Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Senjata Kimia Suriah Tewaskan 22 Orang dalam Satu Keluarga
6 April 2017 11:23 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Ketakutan terbesar Abdel Hameed Alyousef sebagai seorang ayah adalah kehilangan buah hatinya. Kondisi perang mewujudkan ketakutannya itu. Di pelukannya, jasad dua anak kembarnya yang berusia 9 bulan, Aya dan Ahmed, meninggal dunia karena senjata kimia.
ADVERTISEMENT
"Katakan selamat tinggal sayang, katakan selamat tinggal," ujar Hameed kepada kedua jasad anak kesayangannya itu.
Aya dan Ahmed adalah dua dari 22 anggota keluarga Alyousef yang meninggal dunia di Khan Sheikhoun akibat serangan kimia rezim Bashar al-Assad, Selasa lalu. Turki memperkirakan lebih dari 100 orang tewas, termasuk puluhan anak-anak dan wanita, jumlahnya akan terus bertambah.
Alyousef hampir kehilangan seluruh anggota keluarganya dalam serangan itu. Aya dan Ahmed dimakamkan secara massal dengan anggota keluarga Hameed lainnya, termasuk istrinya, Dalal.
Saat serangan pada Selasa pagi itu, ujar Hameed, dia langsung membawa keluar rumah kedua anaknya dan istrinya. Semuanya terlihat baik-baik saja, namun 10 menit kemudian berakhir mengerikan.
"Mereka sadarkan diri awalnya, tapi 10 menit kemudian tercium bau," kata pria 29 tahun ini kepada Associated Press.
ADVERTISEMENT
Dia lantas membawa ketiganya ke rumah sakit. Berpikir keluarganya akan baik-baik saja, dia lantas menengok keadaan keluarganya yang lain. Temuan berikutnya membuatnya lunglai: Dua saudara kandungnya, tiga keponakan, tetangga dan kawan-kawannya telah menjadi mayat.
Beberapa saat kemudian datang kabar yang membuat Hameed benar-benar ambruk, kedua anak dan istrinya meninggal dunia. "Abdel Hameed dalam keadaan yang sangat buruk. Dia dirawat karena terpapar racun, tapi dia lebih hancur karena kehilangan yang sangat besar," kata sepupu Hameed, Alaa Alyousef.
Hal yang sama dialami oleh keluarga Hameed yang lain, Aya Fadl. Saat roket menghantam kotanya, Fadl panik dan langsung mencari putranya.
ADVERTISEMENT
"Mereka ada di samping saya, tapi saya tidak bisa melihat mereka. Udara tiba-tiba berat. Tidak bau apa pun, tapi udara sangat berat untuk bernafas," lanjut Fadl.
Fadl lalu pingsan dan terbangun di rumah sakit. Anak dan suaminya memang selamat, tapi Fadl tak sanggup menahan tangis saat mengantarkan puluhan anggota keluarganya ke peristirahatan terakhir.
"Ammar, Aya, Mohammed, Ahmad, saya cinta kalian wahai burung-burungku. Benar, mereka seperti burung-burungku (kesayangan). Bibi Sana, Paman Yasser, Abdul-Karem, tolong dengar saya," kata Fadl mengucap kata perpisahan untuk keluarganya.
"Kami telah mengalami banyak kesulitan di Suriah, tapi ini adalah situasi yang paling berat yang kami hadapi," lanjut Fadl lagi.
ADVERTISEMENT