Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Telepon Joe Biden, Netanyahu Sebut Hamas Lebih Parah dari ISIS
11 Oktober 2023 13:21 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menelepon Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk menyampaikan terima kasih atas dukungan yang diberikan AS kepada Israel.
ADVERTISEMENT
"Presiden Joe [Biden], saya ingin berterima kasih atas dukungan yang anda dan seluruh kementerian kepada kami. Banyak warga yang sangat terentuk dan itu menunjukkan komitmen yang pemerintah dan warga Amerika miliki di kawasan [Israel]," kata Netanyahu dalam sebuah video, dikutip dari BBC, Rabu (11/10).
Kepada Biden , Netanyahu menyebut serangan Hamas lebih parah dari apa yang dilakukan ISIS.
"Kami tidak pernah menghadapi yang seperti ini. Ini bahkan lebih parah dari ISIS. Mereka bahkan lebih parah dari ISIS," ungkapnya.
Tak hanya itu, Netanyahu juga menyebut serangan ini lebih parah dari yang pernah dialami orang Yahudi saat Holocaust.
"Kami menghadapi serangan pada hari Sabtu yang lebih parah dari pada yang pernah kami hadapi semenjak Holocaust," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Pembunuhan, keluarga terbunuh di tempat tidur dan rumah mereka. Perempuan diperkosa secara dan dibunuh secara brutal, lebih dari ratusan penculikan termasuk [melibatkan] anak-anak, dan ini semakin parah," pungkasnya.
Meski Israel dan AS adalah sekutu dekat, Washington sejauh ini tidak berencana mengerahkan bantuan pasukan darat untuk ikut bertempur melawan Hamas.
Namun, AS membantu Israel dengan mengirimkan pasokan amunisi. Pasokan amunisi tahap pertama telah tiba di Israel pada Rabu (11/10) dini hari. Bantuan itu nantinya akan digunakan pasukan Israel untuk mempertahankan diri dan meluncurkan serangan yang lebih signifikan.
Akar Masalah Konflik
Konflik Palestina-Israel sudah berlangsung 7 dekade, dipicu oleh pencaplokan wilayah Palestina oleh Israel. Israel memblokade Gaza sejak 2006 untuk menindas perlawanan rakyat Palestina dengan menyulapnya menjadi "penjara terbuka terbesar di dunia".
ADVERTISEMENT
Indonesia dan banyak negara mengusulkan "solusi dua negara" untuk mengatasi konflik tak seimbang ini.
Namun, PM Benjamin Netayanyu yang bergaris ultranasionalis menolak solusi ini dan memilih tak memberikan konsesi apa pun pada Palestina.