Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.0
Putin Angkat Bicara Soal Serangan AS ke Suriah
7 April 2017 13:29 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Presiden Rusia Vladimir Putin angkat bicara soal serangan Amerika Serikat ke Suriah. Menurut Putin, serangan rudal AS ke pangkalan udara Suriah "ilegal dan melanggar hukum internasional".
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, berbicara melalui juru bicaranya, Dmitry Peskov, Putin mengatakan bahwa hubungan antara AS-Rusia akan terdampak akibat serangan ini.
Putin menyebut serangan yang diperintahkan Donald Trump adalah "agresi terhadap negara berdaulat" dan "upaya menutupi" kematian warga sipil di Irak akibat serangan AS.
Komentar Putin ini disampaikan menyusul tembakan 59 rudal Tomahawk oleh dua kapal perang AS ke pangkalan militer udara Suriah di Shayrat, provinsi Homs, pada Jumat dini hari (7/4).
Serangan ini adalah respons dari serangan senjata kimia yang diduga dilakukan rezim Bashar al-Assad yang dibekingi Suriah, menewaskan lebih dari 80 orang, puluhan di antaranya anak-anak.
Rusia sejak tahun 2015 lalu telah membantu Suriah menyerang beberapa kota yang dikuasai kubu oposisi bersenjata. Berkat bantuan serangan udara Rusia, Suriah berhasil merebut beberapa kota, termasuk Aleppo.
ADVERTISEMENT
Baik Suriah dan Rusia membantah mereka telah menggunakan senjata kimia dalam serangan Selasa lalu di Khan Sheikhoun.
Donald Trump dalam pernyataannya, menegaskan bahwa kekerasan di Suriah harus segera dihentikan. Ini adalah kali pertama AS melancarkan serangan terhadap Suriah.
Putin menegaskan bahwa Suriah tidak memiliki senjata kimia dan serangan AS akan menghambat upaya internasional memberantas terorisme.
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 6 November 2024, 13:58 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini