SBY Kenang Masa Sulit Pimpin RI: Tsunami-BBM Naik 140% Buat Elektabilitas Anjlok

10 Oktober 2024 17:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidato kontemplasi di Pendopo Puri Cikeas, Bogor, Senin (9/9). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidato kontemplasi di Pendopo Puri Cikeas, Bogor, Senin (9/9). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden ke-6 RI memberikan sambutan dalam peluncuran buku 'Perjalanan dan Capaian Kabinet Indonesia Bersatu I 2004-2009' di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (10/10).
ADVERTISEMENT
Wapres ke-10 dan 12 RI, Jusuf Kalla, dan beberapa kabinet Indonesia Bersatu I turut hadir dalam peluncuran buku ini.
SBY sempat mengenang masa sulit memimpin RI selama 10 tahun pada 2004-2014. Ia menyebut, pemerintahannya selalu menghadapi situasi sulit.
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menghadiri acara HUT ke-23 Partai Demokrat di Jakarta, Senin (9/9/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
"Kita berterima kasih kepada rakyat, kepada sejarah, dan bersyukur kepada Tuhan tapi menurut pandangan saya, lebih khas dibandingkan peristiwa di mana kita mendapat amanah dan menjalankan pemerintahan dulu," kata SBY.
"Yang saya maksud banyak yang belum tahu apalagi generasi muda, kaum milenial bahwa dulu kita memimpin Indonesia dalam keadaan tidak mudah, sering menerima mendengar statmen kalau zaman SBY dulu tidak ada persoalan berat, ekonomi berat sekali," tambah dia.
SBY dan JK usai melakukan pertemuan tertutup Foto: Apriliandika Hendra/kumparan
SBY mengatakan, tantangan pemerintahan Jokowi juga berat. Terutama ketika pandemi COVID-19 pada 2020. Seluruh negara dunia termasuk Indonesia terdampak. Namun, ia mengingatkan tantangan pemerintahannya bersama JK juga tidak kalah berat.
ADVERTISEMENT
"Yang tidak benar adalah kalau era kita dulu dianggap tidak ada permasalahan, saya kira masih ingat, apa yang kita hadapi dulu dan apa yang kita laksanakan. Tetapi gini, to remind sambil mengenang sambil nostalgia kita baru 100 hari dengan Pak JK tiba-tiba tsunami datang itu bencana alam terdahsyat di awal abad 21," ucap SBY.
"Setelah itu masih ada gempa Yogya, di Sumbar, dan tempat lain dari natural disasters tentu mengganggu pemerintahan dan menyedot banyak sekali anggaran keuangan yang kita miliki," tambah dia.
Petugas mengisi bahan bakar minyak ke kendaraan konsumen di SPBU 5483203, Mataram, NTB, Kamis (4/4/2024). Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
Pendiri Partai Demokrat ini kemudian menyinggung krisis akibat harga minyak bumi meroket pada 2004, 2008 dan 2013. Dampaknya pemerintah harus menaikkan harga BBM mencapai 140% dan berimbas pada anjloknya elektabilitas SBY dan JK.
ADVERTISEMENT
"Kemudian harga minyak bumi, sky rocketing, tertinggi tahun 2004 kemudian 2008 terulang kembali 2013 selama 10 tahun itu sekarang tidak setinggi itu sehingga dulu saya dan Pak JK dan kawan-kawan we have make very painful, difficult decisions. Mengapa? Karena menaikkan harga BBM 140%, the highest ever in our country," jelas SBY.
"Saya punya elektabilitas drop di atas 40 persen Pak JK pun begitu, 2008 sebelum Pilpres kembali kita naikkan, elektabilitas juga jatuh, tapi we do not care dalam arti nomor duakan elektabilitas yang penting ekonomi selamat," ucap SBY.
SBY menyebut, dirinya dan JK tidak mempedulikan elektabilitas. Mereka ingin nasib rakyat dan ekonomi nasional terselamatkan.
"Malam-malam saya dengan Pak JK berdua kita tahu risikonya, political cost untuk keputusan dan kebijakan seperti itu tapi this only way to save our economy. Dan ternyata setelah tindakan kita dulu fiskal kita jadi lebih aman, ekonomi itu 6% average selama 10 tahun dibandingkan pascakrisis 4% jadi really good achievement dan itu bisa saya recall kembali dengan dukungan banyak pihak," kata SBY.
ADVERTISEMENT