Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.0
Rusia Kritik Menlu Inggris yang Batal ke Moskow karena Suriah
9 April 2017 19:55 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson membatalkan lawatannya ke Moskow, Rusia pada Senin (10/4) esok. Pembatalan terjadi karena perkembangan di Suriah setelah gas beracun membunuh warga sipil di negara itu.
ADVERTISEMENT
Akibat pembatalan itu, Rusia menyebut bahwa Inggris bukan negara penting untuk diajak berbicara. Rusia juga menyebut Inggris tak mempunyai pengaruh terhadap urusan dunia.
"Keputusan (Menlu Inggris) untuk membatalkan kunjungan menunjukkan sekali bahwa tak ada keuntungan berbicara dengan Inggris," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dikutip dari Reuters, Minggu (9/4).
"Ia tidak memiliki pengaruh nyata atas urusan dunia," lanjut dia.
Sementara itu, saat konferensi pers, Johnson menyebut pembatalan tersebut untuk lebih memprioritaskan Suriah. Johnson juga mengatakan akan ada pertemuan G7 pada tanggal 10-11 April mendatang.
"Untuk membangun dukungan internasional yang terkoordinasi untuk gencatan senjata agar politik Suiah menjadi intensif," imbuh Johnson.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Inggris menyebut Rusia bertanggung jawab dengan kematian warga sipil di Suriah akibat serangan senjata kimia. Namun Inggris melalui Menteri Pertahanannya, Michael Fallon, Inggris mendorong Rusia membongkar senjata kimia Presiden Suriah Bashar al Assad.
"Rusia bertanggung jawab atas setiap kematian warga sipil pekan lalu," kata Menteri Pertahanan Inggris Michael Fallon seperti ditulis koran Sunday Times dan dikutip dari Reuters, Minggu (9/4).
"Jika Rusia ingin terbebas dari tanggung jawab serangan itu di masa depan, (Presiden) Vladimir Putin perlu membongkar senjata kimia (Presiden) Assad," tutur Fallon.
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 6 November 2024, 12:38 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini