Tiba di Bahama, Pangeran William Disambut Protes Anti-Perbudakan Inggris

25 Maret 2022 13:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pangeran William dari Inggris menghadiri Royal Guard of Honor di Bandara Internasional Lynden Pindling di Nassau, Bahama pada Kamis (24/3/2022). Foto: CHANDAN KHANNA/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pangeran William dari Inggris menghadiri Royal Guard of Honor di Bandara Internasional Lynden Pindling di Nassau, Bahama pada Kamis (24/3/2022). Foto: CHANDAN KHANNA/AFP
ADVERTISEMENT
Pangeran William beserta istrinya Kate Middleton tiba di Bahama pada Kamis (24/3/2022). Kunjungan pasangan itu merupakan bagian dari tur kerajaan Inggris ke bekas koloni Karibia yang berlangsung selama satu minggu.
ADVERTISEMENT
Setibanya rombongan di Bahama, mereka disambut dengan protes keras terkait perbudakan Kerajaan Inggris di masa lalu.
Dikutip dari Reuters, sebuah protes telah direncanakan pada Jumat (25/5) esok oleh sejumlah kelompok Rastafarian untuk menuntut pembayaran reparasi oleh Inggris Raya dan permintaan maaf atas perbudakan.
Pangeran William menghadiri Royal Guard of Honor di Bandara Internasional Lynden Pindling di Nassau, Bahama pada Kamis (24/3/2022). Foto: CHANDAN KHANNA/AFP
Komite Reparasi Nasional Bahama, sebuah panel independen yang dibentuk oleh pemerintah untuk mempelajari masalah ini, membuat seruan serupa dalam sebuah surat.
"Mereka dan keluarga bangsawan dan pemerintah mereka harus mengakui bahwa ekonomi mereka yang beragam dibangun di atas punggung nenek moyang kita," bunyi surat yang diterbitkan pada hari Selasa (22/3).
"Mereka harus membayar," tegas surat tersebut.
Selain surat, demonstrasi terpisah juga dilaporkan akan digelar. Demonstrasi akan meminta perhatian William dan Kate untuk masalah yang tengah dihadapi wanita Bahama.
ADVERTISEMENT
Masalah itu berupa ketentuan hukum yang melarang penuntutan seseorang karena memperkosa pasangan mereka. Hal itu sering digambarkan sebagai perkosaan dalam pernikahan.
Sebelumnya pada Rabu (24/3) Perdana Menteri Jamaika Andrew Holness juga menyampaikan komentar pedas tentang keinginan Jamaika untuk segera merdeka dari bayang-bayang kerajaan Inggris. Masyarakat Jamaika juga menuntut reparasi perbudakan kepada William dan rombongan.
Tur Duke dan Duchess of Cambridge itu dilakukan setelah Barbados mencopot ratu sebagai kepala negara tahun lalu, sebuah langkah yang mungkin akan dipelajari oleh negara-negara Persemakmuran lain dan memicu penurunan pengaruh budaya Inggris di bekas koloninya.
Ratu Elizabeth terus menjadi kepala negara resmi untuk beberapa bekas koloni Inggris termasuk Kanada, Australia, Belize, Bahama, dan Jamaika, yang dikenal sebagai wilayah ratu, meskipun ia berfungsi sebagai figur simbolis dan bukan pembuat keputusan politik.
ADVERTISEMENT
Penulis: Sekar Ayu.