Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Saat itu, 6 November 2017, Danarto bertandang ke kantor kumparan (kumparan.com ). Ia berbincang tenang ke sana ke mari, merentang kisah hidupnya dalam beberapa jam singkat untuk kami.
Kini, kami tak akan menjumpai lelaki berwajah ramah itu lagi. Dia telah kembali ke pangkuan Tuhan, yang teramat ia cintai.
Selasa malam, 10 April 2018, Danarto mengembuskan napas penghabisannya setelah terluka parah di bagian kepala usai tertabrak motor di Ciputat, Tangerang Selatan.
“Rasanya seperti ada yang bolong. Itu perasaan semua orang yang mengenalnya. Kesantaian dia menghadapi hidup amat mengesankan,” ujar seseorang yang mengenalnya.
“Santai” memang kata yang tepat. Kata lain yang mungkin menggambarkan sosok Danarto adalah “kalem” dan “ikhlas”.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang sastrawan--yang kerap disebut pelopor realisme magis di Indonesia--dan pelukis, hidup Danarto tak bisa dikatakan enak. Sebaliknya, pahit betul .
Ia tak menutup-nutupinya, pula tak menganggapnya perlu disesali. “Sebenarnya buku-buku saya tidak begitu laku,” kata dia, enteng saja.
Tapi paling tidak, sejumlah buku Danarto kini diterbitkan ulang sehingga royalti dari penjualan buku-buku itu bisa sedikit menopang hidup, juga untuk membeli sejumlah buku baru sebagai asupan “gizi” wajib baginya.
Malam itu misalnya, sepulang dari kumparan, Danarto mengajak rekan kami, Wandha , untuk mampir ke toko buku sebelum mobil mengarah ke rumahnya di Ciputat. Ia membeli tiga buku sekaligus.
ADVERTISEMENT
Lagi-lagi, ia menakar waktunya di dunia. Wajar, mengingat ia memiliki catatan medis kurang baik selama satu dekade terakhir.
Danarto kini tak perlu repot-repot memikirkan semua itu. Tuhan telah memanggilnya kembali, merangkul dia selamanya.
Maka, kami yang berbagi kisah Danarto pada pertengahan November 2017 dengan judul pembuka Apa Kabar Danarto? , kini menutupnya dengan untaian doa.
Selamat jalan, Danarto.