Putin (Foto: Reuters/Sputnik/Mikhail Klimentyev/Kremlin)
zoom-in-whitePerbesar
Vladimir Putin (Foto: Reuters/Sputnik/Mikhail Klimentyev/Kremlin)
Panggilan telepon ini terjadi atas inisiatif Presiden Rouhani. Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menghubungi Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson usai AS menyerang Suriah.
ADVERTISEMENT
Dalam pembicaraan, Lavrov mengatakan bahwa serangan tersebut bisa menimbulkan ancaman tambahan bagi keamanan global.
Kapal perang AS melepaskan rudal. (Foto: Reuters/AS)
zoom-in-whitePerbesar
Kapal perang AS melepaskan rudal. (Foto: Reuters/AS)
Lavrov kepada Tillerson menyebut bahwa penggunaan senjata kimia di Suriah tak sesuai kenyataan. Hal itu disampaikan Kementerian Luar Negeri Rusia seperti dikutip dari Reuters, Minggu (9/4).
"Serangan terhadap sebuah negara yang pemerintahannya sedang berkelahi melawan teroris hanya menguntungkan kelompok ekstremis," kata Lavrov.
"(Serangan) menciptakan ancaman tambahan untuk keamanan regional dan global. Bahwa militer Suriah menggunakan senjata kimia di Provinsi Idlib pada 4 Maret tak sesuai kenyataan," lanjut dia.