Satgas Minta Polri Dalami 6 Kasus High Profile yang Ditangani Novel

17 Juli 2019 14:07 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Nur Kholis (dua dari kiri) ,dan Tim Pakar TPF saat konferensi pers hasil kerja TPF Kasus Penyerangan Novel Baswedan, Rabu (17/7). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Satuan Tugas (Satgas) Novel Baswedan yang dibentuk Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyampaikan hasil investigasi yang dilakukan selama 6 bulan. Dari investigasi itu, Satgas merekomendasikan kepada Kapolri untuk mendalami kasus-kasus penting yang ditangani Novel.
ADVERTISEMENT
Juru bicara Satgas Novel, Nur Kholis, mengatakan paling tidak ada 6 kasus penting yang tengah ditangani oleh Novel. Polri direkomendasikan untuk menelusuri siapa saja yang terkait dengan kasus itu lalu berpotensi menyerang Novel karena kasus itu.
"TPF merekomendasikan Polri untuk mendalami probabilitas motif sekurang-kurangnya 6 kasus high profile yang ditangani korban," kata Nur Kholis dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (17/7).
Enam kasus high profile itu adalah:
Nur Kholis mengatakan, Satgas menemukan sejumlah indikasi adanya unsur dendam dalam penyerangan ini. Dendam bukan dalam hal pribadi, tapi berkaitan dengan kasus yang tengah ditangani oleh Novel.
ADVERTISEMENT
Penyebab serangan balik itu diduga berkaitan dengan adanya penggunaan kewenangan berlebihan yang dilakukan oleh Novel.
"TPF meyakini kasus-kasus tersebut berpotensi menimbulkan serangan balik karena ada dugaan penggunaan kewenangan secara berlebihan," tambah dia.
Bila dilihat dari pola penyerangannya, Nur Kholis mengatakan, pelaku tidak memiliki motif pribadi dalam penyerangan ini. Hal ini diduga dipicu persoalan perkara yang tengah didalami oleh Novel di KPK.
"Dari pola penyerangan dan saksi korban bahwa serangan itu tidak terkait masalah pribadi tapi lebih diyakini berhubungan dengan pekerjaan korban," ucap dia.
Sebelumnya, Satgas Novel sudah menyerahkan hasil investigasi selama 6 bulan kepada Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Tito lalu membaca laporan itu untuk dipelajari dan ditindaklanjuti.