Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Seminggu setelah Prabowo menghadiri Kongres PDIP di Bali, pecah kerusuhan di Papua yang bermula dari ujaran rasis aparat militer terhadap mahasiswa Papua di Surabaya . Kerusuhan yang memantik bara emosi berkepanjangan itu menarik perhatian Prabowo.
Komandan Jenderal Kopassus 1995-1998 ini melihat ada kemiripan antara kasus Papua saat ini dengan Timor Leste yang dulu ditanganinya. Diskusi antara Prabowo dengan Sandiaga Uno, yang mendampinginya di Pilpres 2019, dan di internal Gerindra pun bergulir.
“Kira-kira nggak lama setelah kejadian di Papua, pembicaraan kita lebih intens. Tadinya fokus kita di ekonomi, tapi ada satu permasalahan, yakni keutuhan bangsa,” ujar Sandi saat menemui kumparan di rumahnya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Sabtu malam (26/10).
Menurut Sandi, usulan menyodorkan Prabowo sebagai menteri berasal dari Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon. “Kalau Gerindra bergabung dengan pemerintah, portofolio paling strategis adalah pertahanan,” ucap Sandi.
Serius menanggapi usulan tersebut, Prabowo menyusun sebuah konsep yang kemudian dikirim kepada Jokowi sebelum pertemuan di Istana Negara pada 11 Oktober 2019. “Saya diberikan konsepsi yang disodorkan Pak Prabowo ke pemerintah tentang pertahanan dan ekonomi. Untuk pertahanan itu strategi keutuhan dan doktrin pertahanan ke depan, dan bagaimana Papua tetap menjadi bagian integral dari Indonesia.”
Bergabungnya Prabowo dalam kabinet pemerintahan Jokowi periode kedua ini mengejutkan banyak pihak. Sosok mantan Danjen Kopassus yang dua kali kalah melawan Jokowi dalam pemilu presiden memang cukup kontroversial. Pada 1998, ia diberhentikan dari dinas kemiliteran setelah diadili karena tidak patuh, memerintahkan perampasan kemerdekaan orang lain, dan penculikan. Prabowo juga dituduh melanggar HAM karena diduga terlibat dalam penculikan aktivis ‘98 dan kekerasan di Timor Leste.
Pada malam Minggu di rumahnya yang luas, asri, dan tenang, Sandi bercerita tentang dinamika internal Gerindra sebelum bergabung ke kabinet Jokowi. Meski sempat berbeda pandangan, mantan wakil gubernur DKI Jakarta yang baru saja kembali ke Gerindra itu akhirnya sepakat Gerindra tak jadi oposisi. Berikut petikan perbincangan kumparan dengan Sandiaga Uno.
Bagaimana cerita Anda hingga memutuskan untuk kembali ke Gerindra?
Pada Agustus 2018, begitu ditunjuk Prabowo (jadi cawapres), salah satu inisiatif saya mundur dari Wagub DKI Jakarta. Ada satu permintaan juga untuk memberikan ruang kepada partai lain, agar saya mundur dari Gerindra dan nonaktif dari Gerindra. Setelah pilpres kemarin, enam bulan, beliau mengajak kembali ke Gerindra. Tapi saya ingin break dulu, ingin liburan dulu. Jadi banyak terima undangan seperti ke Korea Hungaria.
Setelah enam bulan, Pak Prabowo bilang, ‘Sudah dong liburnya. Kapan balik lagi ke Gerindra?’ Akhirnya diputuskan enam bulan setelah pilpres, ada momennya juga rapimnas. Jadi mengambil momentum rapimnas dan sekaligus dikenalkan juga kepada kader Gerindra yang kemarin kumpul di Hambalang.
Bagaimana respons kawan-kawan pengusung Prabowo-Sandi?
Kasih selamat terus ya tentunya memberikan motivasi dan senang (melihat saya) kembali ke politik. Karena yang teman-teman khawatirkan itu kalau tokoh politik nyoba kontestasi terus kapok, enggak balik ke politik. Saya pikir, I mean it for a long run.
Saya ingin menggunakan sistem perpolitikan membawa bangsa ini menjadi lebih baik. Jadi saya yakin sistem rekrutmen dari parpol. Tanpa perlu perencanaan yang matang dan detail akhirnya setelah enam bulan saya putuskan balik Gerindra, setelah bicara dengan Pak Prabowo dan kawan lain.
Anda sempat diisukan ditawari masuk dalam kabinet Jokowi. Bagaimana tanggapannya?
Sekarang lihat, enggak benar kan? Jadi Pak Prabowo dan Edhy Prabowo kader Gerindra yang masuk ke kabinet Pak Jokowi. Ini sinyal kuat sinyal persatuan. Saya awalnya berpandangan sebagai pribadi harus ada sistem check and balance di demokrasi kita.
Saya merasa terhormat kalau bisa memberikan peran di luar pemerintahan, memberikan masukan yang konstruktif. Dan alhamdulillah, my wish granted. Saya bisa memberikan masukan-masukan ke mayoritas teman-teman saya semua, seperti Pak Erick, Menteri BUMN.
Saya bisa kasih masukan-masukan konstruktif dan kita berikan kesempatan mereka bekerja. Enam bulan lagi kita berikan evaluasi apa saja yang bisa mereka perbaiki untuk pertumbuhan (ekonomi) kita.
Tapi benar sempat ada tawaran jadi menteri untuk Anda?
Sebetulnya waktu itu salah satu opsi bergabung adalah untuk memperkuat tim ekonomi. Ada pembicaraan itu. Tapi setelah semakin dekat, kemarin tanggal 20 Oktober, isu utama yang menjadi sangat sentral selain konsepsi ekonomi adalah konsepsi pertahanan. Kita semua akhirnya sepakat bahwa itu jauh lebih strategis.
Seandainya Gerindra bergabung, kader yang paling utama ya Pak Prabowo. Waktu itu pemikirannya kalau misalnya seandainya harus bergabung (kabinet) ya Pak Prabowo paling cocoknya adalah Menhan.
Bagaimana pembahasan di internal hingga usulan Prabowo sebagai Menteri Pertahanan itu muncul?
Kalau ngobrol, beliau intens ngobrol kira-kira enggak lama setelah kejadian di Papua. Pembicaraan kita lebih intens. Tadinya fokus kita di ekonomi, tapi ada satu permasalahan, yakni keutuhan bangsa.
Ada yang membuat kita harus re-asses, melakukan assesment ulang. Mana saja titik-titik yang harus kita lebih perhatikan agar dalam pembangunan ke depan ini juga bisa menghadirkan keutuhan dalam bingkai NKRI.
Akhirnya salah satu ide yang disampaikan rekan saya Fadli Zon, salah satu yang pertama mengusulkan, dan rekan saya Dasco (Sufmi Dasco, Waketum Gerindra) yang membahas, kalau Gerindra gabung dengan pemerintah, portofolio yang paling strategis adalah portofolio pertahanan. Pak Prabowo adalah kader terbaik Gerindra yang bisa kita tawarkan ke Pak Jokowi seandainya Pak Jokowi menginginkan Gerindra untuk ada dalam pemerintahan.
Ini yang hampir 2-3 bulan kita diskusikan. Saya diberikan konsepsi yang disodorkan Pak Prabowo ke pemerintah tentang pertahanan dan ekonomi. Untuk ekonomi, itu dorongan besar ekonomi. Untuk pertahanan itu strategi keutuhan dan doktrin pertahanan ke depan, itu confidential dan bagaimana Papua tetap menjadi bagian integral dari Indonesia dengan menghadirkan pendekatan beda dengan peningkatan pendidikan, ekonomi, dan keadilan dengan teman-teman kita yang ada di Papua.
Kapan mulai ada diskusi soal posisi Menteri Pertahanan untuk Prabowo?
Aku inget banget, waktu itu aku lagi nonton premierenya Bumi Manusia (15 Agustus). Di tengah-tengah menonton itu saya dipanggil. Pas banget kasus Papua, jadi concern kita bersama kan. Kalau negara ini terus kayak terpecah belah gitu, harus ada simbol persatuan.
Simbol persatuan itu yang paling strategis ya Pak Prabowo. Pak Fadli salah satunya yang pertama mendorong. Katanya kalau misalnya bergabung koalisi, Pak Prabowo bergabung kabinet, posisi untuk beliau paling cocok di Kementerian Pertahanan.
Anda ikut berkomunikasi dengan tim dari Pak Jokowi soal tawar-menawar menteri ini?
Saya enggak ikut karena saya belum ikut lag di Gerindra kan. Tapi ada pembicaraan dan pembicaraan itu biasanya dijembatani sama Pak Dasco. Pemikiran awal di Pak Fadli, tapi dikomunikasikan oleh Pak Dasco.
Edhy Prabowo sebelumnya diisukan akan menjadi Menteri Pertanian, namun kemudian diberi jatah Menteri Kelautan dan Perikanan. Bagaimana pembahasannya di internal partai?
Kalau sama Pak Edhy lumayan intens. Waktu Pak Prabowo terakhir menanyakan kepada saya portofolio yang berkaitan dengan pertanian, tidak berkaitan dengan ekonomi, saya bilang yang cocok ya Edhy. Ini adalah preseden yang bagus.
Kalau kita diminta gabung di pemerintahan, kita sodorkan kader right man on a right place. Bukan karena sama-sama nyalon, terus keduanya ikut di kabinet. Alangkah baiknya kalau Pak Prabowo di dalam, saya yang menangkap aspirasi dan menyampaikan aspirasi-aspirasi dari masyarakat pendukung kita dengan berada di luar pemerintahan. Itu tadi check and balance.
Kabarnya Anda sempat tidak setuju Gerindra bergabung dengan koalisi pemerintahan?
Saya bukannya tidak setuju. Saya memiliki pandangan Gerindra sebaiknya ada di luar pemerintahan. Tapi keputusan Pak Prabowo setelah kita berdiskusi. Dengan background cerita yang sudah disampaikan mengenai Panglima Jepang Hideyoshi, cerita tentang Abraham Lincoln, ada tiga pilar yang diajarkan dalam cerita tersebut. Pertama kita harus cinta NKRI. Kedua, jangan menatap ke belakang, kita fokus kemajuan Indonesia. Ketiga, hindari perpecahan.
Tiga pilar itu yang dijadikan acuan Pak Prabowo jika seandainya Pak Jokowi mengundang Gerindra masuk koalisi. Sebagai bagian pemerintah tentu kita akan memberikan sumbangsih. Tapi jika tidak, tentu kita akan tetap loyal pada persatuan dan keutuhan bangsa. Jadi itu yang diambil di rapimnas.
Bagaimana perbedaan pandangan di akar rumput, pendukung Prabowo, setelah melihat Prabowo justru memilih masuk koalisi?
Ya harus dijelaskan. Ini saya mulai memainkan peran tersebut. Saya baru saja bertemu dengan simpul-simpul relawan di Banten, Cilegon, lalu ke Tangerang Selatan. Kita terangkan kepada simpul-simpul relawan bahwa kepentingan negara harus didahulukan dan enggak ada lagi baperan.
Ayo kita bangun Indonesia bersama-sama. Data yang menunjukkan mayoritas pendukung Prabowo dan mayoritas Jokowi menginginkan ada check and balance. Bahwa harus ada yang diperkuat. Ini PR kita untuk menjelaskan.
Prabowo masih menjadi mentor politik Anda?
Masih, sampai sekarang masih. Alasan saya kembali ke Gerindra karena ini rumah pertama saya. Milenial dan anak-anak muda biasanya di era sekarang suka mencari tantangan baru. Gerindra awal saya, Prabowo mentor saya.
_________________
Simak Liputan Khusus kumparan: Prabowo, Sekutu Baru Jokowi