Skenario “Perebutan” Takhta Korea Utara selepas Kim Jong-un

1 Mei 2020 14:20 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kim Jong-un dan adiknya, Kim Yo-jong. Foto: Reuters/Korea Summit Press Pool
zoom-in-whitePerbesar
Kim Jong-un dan adiknya, Kim Yo-jong. Foto: Reuters/Korea Summit Press Pool
Tiga generasi Kim telah bertakhta di Korea Utara. Kini, adik bungsu Kim Jong-un, Kim Yo-jong, digadang-gadang sebagai suksesor. Ia perempuan paling berpengaruh di negeri itu. Namun, Yo-jong punya pesaing, yang tak lain adalah mertuanya sendiri: Choe Ryong-hae—orang nomor dua di Korut yang memegang jabatan tinggi di militer, eksekutif, sekaligus legislatif.
Korea Utara masih bungkam soal rumor kematian yang sempat menerpa pemimpin tertingginya, Kim Jong-un. Isu bahwa Jong-un menderita penyakit kardiovaskular ataupun COVID-19 sama sekali tak mendapat tanggapan otoritas Korut.
Harian Korea Utara seperti Rodong Sinmun juga adem ayem, tak pernah menyinggung perkara kesehatan sang pemimpin dalam pemberitaan. Meski begitu, desas-desus kematian Jong-un mau tak mau membuat dunia berspekulasi mengenai siapa-siapa saja kandidat penggantinya kelak.
Dan di situlah nama Kim Yo-jong muncul sebagai kandidat favorit para “spekulan”.
Kantor berita Korea Selatan, Yonhap, melaporkan bahwa pengaruh Kim Yo-jong di Pyongyang meningkat belakangan ini. Adik bungsu Jong-un itu saat ini memimpin departemen propaganda yang berada di bawah Partai Buruh.
Lembaga Penelitian Nasional Korea Selatan memproyeksikan pengangkatan kembali Kim Yo-jong ke Politbiro Partai Buruh akan memperkuat pengaruhnya, sekaligus berpotensi melanggengkan garis keturunan Kim di takhta tertinggi Korea Utara.
“Kim Yo-jong sebenarnya telah mengambil peran sentral di partai, bertanggung jawab atas sistem kepemimpinan monolitik partai,” tulis lembaga tersebut dalam laporan analisisnya terkait pertemuan terbaru Majelis Rakyat Tertinggi Korea Utara.
Kim Jong-un dan Kim Yo-jong. Foto: Reuters/Korea Summit Press Pool
Kim Yo-jong adalah adik kandung Kim Jong-un dari ibu mereka, Ko Yong-hui. Mengutip North Korea Leadership Watch, Yong-hui merupakan istri keempat Kim Jong-il, ayah Jong-un dan Yo-jong.
Yong-hui disebut sebagai istri kesayangan Jong-il ketimbang tiga istri lainnya—Hong Il-chon, Song Hye-rim, dan Kim Yong-suk.
Kembali ke Kim Yo-jong, berbagai sumber menyebutnya lahir di Korea Utara pada 26 September 1987. Ia dibesarkan dengan keamanan ketat di kediaman ibunya di Pyongyang, bersama dua kakak lelakinya—Kim Jong-chul (lahir 1981) dan Kim Jong-un (lahir 1983).
Menurut laporan National Interest, Kim Yo-jong pada musim semi 1996, saat ia berusia 9 tahun, menyusul kakak-kakaknya ke Swiss untuk melanjutkan pendidikan dasar.
Sawada Katsumi, reporter Mainichi Shinbun, menyatakan Yo-jong mulai bersekolah di Liebefeld Hessgut pada 23 April 1996 dengan nama samaran Yong-sun. Awalnya, ia mengambil kelas bahasa Jerman tambahan. Pada 1997, ia bergabung ke kelas reguler.
Tiga tahun kemudian, pada 2000, Kim Yo-jong kembali ke Korea Utara. Setelah Ko Yong-hui sang ibunda meninggal di 2004, Yo-jong menyelesaikan beberapa kursus di Universitas Kim Il-sung, juga di sebuah universitas Barat—di mana persisnya, kabar beredar simpang siur; ada yang menyebut di Amerika Serikat, namun kebenarannya belum terkonfirmasi.
Bukan cuma universitas tempat Yo-jong belajar di Barat yang tak jelas di mana, tapi juga apa yang ia pelajari. Sebagian bilang ia mengambil studi Ilmu Komputer.
Kim Yo-jong dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in. Foto: KCNA via Reuters
Menjadi keturunan langsung dari pemimpin Korea Utara membuat Kim Yo-jong turut terjun ke dunia politik. Ia bahkan sempat dibanggakan Kim Jong-il sang ayah dalam satu momen.
Laporan khusus NHK pada 2012 menyebut, Yo-jong menjadi salah satu kandidat pengganti ayahnya. Informasi ini diperkuat dengan cerita seorang pejabat Rusia, Konstantin Pulikovsky, yang menemani Kim Jong-il selama perjalanan ke Moskow pada 2001.
Pulikovsky ingat Jong-il berkata, “Dari anak-anak saya, Jong-un dan Yo-jong telah menyatakan minatnya dalam politik, dan saya berencana untuk mendidik dan memilih salah satu dari mereka sebagai penerus saya.”
Jong-il, masih menurut Pulikovsky, juga memuji kecerdasan dan pemahaman politik dari si bungsu, Kim Yo-jong.
Pada 2009, Kim Yo-jong membantu kampanye Jong-un setelah ayah mereka dua kali terkena stroke pada 2008. Lima tahun kemudian, 2014, ketika Kim Jong-un diisukan mengalami masalah kesehatan, Yo-jong disebut-sebut tengah dipersiapkan sebagai penerusnya.
“Memang karakter (politik) Korea seperti itu. Tokoh yang akan muncul diperkenalkan dulu sehingga orang tidak kaget siapa (pemimpin tertinggi berikutnya),” kata Zaini saat berbincang via telepon dengan kumparan.
“Di Korea Utara, begitu ada tokoh sentral, tokoh lain tidak boleh tampil,” imbuhnya.
Kim Yo-jong (kiri). Foto: Reuters/KCNA
Namun, nama Kim Yo-jong baru benar-benar menarik perhatian dunia ketika dia hadir mewakili kakaknya pada Olimpiade Musim Dingin 2018 di Pyeongchang, Korea Selatan.
Yo-jong menjadi pejabat tinggi Korea Utara pertama yang datang ke Korea Selatan setelah meletusnya Perang Korea antara dua Korea pada 1950 silam.
Kim Yo-jong tampak duduk di samping Wakil Presiden Amerika Serikat, Mike Pence. Tampilnya Yo-jong saat itu membuat dunia berspekulasi Korea Utara sedang berupaya mengubah citranya.
Selang beberapa bulan, Juni 2019, Yo-jong turut mendampingi Kim Jong-un dalam pertemuan bersejarah dengan Presiden AS Donald Trump di Pulau Sentosa, Singapura. Itu kali pertama Pemimpin Tinggi Korea Utara menggelar pertemuan dengan Presiden AS.
Dr. Alexandre Mansourov, asisten profesor di Sekolah Studi Internasional Lanjutan di Universitas Johns Hopkins, mengatakan bahwa setibanya di Singapura, Kim Jong-un dan Kim Yo-jong menumpang pesawat yang berbeda.
Hal tersebut adalah indikasi penting, bahwa seandainya sesuatu terjadi pada Kim Jong-un selama penerbangan, setidaknya ada satu anggota keluarga Kim berpangkat tinggi yang dapat menggantikannya.
Meski begitu, Korea Utara adalah rezim tertutup yang sulit ditebak. Berdasarkan pengamatan Zaini, Kim Jong-un selama ini sering kali membangun opini yang berseberangan dengan apa yang ia lakukan.
Kim Jong-un. Foto: Reuters/Third Party
Kim Jong-un selama ini belum pernah mengumumkan penggantinya secara resmi. Di Korea Utara, tak ada aturan tertulis bahwa kepemimpinan harus diwariskan secara turun-temurun.
Tak heran nama-nama lain pun ikut digadang-gadang menggantikan Kim Jong-un, meski mereka di luar garis keturunan langsung Dinasti Kim. Salah satunya adalah Choe Ryong-hae, orang nomor dua di Korea Utara.
“Yang favorit sekarang masih Kim Yo-jong, tetapi beberapa kerabat lain seperti Choe Ryong-hae masih memiliki kekuatan untuk maju (menjadi pengganti Jong-un),” jelas dosen Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Hariyadi Wirawan.
Tak ada jaminan bahwa Kim Yo-jong akan otomatis menggantikan Jong-un. Hariyadi menambahkan, “(Posisi) Kim Yo-jong sendiri tidak begitu aman. Hanya saja power base yang dimiliki beberapa orang lainnya itu, termasuk Choe Ryong-hae, sangat tergantung pada militer Korea Utara.”
BBC melaporkan, sejumlah jenderal top Angkatan Darat Tentara Rakyat Korea (KPA) pasti ikut memainkan pengaruhnya pada periode transisi. Saat ini, dua tokoh sentral mereka, Kim Su-gil dan Kim Won-hong, duduk di Biro Politik Umum KPA—biro yang menegakkan dogma bahwa kesetiaan politik dalam militer adalah penting dalam periode ketidakpastian.
Di militer ini, Choe Ryong-hae turut memegang posisi tinggi. Ia juga punya posisi di Departemen Organisasi dan Bimbingan (OGD) Partai Buruh. OGD sendiri berperan sentral dalam menegakkan kepatuhan semua rakyat Korea Utara terhadap ideologi negara.
Choe Ryong-hae di di Pyongyang. Foto: AFP/Alexander Nemenov
Choe Ryong-hae diangkat Kim Jong-un menjadi Wakil Ketua Komisi Urusan Negara (SAC). Komisi ini, dalam konstitusi Korea Utara, merupakan otoritas eksekutif dan militer tertinggi.
Maka, seperti disebut National Interest, jika terjadi sesuatu pada Jong-un, kemungkinan Choe Ryong-hae akan mengelola eksekutif sampai lembaga legislatif (SPA) memilih pemimpin baru. Pada masa ini, Ryong-hae juga akan memegang kendali penting dalam mengatur transisi sesuai perannya sebagai Ketua Presidium SPA.
Ya, Choe Ryong-hae memegang jabatan militer, eksekutif, sekaligus legislatif. Sungguh khas Korea Utara.
Dan siapa sebenarnya Choe Ryong-hae yang sangat dipercaya Kim Jong-un ini?
Kim Jong-un dan Choe Ryong-hae. Foto: AP/Wong Maye-E
Choe Ryong-hae telah lama menjadi orang kepercayaan Kim Jong-un. Hubungan mereka semakin erat setelah anak laki-laki Ryong-hae, Choe Song, menikahi Kim Yo-jong pada awal 2015. Jadi, Choe Ryong-hae tak lain dan tak bukan adalah ayah mertua Kim Yo-jong.
Dikutip dari North Korea Leadership Watch, Choe Ryong-hae lahir di Sinchon, Provinsi Hwanghae Selatan, pada 15 Januari 1950. Dia putra pejabat elite Korea Utara, Choe Hyo’n.
Choe Hyo’n tercatat pernah menjabat sebagai Menteri Pasukan Bersenjata Rakyat pada 1909-1982, Wakil Ketua Komisi Pertahanan Nasional tahun 1970-an, dan anggota Brigade 88 bersama Kim Il-sung pada akhir 1930-an. Choe Hyo’n juga teman bermain anak perempuan sulung Kim Il-sung.
Sementara Choe Ryong-hae, sang putra, mengambil studi di Sekolah Revolusioner Mangyo’ngdae dan Universitas Kim Il-sung. Dia menikah dengan Kang Kyon-sil, mantan penari yang berteman dekat dengan, Ko Yong-hui—ibu Kim Jong-un dan Kim Yo-jong.
Ko Yong-hui dan Kang Kyon-sil sama-sama anggota Mansudae Art Troupe—sekelompok musisi Korea Utara yang memainkan opera klasik ringan.
Karier Choe Ryong-hae bermula pada awal 1970-an. Dia berperan penting membangun jaringan politik Kim Jong-il dalam mendukung suksesinya di kalangan mahasiswa dan pemuda Korea Utara.
Namun, walau Choe Ryong-hae berhubungan dekat dengan keluarga Kim dan karenanya berpeluang menggantikan Jong-un, sebagian kalangan menyebut Kim Jong-un akan tetap menjaga garis keturunan Kim untuk memimpin Korea Utara.
Terlebih, terlepas dari pedoman konstitusional yang ada, proses transisi non-herediter dianggap menyimpang dari preseden historis Korea Utara. Artinya, suksesor dari luar keluarga inti berpotensi menyulut perselisihan antarkelompok.
Elite-elite papan atas Korea Utara, termasuk pejabat tinggi militer, bisa saja tak satu suara tentang siapa yang harus didukung untuk menjadi pemimpin tertinggi, bila kandidatnya berasal dari luar garis Dinasti Kim.
Parade militer Korea Utara. Foto: KCNA/Handout via Reuters
Di sinilah kemudian nama Kim Pyong-il muncul. Ia adalah paman Kim Jong-un.
Kim Pyong-il merupakan satu-satunya anak Kim Il-sung yang masih hidup. Ia lahir di Pyongyang, 10 Agustus 1954. Ibunya, Kim Song-ae, merupakan istri kedua Kim Il-sung.
Pada tahun 1970-an, Pyong-il bersaing dengan saudara tirinya, Kim Jong-il, untuk menjadi penerus takhta Kim Il-sung. Namun ia gagal dan diasingkan. Ini hal biasa yang seolah menjadi tradisi di Korea Utara, bahwa siapa pun yang membayangi langkah Pemimpin Tertinggi akan diasingkan.
Maka, Kim Pyong-il menghabiskan empat dekade di luar negeri. Ia mengisi pos-pos diplomatik Korut di Hungaria, Bulgaria, Finlandia, Polandia, dan Ceko. Baru pada November 2019, dia kembali ke Pyongyang.
Nama Kim Pyong-il sebagai penerus takhta Korea Utara mencuat setelah beredar kabar Kim Jong-un sakit. Namun, belum jelas bagaimana dukungan politik dan militer untuknya.
Di sisi lain, bisa saja dia justru mendapat undangan untuk mendukung Kim Yo-jong mempertahankan rezim Kim.
Peneliti Hubungan Internasional Universitas Harvard, Jieun Baek, menyebut Kim Pyong-il bisa menjadi bagian dari “kepemimpinan kolektif” yang mendukung dan membimbing Kim Yo-jong sebagai kepala negara.
Kepemimpinan kolektif ini dapat berlangsung jika Kim Yo-jong belum siap ditampilkan ke publik saat Kim Jong-un mendadak meninggal.
Di tengah meluasnya wabah corona di dunia, Kim Jong-un memantau latihan peluncuran rudal, 2 Maret 2020. Foto: KCNA via Reuters
Hariyadi Wirawan berpendapat, Kim Yo-jong kelak akan naik menggantikan Kim Jong-un, pun meski hanya sementara. Ia akan berperan sebagai stabilisator negara, karena Korea Utara tidak pernah dipimpin oleh sosok di luar Dinasti Kim.
Negara itu selalu berada di tangan keluarga Kim. Dari Kim Il-sung yang menjadi Pemimpin Tertinggi Korut pertama pada 1948; lalu diteruskan putra sulungnya, Kim Jong-il, sebagai Pemimpin Tertinggi Korut kedua pada 1994; sampai kemudian ia digantikan putra keduanya, Kim Jong-un, sebagai Pemimpin Tertinggi Korut pada 2011.
“Harus ada sosialisasi yang cukup untuk bisa membiarkan dinasti lain memegang pemerintahan di sana, walaupun itu tentu masih kerabat (keluarga Kim),” kata Hariyadi.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
Yuk, bantu donasi untuk atasi dampak corona.