Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Sejumlah sekolah yang terletak di Pulau Batang Dua, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara (Malut) diliburkan setelah gempa berkekuatan 7,1 magnitudo yang terjadi Kamis (14/11) sekitar pukul 23.17 WIB. Sebab, masih banyak warga yang mengungsi di dataran tinggi.
ADVERTISEMENT
"Sebagian besar aktivitas belajar mengajar di Batang Dua diliburkan, karena saat gempa warga memilih lari menyelamatkan diri ke daerah ketinggian, karena khawatir adanya gempa susulan," kata Kepala Satuan Pendidikan Kecamatan Pulau Batang Dua, Kota Ternate, Naftali Herung dikutip dari Antara, Jumat (15/11).
Naftali menjelaskan sebagian besar sekolah yang diliburkan berada di dataran rendah dan pesisir pantai, seperti di Pulau Mayau dan Pulau Tifure. Sebab, warga yang tinggal di sana masih mengungsi ke dataran tinggi, sehingga pihaknya tidak mewajibkan sekolah untuk tetap beraktivitas.
"Karena warga dan siswa masih diselimuti kekhawatiran terjadinya gempa susulan. Sebagian besar sekolah yang diliburkan itu di antaranya SMAN Batang Dua, tiga sekolah SMP sederajat yang berada di Pulau Tifure dan dua sekolah di Mayau, empat SD di Mayau dan dua sekolah berada di Pulau Tifure," jelas Naftali.
ADVERTISEMENT
"Sejumlah kepala sekolah telah menghubungi, tetapi saya meminta kepada mereka untuk menunggu perkembangan resmi dari BMKG maupun pemerintah daerah terkait dengan gempa bumi berkekuatan 7,1 magnitudo di Malut," tambahnya.
Naftali meminta agar pemerintah daerah dan lembaga terkait ikut membantu siswa yang terdampak gempa . Pemda diharapkan bisa memulihkan trauma para siswa akibat gempa yang menghancurkan rumah mereka.
Sementara itu, Direktur LSM Rorano, Asghar Saleh mengatakan Pemda harus ikut terlibat dan membantu seluruh siswa yang terdampak gempa mulai dari tingkat SD, SMP hingga SMA di Pulau Batang Dua. Mereka harus kembali mengikuti proses belajar mengajar, baik menggunakan tenda darurat maupun gedung sekolah yang tidak mengalami kerusakan.
"Mereka harus disediakan tenda yang digunakan untuk sekolah darurat di sekitar lokasi pengungsian warga untuk memudahkan para siswa mengikuti kegiatan belajar sehari-hari, termasuk kegiatan lainnya yang terkait dengan proses pemulihan trauma mereka," kata Asghar.
ADVERTISEMENT