Sederet Aksi Terorisme dari Depok hingga Surabaya yang Libatkan Perempuan

27 Oktober 2022 12:42 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim gabungan Densus 88 Antiteror Mabes Polri dan Brimob Polda Sulsel menggiring tersangka teroris saat akan diberangkatkan ke Jakarta di Bandara lama Sultan Hasanuddin, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis (4/2). Foto: Abriawan Abhe/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Tim gabungan Densus 88 Antiteror Mabes Polri dan Brimob Polda Sulsel menggiring tersangka teroris saat akan diberangkatkan ke Jakarta di Bandara lama Sultan Hasanuddin, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis (4/2). Foto: Abriawan Abhe/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Aksi teror yang melibatkan perempuan di Indonesia bukan pertama kali terjadi.
ADVERTISEMENT
Sebelum Siti Elina berusaha menerobos barikade Istana Negara, ada Zakiah Aini yang menyerang Mabes Polri.
Berikut kumparan merangkum sejumlah kasus terorisme di Indonesia yang melibatkan perempuan;
1. 2 Wanita Terobos Mako Brimob Bermodal Gunting
Kondisi Mako Brimob Kelapa Dua sesaat sebelum BTP bebas. Foto: Lutfan Darmawan/kumparan
Dua orang wanita bernama Siska Nur Azizah dan Dita Siska Millenia, ditangkap di musala dekat Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, pada bulan Mei 2018. Keduanya diduga hendak membantu para napi terorisme dan menyerang polisi di ruang tahanan Mako Brimob.
Kedua perempuan itu memang berencana masuk ke dalam Mako Brimob untuk membawakan makanan dan dukungan kepada napi terorisme. Dari tangan Siska, polisi menyita sebuah gunting yang akan digunakan untuk menyerang polisi.
Gunting itu dipersiapkan jika saat hendak memberikan bantuan ke para napi dihalang-halangi aparat. Keduanya ditangkap oleh pihak Kepolisian pada hari Sabtu tanggal 12 Mei 2018 pukul 03.00 WIB di dekat Mako Brimob Kelapa Dua Depok saat hendak salat subuh.
ADVERTISEMENT
Dita Siska Millenia alias Maumil alias Ukhti Dita alias Dita lahir di Temanggung, 25 Januari 2000. Ia bekerja sebagai Guru Tajwid di Pondok Dauhrul Ulum, Cilacap.
Semasa SMA, Dita sempat ikut dalam organisasi Ikatan Pemuda Muhammadiyah (IPM). Ia lulus dari SMK Muhammadiyah Kendal tahun 2017. Dalam setahun terakhir perempuan berusia 18 tahun ini aktif mengikuti perkembangan Daulah Islamiyah di media sosial.
Pada pertengahan 2016 Dita memutuskan berbaiat mendukung ISIS pimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi. Dari tangan Dita polisi mengamankan sebuah Kartu Anggota Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Identitas KTP, hingga satu buah dompet.
Sementara Siska Nur Azizah alias Siska alias Fatmah alias Teteh lahir di Ciamis, 31 Desember 1996. Siska merupakan seorang mahasiswa semester enam di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Jawa Barat. Ia memiliki pekerjaan sampingan berjualan donat di kawasan kampus.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan kesaksiannya, pada tahun 2016-2017 Siska sempat bergabung dalam kelompok Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW9). Siska juga mengikuti sejumlah organisasi lain seperti UKDM Unit Kegiatan Dakwah Mahasiswa dan Ikatan Remaja Masjid.
Sama halnya dengan Dita, Siska memutuskan berbaiat kepada Abu Bakar Al-Baghdadi pada Oktober 2017 atas keinginan sendiri. Keduanya bertemu di salah satu grup di WhatsApp pada tahun 2017. Adapun grup tersebut memang aktif membahas tentang ilmu tauhid, akidah, jihad hingga upaya memerangi thogut.
2. Zakiah Aini: Terobos Mabes Polri, Tembak Polisi, Didor Petugas lalu Tewas
Suasana gedung Mabes Polri pascapenyerangan terduga teroris di Jakarta, Rabu (31/3/2021). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
Zakiah Aini (25) menerobos Mabes Polri sambil membawa senjata api pada bulan Maret 2021 lalu. Warga Ciracas, Jakarta Timur ini tewas setelah aksi penyerangannya digagalkan polisi.
ADVERTISEMENT
Aksinya tersebut terjadi hanya berjarak 400 meter dari ruang Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo berkantor. Tembakan polisi tepat mengenai jantung hingga menewaskannya seketika.
Seseorang tergeletak di halaman Mabes Polri dengan senjata pistol. Foto: Dok. Istimewa
Saat menyerang Mabes Polri, Zakiah datang dengan mengenakan gamis hitam, kerudung biru, dan tas hitam. Sampai di pos gerbang depan Mabes Polri, dia mulai melepaskan 6 tembakan ke arah polisi.
Jenis senjata yang digunakan Zakiah Aini di Mabes Polri, merupakan jenis airgun berkaliber 4,5 mm.
Hal itu dipastikan setelah melakukan pendalaman dan pengecekan dari uji labfor atas sejumlah barang bukti yang ditemukan dari jasad wanita tersebut.
Air Gun, pistol yang digunakan Zakiah Aini saat menyerang Mabes Polri. Foto: Dok. Polri
Polisi mengidentifikasi Zakiah sebagai Lone Wolf. Tak banyak yang bisa digali dari sosok Zakiah. Ia merupakan mahasiswi drop out, anak bungsu dari tiga bersaudara.
ADVERTISEMENT
Sebelum menyerang Mabes Polri, Zakiah sempat meninggalkan surat wasiat untuk kedua orang tua dan saudaranya. Selain meminta maaf kepada kedua orang tuanya, ia juga meminta keluarganya untuk menjauhi bank. Nama Ahok bahkan ikut disebutkan dalam surat tersebut.
3. Siti Elina: Bawa Pistol Coba Terobos Istana untuk Bertemu Jokowi
Siti Elina, wanita yang hendak terobos Istana Presiden. Foto: Dok. Istimewa
Seorang wanita berusaha menerobos penjagaan Istana Negara sambil membawa senjata api. Meski berhasil digagalkan Paspampres, namun aksi nekatnya menarik perhatian publik.
Wanita ini diketahui bernama Siti Elina. Warga Koja, Jakarta Utara ini, menikah dengan seorang pria bernama Bahrul Ulum sekitar 4 tahun yang lalu, dan dikaruniai 2 orang anak yang masih balita.
Senjata jenis FN yang ia bawa saat hendak menerobos istana, adalah milik pamannya yang merupakan pensiunan TNI. Pistol tersebut diambilnya secara diam-diam dari rumah pamannya. Kemudian, senjata itu dibawanya ke kawasan Istana Merdeka.
ADVERTISEMENT
Dalam pemeriksaan polisi, ia mengaku nekat melakukan aksinya karena mendapatkan mimpi tentang akhirat.
Barang bukti kasus Siti Elina, wanita bersenpi yang terobos Istana Merdeka. Foto: Jonathan Devin/kumparan
"Saat ini memang semua keterangan yang diberikan yang bersangkutan itu seperti mendapat mimpi atau wangsit, yang bersangkutan mimpi masuk surga, masuk neraka, seperti itu sehingga sampai kesimpulan bahwa dia harus menegakkan ajaran yang benar," kata Kabag Banops Densus 88 Kombes Aswin Siregar saat konferensi pers di Polda Metro Jaya, Rabu (26/10).
Aswin juga mengatakan, Siti Elina terhubung dengan eks anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Negara Islam Indonesia (NII) melalui sosial media.
"Dari hasil pemeriksaan sementara dan analisis Densus 88, ditemukan memang yang bersangkutan terhubung secara media sosial kepada beberapa akun yang kita indikasikan akun eks HTI maupun NII atau Negara Islam Indonesia," kata Aswin.
ADVERTISEMENT
Tak hanya Lina, suaminya, Bahrul, juga sudah ditangkap polisi. Bahrul diketahui berbaiat dengan NII. Bahrul juga sudah menjadi tersangka.
3. Yogi Sahafitri Fortuna alias Dewi: Hamil 4 Bulan saat Ledakkan Diri di Gereja Katedral, Makassar
2 terduga pelaku bom katedral makassar. Foto: Dok. Istimewa
Insiden bom bunuh diri menggunakan bom panci terjadi di Gereja Katedral, Jalan Kajoalalido, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, 28 Maret 2021. Peristiwa terjadi saat jemaat baru saja melaksanakan misa Minggu Palma.
Belasan orang terluka akibat insiden tersebut. Beruntung tak ada korban jiwa.
Pelakunya merupakan suami istri, Lukman dan Yogi Sahafitri Fortuna alias Dewi. Keduanya baru menikah selama 6 bulan.
Dari pemeriksaan saksi dan hasil autopsi, Dewi bahkan diketahui sedang hamil 4 bulan saat melakukan aksi bunuh diri tersebut.
ADVERTISEMENT
Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo menjelaskan, Lukman tergabung jaringan JAD atau Jamaah Ansharut Daulah. Tercatat dia pernah melakukan aksi di Jolo, Filipina.
"Kelompok ini terkait atau tergabung dengan kelompok yang pernah melaksanakan operasi di Jolo, Filipina. Untuk inisial pelaku sudah kami dapatkan dan kita akan tindak lanjuti dengan pemeriksaan DNA untuk bisa dipertanggungjawabkan," kata Sigit.
Usai aksi bom bunuh diri ini, polisi menangkap 10 orang yang tergabung dalam grup WhatsApp Batalyon Iman. Diduga grup itu merupakan grup khusus jaringan teror ini untuk bertukar informasi dan merencanakan penyerangan.
4. Tiga Istri dan Empat Anak Perempuan di Rentetan Bom Surabaya
Lokasi ledakan bom di Surabaya Foto: Antara/Didik Suhartono
Teror bom bunuh diri di Surabaya pada 13 dan 14 Mei 2018, mencatatkan sejarah. Terjadi di lima lokasi, dalam kurun waktu kurang dari dua hari, dan dilakukan oleh tiga keluarga: 3 ayah, 3 ibu, dan 9 anak--4 di antaranya selamat.
ADVERTISEMENT
Rangkaian bom bunuh diri ini dimulai di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela. 2 Orang kakak beradik memasuki kompleks gereja dan nyaris menabrak seorang jemaat sebelum akhirnya meledak persis di antara para jemaat yang sedang berjalan kaki.
Bom kedua terjadi di GKI Diponegoro. Tiga orang perempuan bercadar, satu pelaku dewasa bernama Puji Kuswati, satu anak kecil, dan satu lagi anak remaja-- ketiganya perempuan-- masuk ke area parkiran gereja. Setelah itu ketiganya berjalan berjajar di pinggir jalan depan GKI, masuk ke pintu halaman gereja, dan diadang oleh seorang satpam. Salah satu pelaku kemudian memeluk satpam tersebut sebelum terjadi ledakan.
Pengamanan ledakan bom di Surabaya. Foto: AP Photo/Trisnadi
Bom ketiga terjadi di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya. Bom dibawa Dita Upriyanto bersama dua anak laki-lakinya menggunakan mobil Avanza menerobos masuk dengan kecepatan tinggi, menabrak pintu, merangsek ke teras dan lobi gereja kemudian meledak dan membakar gereja.
ADVERTISEMENT
Di malam yang sama, terjadi ledakan di Rusunawa Wonocolo, kawasan Sepanjang, Sidoarjo, Jawa Timur. Ledakan tersebut terjadi pada Blok B di lantai 5 dan terdengar hingga lima kali dan dikonfirmasi merupakan sebuah ledakan bom rakitan yang dibuat oleh penghuni rusunawa.
Dalam insiden ini setidaknya tiga orang tewas. Dua di antaranya tewas akibat ledakan bom, yakni Puspitasari beserta anak tertuanya, Hilta Aulia Rahman, serta Anton Febriantono yang tewas tertembak polisi akibat perlawanan. Tiga anak lainnya terluka dibawa ke Rumah Sakit Siti Kodijah.
Situasi Rusunawa Wonocolo paska bom bunuh diri. Foto: Ainul Qalbi/kumparan
Pada Senin, 14 Mei 2018 pagi, bom kembali meledak di Polrestabes Surabaya. Pelakunya adalah keluarga Tri Murtiono bersama istrinya Tri Ernawati dan ketiga anaknya. Hanya satu anak yang tak tewas.
ADVERTISEMENT
Modus yang tergolong baru ini ditengarai dilakukan oleh kelompok-kelompok yang berafiliasi terhadap ISIS. Di Indonesia, kelompok pro-ISIS yang paling banyak melakukan ulah adalah Jemaah Ansharut Daulah.