Tak Ada Petahana di Pilgub Jakarta yang Sukses 2 Periode, Kenapa?

28 Agustus 2024 15:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dua eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Jokowi. Foto: Dok. Biro Pers Setpres
zoom-in-whitePerbesar
Dua eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Jokowi. Foto: Dok. Biro Pers Setpres
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pilkada DKI Jakarta 2024 kembali mengulangi sejarah. Tidak ada petahana yang bisa menang dalam perebutan kursi Gubernur Jakarta.
ADVERTISEMENT
Alasan petahana tak menang pilkada beragam. Mulai dari kalah pemilu, terpilih jadi presiden sampai tak dapat tiket melaju pada pilkada selanjutnya.
Pilkada DKI pertama kali digelar pada 2007. Ini adalah kali pertama warga Jakarta memilih langsung pemimpinnya dari bilik suara.
Gubernur DKI Jakarta yang sedang menjabat, Fauzi Bowo (kiri), didampingi oleh istrinya Tatiek Fauzi Bowo (kanan), memberikan tanda tangan setelah memberikan suaranya pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada tanggal 11 Juli 2012. Foto: Romeo Gacad/AFP
Pada edisi pertama ini pasangan Fauzi Bowo-Prijanto berhasil menang dari lawannya Adang Daradjatun-Dani Anwar. Fauzi Bowo-Prijanto didukung koalisi Partai Demokrat yang saat itu berkuasa. Lawannya, Adang-Dani, didukung PKS tanpa koalisi.
Fauzi Bowo menang dengan 57,87 persen suara. Ia pun dilantik menjadi Gubernur DKI periode 2007-2012.
Pada 2012, Fauzi Bowo sebagai petahana kembali ikut pilkada. Kali ini ada enam pasang calon yang bertanding. Di samping Fauzi Bowo, mereka yang berebut kursi gubernur adalah Joko Widodo, Hendardji Soepandji, Hidayat Nur Wahid, Faisal Basri, dan Alex Noerdin.
Fauzi Bowo (kiri), Gubernur DKI Jakarta yang baru terpilih, dan Prijanto (kanan), Wakil Gubernur DKI Jakarta yang baru terpilih, mengucapkan sumpah jabatan di sebuah kantor di Jakarta, 7 Oktober 2007. Foto: AFP
Fauzi Bowo yang kali ini didampingi Nachrowi Ramli berhasil masuk putaran kedua. Mereka melawan pasangan Wali Kota Solo Jokowi dan kader Partai Gerinda dan anggota DPR, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
ADVERTISEMENT
Foke-Nara (sebutan pasangan petahana) kalah dari Jokowi-Ahok yang diusung koalisi PDIP-Gerindra. Pasangan petahana itu mendapat 46,18 persen suara. Sedangkan Jokowi-Ahok memperoleh 53,82 persen.
Berkat kemenangan itu Jokowi dilantik jadi Gubernur DKI periode 2012-2017. Namun, pada 2014 Jokowi mundur dari kursi Gubernur DKI karena terpilih sebagai Presiden RI.
Presiden Indonesia terpilih Joko Widodo (tengah) bertemu dengan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (kiri) di Jakarta pada tanggal 23 Juli 2013. Foto: Bay Ismoyo/AFP
Naiknya Jokowi membuat Ahok ditunjuk sebagai Gubernur DKI Jakarta. Pada 2017, Ahok menggandeng Djarot Saiful Hidayat yang juga Wagub petahana mengikuti kontestasi pilkada.
Ahok yang kali ini berstatus petahana diusung koalisi PDIP untuk melawan putra Presiden ke-6 RI SBY, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono dan eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan.
Nasib Foke Pada pilkada 2012 kini menimpa Ahok. Petahana awalnya menang pada putaran pertama. Namun, pada putaran kedua, Anies yang berpasangan dengan kader Gerindra, Sandiaga Uno, berhasil menang dengan mendapat 57,96 persen. Ahok-Djarot memperoleh 42, 04 persen.
Ahok dan Djarot di debat pilgub DKI Jakarta 2017. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Setelah kalah pemilu, Ahok divonis penjara akibat kasus penistaan agama. Gubernur DKI definitif kemudian dijabat wakilnya, Djarot, yang meneruskan sisa periode jabatannya sebelum Anies dilantik sebagai DKI-1.
Anies Baswedan menyapa wartawan saat mengunjungi kantor DPD PDIP, Cakung, Jakarta Timur, Sabtu (24/8/2024). Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO
Anies dilantik oleh Presiden Jokowi menjadi Gubernur DKI periode 2017-2022 pada 16 Oktober 2017. Lima tahun menjabat sebagai gubernur, Anies kembali mencoba bertarung pada Pilkada 2024.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan Foke, Jokowi, Ahok, dan Djarot, Anies tak bisa melanjutkan tugas sebagai petahana lantaran alasan lain.
Tidak ada partai yang memberikan tiket pencalonan kepada dirinya meski menurut survei elektabilitasnya paling tinggi. Koalisi KIM Plus memilih mengusung Ridwan Kamil. PDIP memberikan tiket ke Pramono Anung. Satu calon lagi yang memenuhi syarat pencalonan adalah calon independen Dharma Pongrekun.