Strategi Menyerang Jokowi Terantuk Data

20 Februari 2019 13:15 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
Ilustrasi Lipsus kumparan: Siapa Bikin Blunder di Debat Capres. Foto: Herun Ricky/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Lipsus kumparan: Siapa Bikin Blunder di Debat Capres. Foto: Herun Ricky/kumparan

Tim Jokowi mempersiapkan debat capres sejak lama, dan pihak Istana terlibat pematangan materi. Mereka merancang strategi menyerang.

ADVERTISEMENT
Tampil kaya data di debat capres putaran kedua, tak lantas membuat Jokowi panen pujian. Alih-alih mendapat respons positif, sejumlah kritik malah menghampirinya. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), misalnya, mempersoalkan klaim Jokowi yang sempat melontarkan tak ada kebakaran hutan tiga tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Data WALHI menunjukkan, pada tahun 2018 terdapat 3.427 titik api yang berasal dari lahan gambut. Data Jokowi juga tak akurat ketika menyebut impor jagung tinggal 180 ribu ton. Padahal Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor jagung masih di angka 737,22 ribu ton.
Sehari usai debat, Senin (18/2), Jokowi mengatakan data yang ia sampaikan bersumber dari kementerian. “Kita ini menyampaikan data dari kementerian, bukan karangan saya sendiri. Ya coba dicek saja. Bisa saja itu kuota, tapi tidak terealisasi,” tutur Jokowi di Kabupaten Pandeglang, Banten.
Pengamat politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menyesalkan data Jokowi yang tak akurat. Ia menilai, blunder itu bisa jadi bumerang bagi petahana.
“Validitas data menjadi penting karena idealnya Presiden harus menyampaikan data yang valid. Presiden harus punya stok data yang berlimpah dan A1—istilah yang biasa digunakan untuk menyebut informasi akurat,” ujar Arya.
ADVERTISEMENT
Terlebih, selain dari Tim Kampanye Nasional (TKN), Jokowi juga mendapat sokongan dari Tim Istana menjelang debat. Persiapan debat kedua Jokowi pun dirancang jauh-jauh hari.
Aktivis lingkungan Agus Sari ingat ketika Direktur Konten TKN Fiki Satari dan Direktur Komunikasi Politik TKN Usman Kansong meminta bantuannya untuk mempersiapkan debat kedua sekitar sebulan lalu. Kala itu, debat pertama bahkan belum berlangsung.
“Jadi sebelum debat pertama, memang sudah diomongin. Immediately usai debat pertama sudah gerak,” ujar Agus ketika ditemui kumparan, Kamis (14/2).
Joko Widodo berswafoto bersama pendukungnya saat jeda Debat Pertama Capres & Cawapres 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1). Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Tim persiapan debat Jokowi-Ma'ruf Amin terbilang sistematis dan terkoordinir. Mereka secara garis besar terbagi menjadi dua tim, yakni Tim TKN dan Tim Istana.
Dari TKN, ada dua divisi yang secara khusus menangani persiapan debat. Pertama, Divisi Konten yang dipimpin Fiki Satari. Ia dibantu tiga wakil direktur, yaitu Rabin Hattari, Karina Tanuwijaya, eks presenter televisi Zelda Savitri, dan Toni Ervianto.
ADVERTISEMENT
Kedua, Divisi Komunikasi Politik yang dipimpin Usman Kansong. Ia dibantu mantan presenter Putra Nababan, politikus Golkar yang juga eks jurnalis televisi Meutya Hafid, dan Ipang Wahid.
Selain itu, sejumlah anggota TKN lain juga ikut membantu. Sebut saja caleg NasDem yang mantan presenter televisi Tina Talisa, Juru Bicara TKN Arya Sinulingga, para politisi kubu Jokowi seperti Lukman Edy, Arif Budimanta, Aria Bima, Muhammad Misbakhun, serta koordinator relawan GoJo Rizal Mallarangeng.
Itu belum termasuk para politisi cum ahli/aktivis lingkungan dalam TKN semacam Agus Sari, Rosdinal Salim, dan Emmy Hafild yang juga membantu persiapan materi debat. Juga Ketua Serikat Petani Indonesia Henry Saragih, serta Inas Zubir yang biasa bergerak di sektor energi dan infrastruktur.
Usman Kansong, Divisi Komunikasi Politik TKN Jokowi-Ma'ruf. Foto: Ananda Teresia/kumparan
Tim pakar mulanya menyarikan visi-misi Jokowi-Ma'ruf Amin dalam lima isu sesuai tema debat. Tahapan ini krusial, mengingat Jokowi cuma punya waktu tiga menit untuk memaparkan visi misi di segmen awal debat.
ADVERTISEMENT
Rumusan visi misi tersebut kemudian dijabarkan lebih rinci. Dari situ lalu diperoleh daftar isu yang akan dibahas dalam debat. “Visi dan misi dibuat poin per poin itu (untuk) kita diskusi. Kemudian dicampur dengan track record yang sudah dilakukan Pak Jokowi,” ujar Agus Sari.
Tiga Alpa Prabowo-Jokowi di Debat Capres. Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan
Tim dari TKN bertugas mengantisipasi pertanyaan panelis saat debat. Sebab, berbeda dengan debat pertama, KPU tak lagi membocorkan pertanyaan panelis kepada masing-masing kandidat di debat kedua.
Tim itu juga secara khusus mempelajari berbagai pernyataan kubu Prabowo-Sandi mengenai isu energi, lingkungan hidup, hingga sumber daya alam. Dengan begitu, pola pertanyaan yang akan diajukan Prabowo bisa diprediksi.
Sementara itu, Tim Istana di bawah koordinasi Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana melengkapi materi pembahasan TKN dengan data penunjang untuk mematangkan materi. Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) yang juga politikus PDIP, Arif Budimanta, bertugas menjadi simpul penghubung antara TKN dan Istana. Setelah dipilah, bahan-bahan kemudian disampaikan Tim Istana ke Jokowi.
ADVERTISEMENT
Jokowi tak hanya mendapat suplai materi. TKN sadar debat capres bukan sekadar urusan data dan konten. “Karena apa pun, televisi itu adalah sebuah show,” tutur Usman Kasong. Politikus NasDem yang berpengalaman menjadi produser saat debat Pilpres 2009 dan 2014 itu memberi banyak masukan ke Tim Jokowi soal teknis debat live di televisi.
Maka penampilan Jokowi di atas panggung pun dipoles. Tiga anggota TKN yang berlatar belakang penyiar televisi— Meutya Hafid, Tina Talisa, Zelda Savitri—secara khusus mengajari Jokowi untuk membangun koneksi dengan audiens.
Alhasil, menurut pengamat politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes, Jokowi terlihat lebih rileks dibanding debat pertama. Ia juga mengubah gaya di debat kedua dengan menyajikan lebih banyak data.
ADVERTISEMENT
Berbekal data itu pula, TKN merancang strategi menyerang untuk Jokowi. Strategi yang sama sebenarnya juga mulai tampak di debat putaran pertama.
Joko Widodo saat mengikuti Debat Capres 2019 putaran kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu, (17/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
“Debat kok bertahan. Ofensif itu kan benar-benar merepresentasikan petahana. Debat jangan slow, tapi juga ofensif dalam segi substansi,” tutur Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma’ruf, Abdul Kadir Karding.
Tapi, lagi-lagi, persoalan akurasi data justru menjadi celah sandungan di antara serangan Jokowi. Karding memberikan pembelaan. “Kalau miss data sih enggak. Mungkin penyampaiannya.”
Politikus PKB itu mencontohkan soal data kebakaran hutan. Baginya, Jokowi ingin menunjukkan tak banyak lagi protes dari negara tetangga soal kebakaran hutan di Indonesia. “Kalau kita dengar lagi kan bahasanya berkurang, hampir tidak ada. (Jokowi) bukan bilang tidak ada sama sekali,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Walau penjelasan itu tak meredam serangan terhadap akurasi data Jokowi di media sosial, TKN sudah mengantisipasi potensi ancaman itu sejak awal. Pertarungan di media sosial digencarkan. Tim medsos TKN dikerahkan untuk membuat dan menyebarkan meme.
Selain itu, berbagai tagar yang mendukung Jokowi berusaha dipertahankan di trending topic. Pascadebat, tim jubir dan influencer dikerahkan untuk membela Jokowi di media massa. Narasi yang disampaikan pun harus sama dan seirama, dan narasi itu sebelumnya sudah digodok oleh TKN.
“Momentum ini tentunya harus dijaga. Karena memori orang soal debat itu kan panasnya sepekan. Setelah itu hilang. Nah, ini yang kami manfaatkan,” ujar Usman Kansong.