news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Terkuaknya Misteri Jasad Surono Dibeton di Bawah Musala

8 November 2019 6:58 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Polisi membongkar jenazah Surono yang dibeton di musala rumahnya di Jember. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Polisi membongkar jenazah Surono yang dibeton di musala rumahnya di Jember. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Kondisi belakang rumah yang gelap karena malam membuat pandangan Bahar (25) dan Busani (45) terbatas. Bermodalkan senter yang diikat di kepala, Busani membantu Bahar mencarikan linggis untuk mengeksekusi Surono (51).
ADVERTISEMENT
Linggis berhasil ada di genggaman. Surono yang kala itu tengah tertidur pulas di kamarnya, langsung diseret Bahar ke belakang rumah. Dihantamnya kepala ayahnya itu dengan linggis berbobot sepuluh kilogram hingga tewas.
Jenazah Surono usai dievakuasi dari bawah ubin yang dibeton di rumahnya di Jember. Foto: Dok. Istimewa
Ceceran darah Surono yang terus mengucur membuat Bahar dan Busani panik. Tak hilang akal, Bahar langsung meminta Busani mencarikan cangkul. Ibu dan anak itu sebisa mungkin memutar otak bagaimana jenazah Surono tak bisa terendus.
Segera Bahar kubur jasad ayahnya di halaman belakang rumah. Sekitar 80 centimeter tanah ia gali, memasukkan paksa jasad Surono.
"Kepala jasad menghadap barat dan posisi kaki tidak sewajarnya, tapi ditekuk memiring," kata Kapolres Jember, AKBP Alfian Nurrizal, di kantornya, Kamis (7/11).
Rumah keluarga Surono di Jember. Surono merupakan korban pembunuhan dan jasadnya dibeton di musala rumahnya. Foto: kumparan
Setelah jasad Surono dikubur asal, Bahar langsung membeton bagian atas tanah dengan lantai setebal 25 centimeter. Ia bergegas ke kamar Surono dan mengambil sebuah tas berisi uang Rp 6 juta. Uang itu lalu dihitung bersama Busani dan masuk ke kantung mereka masing-masing.
ADVERTISEMENT
"Setelah itu, Bahar kembali ke Bali karena dia 'kan kerja di Bali. Setelah tiga hari di Bali, Busani menyampaikan ke Bahar [bahwa] makam ayahnya retak," ujar Alfian.
Bahar terpaksa kembali ke rumahnya di Jember keesokan harinya. Makam ilegal ayahnya itu ia rapikan seraya membangun sebuah musala pribadi di atasnya --untuk menutupi makam--. Tujuh bulan kasus itu berlalu dan tak terungkap, sejak aksi jahat dilancarkan pada Maret 2019.
Musala tempat Surono dibeton. Foto: kumparan
Sempat tak ada yang mencurigai hilangnya Surono selama tujuh bulan itu lantaran profesinya sebagai perantau. Akan tetapi, kabar Surono menjadi korban pembunuhan semakin berembus kencang. Belakangan, Bustani mengaku suaminya menjadi korban pembunuhan namun tak bisa menunjukkan jasadnya.
Namun, Kepala Dusun Juroju, Edi, mendapat laporan dari Bahar bahwa Busani telah membunuh Surono. Bahar mengaku ibunya membunuh karena tepergok selingkuh dengan seorang pria berinisial J.
ADVERTISEMENT
Kecurigaan-kecurigaan ini membuat warga lapor polisi hingga akhirnya rumah Surono digeledah, termasuk belakang rumahnya.
Musala pribadi Surono yang mencurigakan karena dibangun asal akhirnya dibongkar. Benar saja, Surono yang selama ini dicari-cari rupanya dibeton di bawah lantai musala.
Saat membongkar jasad Surono, polisi menemukan sejumlah barang bukti. Yakni, linggis sepanjang 65 cm dengan diameter 4 cm seberat 10 kg, baju, hingga sarung korban.
Bahar dan Busani pun digiring. Polisi juga memanggil J dan dua saksi kunci.
Polres Jember ungkap kasus mayat dibeton di musala. Foto: kumparan
Pembongkaran musala yang diduga jadi tempat pembunuhan Sunyono. Foto: kumparan
Asmara dan Harta
Sudah lama Bahar memendam kesal kepada ayahnya sendiri. Selain banyaknya permintaan Bahar yang tak pernah dituruti, Bahar juga dendam lantaran perempuan yang ia cintai dekat dengan Surono.
ADVERTISEMENT
Bahar menuding ayahnya memiliki hubungan khusus dengan perempuan itu. Dan, kecemburuan tersebut turut dirasakan Busani.
Busani membalas rasa cemburu terhadap suaminya dengan ikut selingkuh. Dia menjalin hubungan dengan J.
"Para tersangka ini membunuh karena cemburu dan juga ingin menguasai harta kekayaan korban," kata Alfian.
Di samping persoalan asmara, kedua tersangka membunuh Surono agar bisa leluasa menikmati kekayaan hasil kebun kopi Surono. "Sekali panen kopi hasilnya yang didapat Surono bisa mencapai Rp 100 juta. Tentunya para tersangka tergoda," ujar Alfian.
Kini, ibu dan anak itu sudah ditetapkan tersangka karena membunuh kepala keluarga mereka sendiri. Mereka dijerat Pasal 340 KUHP subsider Pasal 338 KUHP juncto Pasal 55 KUHP.
Saling tuding Bahar dan Busani
ADVERTISEMENT
Saat Busani dan Bahar diamankan, keduanya sempat saling tuding sebagai pembunuh. Bahar menuding Busani sebagai inisiator pembunuhan Surono yang dibantu dengan J. Sebaliknya, Busani menuding anaknya yang membunuh Surono, dan membuat fondasi pembangunan musala sekitar tujuh bulan lalu.
Konfrensi pers Polres Jember terkait kasus mayat dibeton di musala rumah. Foto: kumparan
Sedangkan argumen Bahar, Busani membunuh Surono karena ia tepergok berselingkuh. Bahar mengaku, Busani selingkuh dengan J karena sering ditinggal Surono ke luar kota yang berprofesi pekerja kebun di daerah Kalimantan dan Sumatera.
"Kami akan mendatangkan seorang psikiater untuk melakukan pemeriksaan dan mendeteksi apakah keterangan yang disampaikan (keduanya) benar atau bohong," ujar Alfian sebelum ada penetapan tersangka.