Setahun Penerapan WFH, Bagaimana Indeks Kemacetan di Jakarta?

27 Maret 2021 7:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kemacetan Jakarta. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kemacetan Jakarta. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Pandemi corona telah berlangsung lebih dari setahun. Begitu pula dengan pelaksanaan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) bagi sejumlah perusahaan.
ADVERTISEMENT
Menilik ke belakang, penerapan WFH dimulai efektif pertama kali pada Senin, 16 Maret 2021. Sehari sebelumnya, Presiden Jokowi memberi imbauan kepada masyarakat untuk mulai melakukan segala aktivitas dari rumah termasuk bekerja.
Secara bertahap, kantor-kantor di Jakarta melaksanakan WFH. Hal ini ternyata berdampak terhadap lalu lintas ibu kota yang tadinya padat menjadi lengang karena lalu lalang masyarakat menuju tempat kerja berkurang.
Data Tomtom Traffic Index mengamini fenomena tersebut. Indeks kemacetan (Congestion Index) Jakarta yang menggunakan skala persentase 0-100 menjadi berkurang. Semakin sedikit angkanya, semakin lengang jalanan.
Sebagai contoh, indeks kemacetan 50 persen pada jam 16.00 WIB pada hari tertentu mengindikasikan waktu tempuh perjalanan normal akan ditambahkan 50 persen waktu delay karena kemacetan di jalan.
ADVERTISEMENT
Grafik di atas menunjukkan indeks kemacetan Jakarta pada 3 hari pertama weekdays, Senin, Selasa, dan Rabu. Perbedaannya, tempo hari tersebut berbeda:
Pada 3 hari pertama WFH, tampak garis warna tosca membentuk kurva yang paling tinggi berada pada hari Senin (16/3/2020). Jam tersibuk pagi pukul 08.00 WIB punya indeks 62% sedangkan sore harinya pukul 18.00 WIB punya indeks 87%.
Arsip berita kumparan tahun lalu melaporkan bahwa hari pertama WFH tidak berlaku di semua kantor. Masih ada karyawan yang bekerja, bahkan para penglaju yang menggunakan angkutan umum mengantre panjang karena ada pembatasan angkutan.
ADVERTISEMENT
Barulah, indeks kemacetan Jakarta turun di hari kedua dan ketiga WFH. Jam tersibuk pagi pada Rabu (18/3/2020) pukul 08.00 WIB indeksnya turun jadi 26% sedangkan sore harinya pukul 18.00 WIB punya indeks 43%.
Data kondisi kemacetan Ibu Kota kembali berkurang setelah WFH berlangsung selama sekitar sebulan. Pada 20-22/4/2020, indeks kemacetan hari Senin, Selasa, dan Rabu, hampir sama tinggi kurvanya.
Setelah sebulan WFH, jam tersibuk pagi pada Senin (20/3/2020) pukul 08.00 WIB indeks kemacetannya hanya 13% sedangkan sore harinya pukul 18.00 WIB punya indeks 19%. Pada situasi normal tanpa WFH, indeks kemacetan Jakarta pada hari Senin di jam sibuk tak akan serendah itu.

Setelah Setahun WFH

Lantas bagaimana data indeks kemacetan Jakarta setelah setahun pandemi dan sebagian perusahaan masih melaksanakan WFH?
ADVERTISEMENT
Dari data Tomtom, garis warna merah pada grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan pada hari Selasa dan Rabu dibanding dengan 3 hari pertama WFH dan juga setelah sebulan WFH.
Sementara pada hari Senin (22/3/2021) setelah setahun WFH, kurva indeks kemacetan masih lebih rendah dibanding hari pertama WFH. Meski demikian ia lebih tinggi dibanding dengan setelah sebulan WFH.
Setelah setahun WFH, jam tersibuk pagi pada Senin (22/3/2021) pukul 08.00 WIB indeksnya turun jadi 51%, sedangkan sore harinya pukul 18.00 WIB punya indeks 59%.
Indeks kemacetan tersebut kini mengindikasikan adanya peningkatan lalu lintas di Jakarta dibandingkan saat sebulan setelah WFH yang berada di bawah 25% bahkan di jam sibuk sekali pun.
Peningkatan lalu lintas Jakarta yang terekam data indeks kemacetan Tomtom ini berkorelasi dengan semakin melonggarnya kebijakan pembatasan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Tempat wisata seperti kebun binatang atau museum, hingga taman kota sudah mulai dibuka kembali Maret ini. Pemerintah pun mendorong kebijakan dari tadinya PSBB satu kota atau provinsi, menjadi kebijakan PPKM Mikro yang cakupannya lebih kecil.
Meski dari pantauan data jalanan kembali ramai dan pemerintah mulai melonggarkan kebijakan, Satgas COVID-19 mengimbau masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan.
Selama 55 pekan penularan corona di Indonesia, pada pekan ke-52 hingga pekan ke-54, kasus corona sempat mengalami penurunan tiga pekan berturut-turut. Namun, kasus corona naik lagi pekan ke-55 ini.
"Meskipun angkanya kecil namun tetaplah kenaikan kasus baru, yang seharusnya dapat kita jaga untuk selalu turun," kata Jubir Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito dalam jumpa pers virtual, Selasa (23/3).
ADVERTISEMENT