Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Presiden Iran Telepon Putin Sebut Tindakan AS Agresif
9 April 2017 20:36 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Saat Suriah sedang bergejolak akibat senjata kimia dan serangan rudal Amerika Serikat, Presiden Iran Hassan Rouhani menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin. Dalam sambungan telepon tersebut, Rouhani menyebut tindakan AS sangat agresif.
ADVERTISEMENT
Dalam pernyataan yang dikeluarkan Istana Kepresidenan Rusia, Kremlin, disebutkan kedua pemimpin meminta agar dilakukan penyelidikan terhadap senjata kimia di Idlib, Suriah. Kedua pemimpin bersekutu tersebut juga menyatakan akan meningkatkan kerja sama dalam memerangi terorisme.
"Kedua pemimpin menyerukan agar insiden yang melibatkan senjata kimia di Idlib, Suriah, diselidiki," kata Kremlin dalam pernyataan tertulisnya dikutip dari Reuters, Minggu (9/4).
"Mereka (Putin-Rouhani) sepakat untuk memperdalam kerja sama untuk memerangi aksi terorisme," lanjutnya.
Panggilan telepon ini terjadi atas inisiatif Presiden Rouhani. Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menghubungi Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson usai AS menyerang Suriah.
ADVERTISEMENT
Dalam pembicaraan, Lavrov mengatakan bahwa serangan tersebut bisa menimbulkan ancaman tambahan bagi keamanan global.
Lavrov kepada Tillerson menyebut bahwa penggunaan senjata kimia di Suriah tak sesuai kenyataan. Hal itu disampaikan Kementerian Luar Negeri Rusia seperti dikutip dari Reuters, Minggu (9/4).
"Serangan terhadap sebuah negara yang pemerintahannya sedang berkelahi melawan teroris hanya menguntungkan kelompok ekstremis," kata Lavrov.
"(Serangan) menciptakan ancaman tambahan untuk keamanan regional dan global. Bahwa militer Suriah menggunakan senjata kimia di Provinsi Idlib pada 4 Maret tak sesuai kenyataan," lanjut dia.
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 6 November 2024, 9:03 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini